Masalah Baru

401 25 0
                                    

“ Kalo nggak ada masalah bukan idup namanya. Kalo ga bikin masalah idup lo bakal ngebosenin banget! ”

❇Devano Liam Andalas

|*|
|*|
|*|

Cella keluar dari kamar dengan stelan kaos putih dan celana hitam panjang. Rambut hitamnya dikepang dua dengan poni panjang disihkan ke kiri. Ia melangkah menuruni tangga langsung ke ruang keluarga lalu menghempaskan diri di atas sofa. Bosan. Sungguh bosan. Cella benar-benar tidak memiliki kegiatan menyenangkan sejak pulang sekolah dan hanya mendekam di kamar membaca novel setelah lebih dulu mengerjakan tugas sekolah. Tentunya semua aktivitasnya ditemani oleh bermacam-macam kue kering dan makanan manis lainnya. Tapi tetap saja itu membosankan! Dia bahkan tidak memiliki teman untuk diajak bicara. Zelline? Lupakan. Ia sangat hapal kegiatan sepupunya itu setelah kembali dari sekolah. Freya? Dia tidak berani dan tidak mau menanggung bila rumahnya menjadi bertransformasi menjadi kandang ayam bahkan lebih buruk lagi. Dena? Dia tidak mau suasana menjadi membeku karena kehadiran Dena nanti. Lalu ia harus mengundang siapa????

“ Huh! ” keluhnya membenarkan posisi berbaring di atas sofa menghadap tv mati. Ia menarik ponselnya dari saku celana karena bergetar secara tiba-tiba.

“ Halo? Siapa? ” tanyanya malas tanpa melihat nama penelpon.

Ini gue, suara berat terdengar dari seberang telepon mampu melebarkan kelopak mata Cella.

Cella beringsut duduk, “ Lo, Al, tumben nelpon gue, ada apaan? ”

Nggak ada apa-apa si, gue cuma mo nanya lo mau nitip beliin sesuatu kagak? Gue lagi otw rumah Nic, nih. ” mata Cella berbinar mendengar kata demi kata yang terucap dari bibir si penelpon.

Dia menggeleng dengan semangat, “ Nggak, nggak, gue mau lo susulin gue ke rumah aja abis lo dari rumahnya Nic. Gue bosen parah Alll! ” ucapnya penuh keluhan.

Di seberang telepon Alvaro tertawa, “ Hahaha iya, ntar gue kesana. Btw bener nih ga nitip apa-apa? Mumpung depan gue ada martabak manis loh. ”

Ekspresi Cella langsung cemberut, “ Lo kok jahat banget sih, Al! Kalo lo ngomong gitu kan gue jadi ngiler pengen martabak manis! ” marahnya.

“ Hehehe sekali-kali Cell giliran gue yang ngerjain lo bukan lo mulu yang ngibulin gue. ” Alvaro terkekeh.

Wajah Cella bertambah kesal, LO NGIBULIN GUE? LO—— ”

Pssttt shuuttt diem heh gue lagi antri beliin lo martabak manis. Kalo lo tereak kek gitu bisa-bisa gue ditendang keluar dari barisan. ”

Hmph! dengus Cella.

Alvaro berdehem pelan, “ Ekhm gue beneran nih, ga boong suer. ”

Beneran lo gak lagi ngibulin gue? ” tanya Cella memastikan.

Alvaro menghela napas, “ Iya beneran gue gak lagi ngibul. Oh, iya lo mo gue beliin yang rasa apa?”

Wajah Cella masih terlihat ragu namun sedetik kemudian ia membuka mulut menyebutkan pesanan, Gue suka yang rasa coklat, vanilla, blueberry. ”

Oke, gue pesenin dulu ratu! Gue tutup telponnya lo anteng di rumah nunggu martabak. ”

Cella mengangguk patuh, “ Ya, lo ati-ati di jalan jangan ngebut-ngebut. ” pesan Cella.

Alvaro bergumam pelan sebelum memutus sambungan telepon.

Cella melempar ponselnya ke atas meja lalu kembali telentang menghadap langit-langit. Tangannya menggapai-gapai toples permen di atas meja, membukanya lalu memakan satu demi satu permen dengan tenang. Begini lebih manis.

My Daisy ✔Where stories live. Discover now