MM : 09 Dia (tidak) Perhatian

20 7 0
                                    

The Writers Marigold Present

Mysterious Man - Kelompok 2

Created By : _Indra_23

09 || Dia (tidak) Perhatian

"Aku selalu berusaha untuk menjaga sikap di depan kamu, tapi mengapa dunia seakan menolak hal itu?"

-Alvero Anugrah-
_Indra_23

•••

Langkah itu terhenti, jarak yang sedikit jauh membuat telinga Alena seolah tuli. "Kakak nawarin Alena pulang bareng?"

"CK, ngarep!" desis Alvero.

Alena masih terpaku di tempatnya sambil menundukkan kepalanya sambil merutuki dirinya sendiri.

"Aduh, Alena, Alena. Percaya diri banget sih lo?" gumamnya dalam hati.

Tiba-tiba tangan seseorang menyentuh pergelangan tangannya, yang membuat dirinya tercengang kaget. Perlahan, dia mendongakkan kepalanya dan menatap nanar orang yang berada di depannya. Ya, orang itu adalah Alvero, cowok itu kini kembali berada di hadapan Alena dengan keringat yang mengucur di keningnya.

"Ayo pulang," ajaknya sambil menarik pergelangan tangan Alena dengan napas menderu yang membuat Alena hanya diam menatap bisu Alvero yang kini mulai membawanya menuju gerbang sekolah.

•••

Rupanya, setelah keluar dari gerbang sekolah, Alvero membawa Alena ke tempat parkiran. Alena semakin dibuat bingung oleh sikapnya yang tiba-tiba berubah dalam beberapa saat. Sebelumnya dia hendak meninggalkan dirinya dan sekarang dia hendak mengantarkannya pulang.

"Naik," ujar Alvero pelan begitu selesai menyalakan mesin motornya.

"Kakak beneran mau pulang bareng aku?" tanya Alena sambil menatap heran ke arah Alvero yang kini mulai menatapnya dalam.

"Iya," sahutnya pelan yang membuat Alena langsung menaiki motor miliknya dan tetap diam membisu.

Selama perjalanan pulang ke rumah Alena, Alvero hanya diam saja sambil sesekali memerhatikan gadis itu dari spion motornya untuk memastikan agar gadis itu tidak tertinggal.

"Kakak lihatin aku dari spion kakak, yah?" tanya Alena demikian yang membuat Alvero menghela napas panjang dari balik helmnya.

"Jangan ge-er dah," ucapnya demikian yang membuat Alena sedikit tersipu malu.

"Ini belok ke mana?" tanya Alvero begitu ia sampai di kompleks perumahan Alena.

"Kok kakak tau sih kompleks perumahan aku di sini? Kakak itu cenayang, yah?" tanya Alena sambil menatap sungut wajah Alvero dari spion motor milik Alvero.

"Gue bukan cenayang, ya. Gue tau dari temen gue," balas Alvero sambil mematikan mesin motornya.

"Loh, kok dimatiin, Kak?" tanya Alena heran sambil menatap dalam ke arah Alvero yang kini mulai melepas helmnya dari kepalanya.

"Gue mau ngajak lo makan dulu, dari tadi lo belum makan, kan?" tawar Alvero yang membuat Alena tercengang seketika.

"Ngajak makan?" batin Alena sambil mengikuti Alvero yang kini mulai melangkahkan kakinya menuju sebuah restoran.

•••

"Lo mau pesen apa?" tanya Alvero sambil menatap Alena seketika.

"Apa aja kak, yang penting gak mahal," jawab Alena yang membuat Alvero menghela napas sejenak setelah mendengar jawaban darinya.

"Bilang aja mau apa, nanti gue beliin," ujar Alvero yang membuat Alena sedikit menundukkan kepalanya.

"Hei, kalau ditanya jawab dong," ucap Alvero sambil mendekati Alena yang masih menundukkan kepalanya.

"I-iya kak, aku mau nasi goreng aja," sahut Alena terbata-bata karena gerogi.

"Minumnya apa?" tanya Alvero lagi yang membuat Alena mendongakkan kepalanya sejenak, kemudian kembali menundukkan kepalanya lagi.

"Es teh manis aja kak," ucap Alena yang membuat Alvero melonjak kaget.

"Pantesan aja mukanya manis, orang minumannya es teh manis terus," ucap Alvero pelan namun masih bisa didengar Alena.

"Apa kakak bilang?" tanya Alena sambil menatap nanar ke arah Alvero yang berdiri beberapa meter di depannya.

"Bukan apa-apa," ucapnya singkat sambil menuju ke meja kasir untuk memesan dan membayar pesanan Alena.

•••

"Makannya pelan-pelan, nanti tersedak," ucap Alvero karena melihat nafsu makan Alena tinggi sehingga gadis itu dengan cepat melahap nasi goreng di hadapannya.

"Eh? Maaf kak, soalnya aku lapar," ucap Alena demikian sambil menundukkan kepalanya karena malu.

"Biasa aja kali, gak usah takut gitu sama gue, apalagi gerogi. Lo anggep aja kalo gue kakak lo sendiri," ucap Alvero yang membuat Alena sedikit kaget dan tersipu malu.

Tangan Alvero meraih tisu yang terdapat di dekat meja makan mereka berdua. Lalu dia mengelapkan ujung bibir Alena yang terdapat noda makanan dengan tisu tersebut, yang membuat Alena melonjak kaget.

"Kak...."

"Udah diem, cewek kalau makan harus rapi, gak boleh sampai kotor," ucap Alvero dengan tatapan dalam kepadanya dalam beberapa saat, yang membuat senyumnya sedikit mengembang.

Tanpa mereka sadari, Ada seseorang yang melihat interaksi Mereka dan itu membuat orang itu merasa iri dengan Alena.

Awas aja lo, Al. Lihat pembalasan gue besok!blirihnya dalam hati. Setelah itu dia pergi meninggalkan restoran tersebut.

•••

Keesokan harinya, Alena kembali bersekolah dan menyusuri koridor yang masih sepi karena sekarang masih terlalu pagi. Namun, siapa yang menduga jika Brenda dan teman-temannya menghalang jalan Alena begitu Alena hendak keluar dari koridor.

"Eh, ada cabe," ledek Brenda sambil berjalan mendekati Alena.

Alena melihat bahwa di tangan Brenda terdapat satu botol penuh susu coklat. Hal itu membuat dirinya sedikit fokus pada sebotol susu tersebut.

"Kenapa? Bingung ya sebotol susu ini buat apa?" tanya Brenda sinis yang membuat Alena tercengang seketika begitu Brenda membuka botol susu tersebut.

Alena sudah pasrah apa yang akan di lakukan Brenda. Ya, pasti Brenda akan menyiramnya dengan susu coklat tersebut. Perlahan, gadis itu memejamkan matanya ketika Brenda sudah terkesiap untuk menyiram susu coklat tersebut ke arahnya.

BYURRR

Suara tumpahan susu coklat terdengar jelas di telinga Alena, namun dirinya tidak basah sama sekali.

Alena membuka matanya perlahan dan terbelaklak kaget mendapati Alvero yang berada di depannya dengan seragam putih-abu-abunya yang penuh dengan noda susu coklat.

"Brenda! Ikut gue!" ucap Alvero sambil menarik pergelangan tangan Brenda kasar menuju ke belakang sekolah.

Sementara Alena, masih terpaku di tempatnya melihat kepergian kedua seniornya.

•••

Mysterious ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang