BAGIAN 24 - Let It Goes On

4.9K 424 23
                                    

Sudah beberapa minggu Manika rutin merasakan pusing yang tiba-tiba. Berulang kali Ganendra mengajak ke dokter, Manika selalu menolak dan beralasan mungkin hanya kelelahan dan bisa sembuh jika tidurnya cukup.

"Cuma pusing gini, Mas. Entar juga hilang sambil lalu." Tolaknya lagi setelah usaha kesekian yang Ganendra ajukan.

"Bukan 'cuma' namanya, kalo hampir setiap hari kamu ngeluhnya begitu, Sayang." Ganendra begitu sabar membujuknya.

"Nggak perlu. Lagian Mas Nendra hari ini juga sibuk banget. Aku minum tolak angin, deh nanti."

"Sayang... Aku ini beneran khawatir."

"Aku udah nggak apa-apa. Aku udah sehat." Manika sengaja memutar kepalanya, meyakinkan. Lalu membuat gerakan senam dengan kedua tangannya.

Ganendra hanya mengembuskan napas panjang. Sifat keras kepala istrinya sungguh membuatnya tak habis pikir.

Namun berbeda malam ini. Sepulang kerja tadi, Manika tak berhenti mengeluh tak enak badan. Berkali-kali keluar masuk toilet. Ingin muntah, tapi tak bisa. Perutnya serasa berpusar layaknya naik kapal viking di taman hiburan. Sepertinya dia masuk angin lagi. Ganendra pun dibuat kebingungan. Dia terpaksa menelepon Olivia yang tampaknya masih sibuk di ujung sana.

"Liv, Manika kenapa ya? Mual terus dari tadi." Ucap Ganendra saat nada sambung sudah tak terdengar.

"Salah makan atau gimana, Mas?" Olivia terdengar cemas.

"Nggak kayaknya. Makannya normal, kok. Cuma akhir-akhir ini dia sering pucat dan ngerasa cepat capek gitu."

Olivia diam, mendiagnosa. "Tapi Manika walaupun telat makan, nggak ngefek apa-apa sih. Soalnya dia jago nyemil juga. Jadi perutnya nggak pernah kosong." terdengar seperti bergumam.

"Kalo aku deketin mualnya tambah jadi, Liv. Apa aku bau, ya? Tapi aku udah mandi." pertanyaan polos Ganendra membuat Olivia tersedak, menahan diri agar tak terbahak.

Tiba-tiba Olivia terdiam. "Mas, ingat siklus Manika nggak?"

"Siklus?" Ganendra menautkan alis. "Oh, siklus itu. Iya ingat."

"Biasanya tanggal berapa?"

"Bentar ya, Liv." Ganendra menurunkan ponsel dari telinganya dan mengecek kalender. Lewat dari tanggal biasanya. "Ini udah telat lima hari, Liv. Apa emang begitu? Tapi setahuku dia selalu tepat waktu. Semisal mundur, biasanya paling mentok sehari."

Terdengar seruan bahagia dari Olivia. Sementara Manika semakin menjadi-jadi di dalam kamar mandi, membuat Ganendra tambah khawatir. Tak dilihat, dia kasihan. Dilihat pun semakin kasihan, karena Manika akan bertambah mual.

"Beli testpack Mas. Aku yakin, lagi dung tuh." Olivia tak menyembunyikan nada kebahagiannya.

Ganendra menelaah informasi yang baru saja dia terima. Dung? Manika dung? Hamil maksudnya?!

# # #

Kini Manika menekuri hasil dari alat berwana pink itu. Harap-harap cemas, dia menunggu di depan westafel. Sementara Ganendra masih dengan jarak radius beberapa meter, tak berani mendekati istrinya.

"Gimana Sayang?" Ganendra bersuara dari arah sofa di ujung tempat tidur, menatap ke kamar mandi yang dibuka pintunya.

Manika tak menjawab dan perlahan, muncul dua garis pada alat itu. Antara percaya atau tidak, Manika membaca lagi keterangan di kemasan. "Bila muncul dua garis, maka positif." Hamil gitu? Aku beneran hamil? Dia tidak tahu akan bereaksi bagaimana. Antara bahagia, tak percaya, semacam kena prank, tapi dia ingin sujud syukur juga.

YAKIN NIKAH(?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang