Kecewa

1.1K 57 0
                                    

" Jika kamu tidak yakin bisa melakukan apa yang kamu janjikan, lebih baik tidak menjanjikannya karena akan menyakiti orang yang kamu janjikan. "

❇Gracella Fawnia Baylor

|*|
|*|
|*|

Cella keluar dari toko buku dengan wajah ceria. Di belakangnya, Ellen berjalan membuntuti dengan tas belanja berisi beberapa buku panduan untuk ujian dan lebih banyak novel. Cella tidak hanya bahagia karena Ellen sukarela membawakan buku-bukunya, tentu saja bukan hanya itu, tapi karena uangnya sama sekali tidak berkurang karena Ellen yang mengosongkan isi dompet untuknya.

Cella berbalik melihat Ellen masih berjalan lambat dan mencebikkan bibirnya, " Ayo! Semangat jalannya!! Lo lemes gitu kek abis gue apain aja. " tegurnya dengan cemberut.

Ellen menatapnya tak berdaya, " Lo ngabisin uang saku gue selama seminggu, nyuruh gue bawain buku, masih minta traktir di restoran lagi. Lo mau bilang lo ga ngapa-ngapain gue sama sekali? " suaranya lesu seperti tak makan berhari-hari.

Cella berdecak, " Ck! Ngomel mulu, lo. Gue yang bakal traktir lo makan. Lagian kan sekarang udah akhir pekan, bokap lo juga bentar lagi transfer masih ngomel aja. " ia menghampiri Ellen sambil menggerutu.

" Mau kemana? " tanya Ellen karena Cella menggeret tangan kanannya tanpa pemberitahuan.

Cella berdecak lagi, " Udah ikut aja! Kali ini gue yang bayar! " kesalnya melihat Ellen tak bergeming di tempatnya.

Mata Ellen memicing, " Tumben lo mau bayarin? Punya niat apa lagi lo? " ia menatap Cella ke atas dan ke bawah dengan curiga.

Cella jadi kesal sendiri mendengarnya. Ia melepas tangan Ellen beralih menarik telinganya, menggeretnya ke mobil segera. Di sepanjang jalan Cella tidak mengatakan apa-apa saking kesalnya.

Cella membuka pintu pengemudi lalu mendorong Ellen masuk ke dalamnya kemudian berlari ke pintu penumpang.

" Jalan. " suruh Cella dengan nada marah.

Ellen dengan jujur menyalakan mesin mobil dan melajukannya ke jalan raya.

Cella menyalakan tape untuk mengurangi kesunyian di mobil dan membuang muka keluar jendela.

" Perempatan depan belok kanan. " instruksi Cella tanpa menoleh.

Ellen mengikuti ucapannya dan berbelok ke kanan.

Saat mereka ada di depan persimpangan ke jalan kecil di sebelah kiri, Cella menyuruhnya berbelok.

Cella menatap lautan bintang di langit, kembali melihat jalan yang dikelilingi rumput ilalang setinggi lutut orang dewasa. " Di depan ada lapak rame berenti disana. " ucap Cella memberi instruksi lagi.

Ellen menurutinya, berhenti di depan lapak dengan nama '小摊位' [Xiao Tānwèi]. Cowok itu mengangkat alisnya, " Makanan China? " tebaknya menoleh melihat Cella.

Cella meliriknya malas, " Gak usah banyak bacot, masuk. " ia keluar dari mobil diikuti Ellen.

Cella kembali menyeret tangan Ellen masuk ke dalam warung dan duduk di kursi paling depan. " Xiānsheng! Mà lá xiāng guō, táng cù yú, jiao zi, yilaoyongyi. Ér júhuā chá. Xièxiè ni. " sebut Cella lancar seolah sudah memesan berkali-kali. [Tuan! Hotpot kering, ikan goreng asam manis, pangsit, semua satu. Dua teh krisan. Terimakasih.]

" Shi de, xiaojie, deng deng. " balas pemilik lapak sopan, bergegas menyiapkan pesanan. [Ya, nona, tunggu.]

Ellen menatap Cella takjub. Mulutnya ternganga lebar karena kaget. " Lo bisa bahasa Mandarin? "

My Daisy ✔Where stories live. Discover now