MM : 08 (bukan) Menunggu

11 4 3
                                    

The Writers Marigold Present

Mysterious Man - Kelompok 2

Created By : Jaazy24

08 || (bukan) Menunggu

"Ada suatu hal yang membuat dirimu atau diriku mendekat. Entah karena kebetulan, atau pun karena takdir."

- Alvero Anugrah -
Jaazy24

•••

Alvero berjalan menjauh, meninggalkan Brenda seorang diri. Terdengar suara embusan napasnya yang memberat, laki-laki itu menunduk.

Suara gesekan sepatu di lantai koridor begitu jelas, seolah menggema. Memang sudah pukul empat sore. Terhitung, sudah sejam yang lalu para penduduk sekolah telah pulang ke tempat masing-masing.

Laki-laki itu mendongak, sedikit memperbesar langkah. Tas yang ia sampirkan asal di bahu kanan, juga tangan yang masuk ke dalam saku celana. Dia terlihat santai.

Senyum itu tiba-tiba tersungging, wajah tegas itu menyiratkan sebuah senyum tipis. "Aneh," gumamnya.

Kekehan mulai terdengar. Alvero tak mengerti, hanya dengan mengingat wajah Alena membuat dia tersenyum. Kepalanya menggeleng, senyuman itu belum juga pudar.

Entah gue yang aneh, atau dia yang aneh. Kenapa gue ngelakuin semua ini, kata Alvero dalam hati.

Alvero merasa ada yang salah dalam dirinya. Mengapa ia harus melakukan hal seperti ini hanya untuk membela seorang Alena? Ia menggeleng. Bukan, ini semua ia lakukan bukan karena Alena, melainkan ia membela apa yang ia anggap benar. Ya, Alvero selalu menepis pemikirannya.

Pukul empat sore lebih. Alvero bergegas, ia harus lekas kembali. Namun, ia merasa ada yang janggal. Laki-laki itu memiliki rasa seolah ada seseorang yang mengikuti, bahkan memantaunya.

Alvero menghentikan langkah, ia menoleh sedikit ke belakang. Tak ada siapapun. Tidak mungkin Brenda melakukan hal-hal yang dilakukan penguntit, gadis itu lebih banyak
take action sembari langsung menyambar lengan Alvero.

Alvero menghadap depan lagi. Walau dalam banyak kamus, lelaki diberi gelar 'tidak peka,' tapi Alvero cukup bisa merasakan ada yang melihatnya dari jauh.

Baru satu langkah, Alvero tak mungkin salah lihat. Ia mendapati bayangan hitam, baru bersembunyi dari balik dinding tikungan depan. Sosok berambut panjang. Astaga, kenapa semua mendadak semistis ini?

Dengan langkah mantap, Alvero memilih melanjutkan perjalanan. Dalam jarak lima meter, Alvero sedikit melihat perempuan berambut sepinggang itu. Menyandar di tembok, mencengkeram tali ransel.

"Keras kepala," gumam Alvero. Dia berjalan mendekat, menyungging senyum miring.

Alvero berhenti, menyandar tubuh ke kiri pada dinding. Ia kenal betul sosok gadis ini. Sosok yang membuat dia melakukan hal-hal tak seharusnya ia lakukan.

Alena bersandar di dinding, bersembunyi. Ya, setengah jam lalu bel sekolah memang sudah berbunyi. Setengah jam lalu pula, aksi antara Tania dan Brenda berlangsung. Setengah jam lalu juga, Alvero menarik Brenda, mengatakan pada Alena untuk segera pulang. Namun, Alena tak kunjung pulang.

Mengingat kejadian itu, Alena juga ikut berpikir sendiri.

"Gue gak tau, Al. Kenapa gue pengen banget jambak kepala Brenda? Pengen banget gue botakin aja kepala tuh cewek!"  sungut Tania.

Mysterious ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang