Epilog : My Daisy

2.2K 47 1
                                    

“ Setiap aku melihat jemari mungil itu aku selalu merasa sangat menggemaskan dan tak bisa menahan tidak menggigit setiap jari dengan lembut. ”

❇Darel Ivander Gerald ft. Gracella Fawnia Baylor

|*|
|*|
|*|

Darel berjalan bolak-balik di depan ruang persalinan dengan cemas. Karena dia sama sekali tidak bisa melihat Cella kesakitan jadi dia tidak berani menemaninya ke dalam dan bahkan jadi panik sendiri meski hanya mendengar suara rintihan istrinya dari dalam. Sejak tadi ia tidak bisa duduk diam menunggu, ada saja yang ia cemaskan. Alan, Deon, Alvaro, Kenzo, Rav, Devan, Dena, Zelline, dan Freya juga ada disana. Meskipun mereka sangat cemas mereka tetap berusaha duduk menenangkan diri.

Alan pusing memperhatikan Darel yang tak kunjung duduk. “ Darel, Papa tahu sekarang kamu lagi khawatir sama Cella dan anak-anak kalian, tapi apa kamu nggak bisa duduk diam saja? Papa jadi makin pusing liat kamu bolak-balik terus kayak setrika. ” tegurnya.

Darel tersenyum malu, dia beranjak duduk di samping Alan. Tapi tentu saja dia tak bisa sepenuhnya diam. Setelah duduk Darel sibuk memainkan tangannya, kadang menautkan jari satu sama lain kadang mencubit lengannya agar tetap tenang dan rasional.

Sejujurnya Alan bersimpati pada penampilan Darel saat ini, tapi dia sendiri juga cemas akan keselamatan putri dan calon cucu kembarnya. Dia berkali-kali menghela napas untuk mengurangi kekhawatiran di hatinya.

“ Kok Cella lama amat sih, gue jadi deg-degan kan. ” gumam Freya sambil menggigiti kukunya.

Ansel mengambil tangannya, mencegahnya agar dia tidak terluka.

Zelline mengelus perut besarnya, menggeleng, “ Gatau anjir gue juga khawatir banget. ” sahutnya dengan suara rendah. Dia bersandar pada Rav yang membantunya memijat perut bagian bawahnya yang terasa sakit akibat tendangan si kecil.

Dena hanya diam. Meski hatinya merasa sangat cemas pun ia tetap berusaha terlihat datar. Kalau saja jarinya tidak mencubit sudut pakaian Kenzo mungkin Kenzo akan percaya jika pacarnya itu tidak terlalu cemas.

“ Ken, Cella bakal baik-baik aja, kan? Kenapa pintunya belom dibuka ya padahal udah dua jam? ” bisik Dena cemas, hingga pakaian Kenzo seperti akan robek akibat cubitannya yang mengerat.

Kenzo meraih tangan Dena dari pakaiannya, menggenggamnya lembut, “ Aku gak bisa janji, kita percayain semua sama Doktor Sarah dan Allah. ”

Dena menggigit bibir bawahnya kuat, mendongak menatap mata Kenzo, “ Tapi—— ”

Tiba-tiba suara tangisan bayi keluar dari ruang persalinan.

“ Alhamdulillah... ” desah mereka lega.

Darel bergegas ke depan pintu UGD. Namun pintu itu tak kunjung terbuka menyebabkan Darel pucat. Cemas, gelisah, takut, semua emosi berkecamuk dalam benaknya. Hingga suara tangisan bayi lain keluar dari dalam.

Tidak perlu menunggu lama, pintu ruang persalinan terbuka, Doktor Sarah yang menangani proses melahirkan Cella keluar bersama perawat.

“ Dok, bagaimana istri dan anak-anak saya? ” Darel buru-buru menghampirinya.

Doktor Sarah tersenyum sopan, “ Alhamdulillah istri dan kedua anak bapak baik-baik saja, proses persalinannya juga sangat lancar. Oh, dan selamat atas kelahiran putra dan putri anda. Kalau begitu saya pergi dulu, silahkan masuk dan mengadzani kedua anak bapak. ” setelah mengatakannya Doktor Sarah mengangguk pada Alan dan yang lainnya sebelum pergi.

Darel masuk bertemu mata lelah namun bahagia Cella. Ia tersenyum pada istrinya dan dibalas senyum lemah.

“ Kamu udah berjuang keras melahirkan dua buah hati kita. Terimakasih. ” bisik Darel sembari mencium dahi Cella.

My Daisy ✔On viuen les histories. Descobreix ara