MM : 11 Menafsirkan Mimpi

31 3 0
                                    

The Writers Marigold Present

Mysterious Man - Kelompok 2

Created By : reniisa07

11 || Menafsirkan Mimpi

Bagaimana bisa di hatiku kini terukir namamu?
Pertanyaan serupa telah aku tanyakan pada bulan
Juga bintang…
Ingin tahu apa kata mereka?
“Mungkin kamu mencintainya…”

-Alvero Anugrah-
reniisa07

•••

Kicauan burung-burung terdengar, menyambut pagi yang cerah di hari Selasa. Hujan yang turun kemarin, tak hanya menyisakan tetesan embun di dedaunan.

Tapi juga kenangan di hati seorang Alvero, lelaki yang memiliki sifat yang dingin  itu tengah memutar-mutar rubiknya dengan jenuh.

Siapa sangka kini benaknya dipenuhi oleh sosok gadis berwajah manis yang akhir-akhir ini terasa begitu dekat?

•••

Tania menghembuskan napas jengah. Bola matanya melirik ke kanan dan ke kiri secara bergantian. Mengikuti langkah mondar-mandir sahabatnya yang terlihat tengah berpikir keras.
Lima belas menit sudah Alena bertahan di posisi seperti itu.

Dengan tangan terlipat di dada serta dahi yang berkerut dalam, gadis bermanik mata kebiruan itu berjalan mondar-mandir di kamarnya.

Sama sekali tak memperdulikan Tania yang datang menjemput beberapa menit yang lalu.

Kehilangan kesabaran karena dicuekin terus, gadis itu menyinsing lengan baju seragam putihnya, lalu berjalan mendekati Alena.

Dan....

“Awwww! Gila! Taniaaaaa!!!” Alena memekik nyaring ketika sahabatnya menjambak rambutnya dari belakang.

Rambut yang tadi telah disisirnya hingga rapi, kini acak-acakan. Sementara gadis yang namanya disebut belakangan itu melipat tangan di dada.

“Seharusnya gue yang ngasih gelar itu ke lo. Lo ngapain mondar-mandir gak jelas? Kek orang gila aja!” Alena mengelus-ngelus kepalanya yang terasa perih.

Dari dulu dia mengakui, bahwa dalam masalah jambak-menjambak, Tania memang juaranya. Entah kenapa tangan gadis tomboy itu begitu ringan dalam menjambak rambut orang.

Selama pertemanan mereka terjalin, Alena hanya pernah melihat sahabatnya menjambak rambut orang lain. Namun kali ini, dia sendiri yang merasakannya.

Jujur, ada rasa kesal yang menyusupi hati.

Namun, dia sadar dirinya juga salah karena tidak memperdulikan Tania yang telah berbaik hati memberinya tumpangan untuk berangkat ke sekolah pagi ini. Hanya gara-gara memikirkan mimpi anehnya semalam.

Alhasil, bibir yang tadinya cemberut itu, kini memaksakan senyum.

“Eh, Tan. Hari ini lo kok, cantik banget, sih?” Dan keluar deh, kata-kata rayuannya si Alena.

Namun Tania tak merubah tatapan tajamnya. Membuat Alena bergidik ngeri.

Cepat-cepat dia memasang kaus kaki, menyambar tas serta handphone, lalu berlari secepat kilat keluar kamarnya sembari berseru, “Yang telat keluar kamar, jelek!”

Mysterious ManWo Geschichten leben. Entdecke jetzt