MM : 12 Menatap

15 2 4
                                    

The Writers Marigold Present

Mysterious Man - Kelompok 2

Created By : CitaApriati and Jaazy24

12 || Menatap

"Lagi lagi aku menatap matamu, dan lagi lagi aku juga melihat cerminan cinta, hal itu membuat ku yakin bahwa kau adalah wanita yang kucari selama ini."

-Alvero Anugrah-
CitaApriati and Jaazy24

•••

"Lepasin, Kak. Sakit," ringis Alena ketika pergelangan tangan yang masih lebam itu dicekal keras oleh Alvero.

Alvero pun melepaskan pergelangan tangan Alena dengan hati-hati, Alvero sedikit tidak enak karena tadi sudah menarik tangan Alena terlalu keras.

"Oke, maafin gue." Alvero tertunduk, menatap bola mata Alena. Kali ini, laki-laki itu seolah menagih penjelasan. "Sekarang lo jelasin."

Alena menatap Alvero dengan alis terangkat. "Jelasin apa, Kak?" Begitu polosnya Alena menanyakan hal itu.

Alvero mengusap wajahnya kasar, mencoba meraup setiap inci kesabaran yang tersisa dalam dirinya. Alena menunggu, menatap sang senior.

Embusan napas berat terdengar indera. Alena masih mengerjap beberapa kali, sedang Alvero mulai melihat bekas luka lebam ungu kebiruan di dahi Alena. Gemas, Alvero menekan dahi Alena menggunakan telunjuk, tepat pada tanda biru itu.

Mendesis, Alena mencoba menyingkirkan tangan Alvero, menepisnya. "Kak, sakit!" Sungguh, senior satu ini tak pantas disebut senior. Bisa-bisanya laki-laki ini menyiksa tanpa pandang bulu. Menekan kepala Alena tak berperasaan.

Rasa ngilu juga nyeri seakan menjalar. Mendengus, dahi berkerut, bibir mengerucut, sangat kontras menunjukkan mimik kesal. "Gak berperasaan!"

"Nah, itu tau," sahut Alvero.

Sontak celetukan itu membuat wajah di depannya kembali menekuk lebih dalam. Alvero mengambil napas panjang. "Kenapa?"

"Bodo' amat!"

Ketika mendapat jawaban seperti itu, Alvero menatap dingin Alena, seolah membunuh. "Kepala lo, kenapa?"

Alena melihat ke atas, seolah mencoba memperhatikan dahinya. Detik berikutnya, gadis itu mengelus dahi, menutupnya juga dengan telapak tangan. "Ah... ini gak apa-apa, kok."

Lagi-lagi, bola mata pekat di hadapan Alena berputar. Setelahnya, gadis itu merasakan sebuah sentuhan tak berperasaan mendarat pada sumber memarnya. Ya, Alvero menekan dahi biru itu lagi, dengan telunjuk.

"Kak, sakit ih!" gerutu Alena, menepuk pelan tangan Alvero.

Satu alis Alvero terangkat sebelah. "Sakit?" Laki-laki itu seakan berpikir. "Bukannya ada yang bilang, kalau itu gak apa-apa?"

Matanya melirik Alena yang tengah cemberut. "Sini!" Alvero memanggil Alena, agar mendekat. "gue akan dengan senang hati, mencet jidat lo."

Mata Alena menyipit. Tak berperasaan! Tak punya hati! tandas Alena dalam hati.

Keheningan kembali menyergap. Alena masih bertahan dengan air muka kesalnya, Alvero yang masih menampilkan senyum kemenangan. "Udah diobati?"

"Kakak, peduli apa?" sahut Alena, pedas.

Mysterious ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang