MM : 31 Semua Mengalir Sesuai Takdir

4 3 0
                                    

The Writers Marigold Present

Mysterious Man - Kelompok 2

Created By : reazzz_

31 || Semua Mengalir Sesuai Takdir

"Kau membiarkanku merasakan manisnya cinta. Sayangnya, kau juga yang melemparku ke dalamnya jurang kepahitan ...."

-Alena Maharani-

•••

Keesokan paginya ....

Kediaman gadis bernama Alena tampak sunyi. Bukan karena tidak ada orang di rumah itu, tapi karena Alena yang biasanya berceloteh riang menceritakan kejadian-kejadian di sekolahnya pada sang mama, kini hanya duduk diam di salah satu kursi makan.

Matanya menatap sepiring nasi dan semur ayam yang terhidang di hadapannya, tanpa berniat untuk menyentuhnya. Semenjak kejadian kemarin, nafsu makannya hilang entah ke mana.

Mama yang melihat putrinya tak seperti biasa, mengerutkan keningnya.

"Alena, kamu sakit?" tanya Mama kemudian.

Hening.

"Alena?"

"Al!"

Gadis itu tersentak. "Eh, iya Ma?"

"Kamu kenapa? Kok bengong gitu?"

Alena memaksakan senyum. "Gak apa-apa."

Mama memicingkan matanya. "Yakin? Kamu lagi gak ada masalah, kan?"

"Bahkan sejak dulu masalah selalu mendatangi putrimu ini, Ma." Alena membatin.

"Tuh 'kan, bengong lagi," celetuk mama sembari mencomot semur ayam yang dimasaknya.

Alena menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Dia sendiri bingung dengan perasaannya saat ini.

Di satu sisi, Alena merasa lega karena dia bisa mengungkapkan seluruh uneg-uneg nya kepada Alvero meskipun dengan amarah yang menggelora. Di sisi lain, dia masih sakit hati setiap kali mengingat bahwa lelaki itu akan bertunangan dengan Brenda.

Alena belum bisa menerima kenyataan pahit yang ada di depan matanya. Terlalu menyakitkan.

Namun, bagaimanapun dia marah, tak akan bisa merubah takdir yang telah Tuhan tetapkan. Takdir yang membawa Alvero dan Brenda ke pertunangan. Takdir yang mencampakkan Alena ke titik terendahnya sebagai perempuan.

•••

"APA?"

Brak!

Meja kayu yang ada di hadapan lelaki itu, menjadi sasaran emosinya. Mata elangnya menatap tajam sang papa yang masih duduk dengan tenang.

"Papa rasa papa gak perlu ngulang apa yang tadi papa katakan," ujar Herman, papa Alvero.

Pria itu sama sekali tak mempedulikan putranya yang marah besar mendengar keputusannya. Keputusan bahwa malam nanti, pertunangan antara Alvero dan Brenda akan dilaksanakan. Keputusan yang membuat Alvero semakin benci kepada papanya dan semakin merasa bersalah kepada gadis yang amat dicintainya.

Alena.

Bagaimana kabar gadis itu sekarang? Setelah beberapa kali ia menyakiti Alena, masih pantaskah dia mendapat maaf dari gadis yang selalu mengisi benaknya itu?

Mysterious ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang