BAGIAN 14 - Simulasi Perang

4.3K 396 14
                                    

Ganendra menekuri layar monitor setengah melamun. Cerita Manika mengenai pimpinan cabangnya yang baru, cukup menyita perhatian. Sosok yang sudah lama tak muncul dalam kehidupan Manika, kini memberi kejutan dan akan kembali menghiasi hari-hari Manika. Dia teringat obrolan santai saat makan malam.

Manika mulai menceritakan asal muasal bagaimana dirinya dan Ranu bisa dipertemukan oleh takdir yang menyebalkan. "Kita ketemu di salah satu organisasi kampus. Dia setahun lebih muda dari Mas. Seharusnya saat aku jadi mahasiswa baru, dia udah KKN. Tapi nggak tahu alasannya, dia sering ngajuin cuti gitu. Entah gimana jelasnya aku lupa. Pokoknya tiap kali ada hal menyangkut aku, dia selalu sewot, ruwet, dan mengintimidasi. Padahal aku udah berusaha semaksimal mungkin supaya nggak terlihat. Itu terjadi sampe kita sama-sama lulus dan wisuda." Manika menyuap makanannya. "Aku pernah sujud syukur pas tahu kabar, dia bakalan ke US buat lanjut S2 dan kerja juga di sana. Eh, sekarang malah sekantor dan jadi pimpinan aku." Bahunya terkulai lemas. "Mas tahu alasan dia nerima kerja di kantor cabang aku berada?"

Ganendra mengangkat alis.

"Katanya karena ada aku di kantor itu. Udah siap menyiksa dari radius sekian ribu kilometer rupanya." Manika mengatupkan kedua tangannya di depan wajah. "Nawaitu badan kulo nyikso Manika, Gusti. (Saya berniat untuk menyiksa Manika, Tuhan)."

Ganendra yang sejak tadi serius mendengarkan, kali ini terkekeh. Tampaknya seru sekali hubungan sang istri dan pimpinannya itu. Tapi, kenapa rasanya dada Ganendra seperti ada yang menyentil, ya?

Pikirannya tersadar oleh berkas yang sejak tadi diperiksa. File mengenai nama-nama karyawan baru perusahaannya yang akan mulai bekerja hari ini. Pandangannya kembali membeku saat dia baca nama-nama pegawai tersebut.

Kartika Ramlan Wahidi dan Amanda Cyntia Madierja. Dia melihat foto yang terlampir di CV. Dua gadis yang tampak menarik dan cerdas dalam gaya yang berbeda. Untuk karyawan pertama, Ganendra tak masalah, tapi untuk karyawan yang kedua? Dia meyakinkan pandangannya lagi. Benarkah ini? Apakah gadis itu sengaja melamar di kantornya karena memang ingin bekerja di sana atau ada alasan lain? Bukankah dia bisa melamar di kantor yang lebih baik dari kantor Ganendra bila melihat latar belakang pendidikan dan pengalaman kerjanya terdahulu?

Ganendra berperang batin. Apakah dia harus memberitahu Manika? Bagaimana reaksi istrinya bila mengetahui hal ini? Seharusnya lowongan kerja kemarin dia khususkan untuk laki-laki saja jika akan tahu seperti ini jadinya. Dia harus bertindak profesional. Toh dia dan Cyntia sudah tak ada hubungan apa-apa selain kawan baik. Manika pun tahu mengenai kedekatan mereka, kan? Lagipula, teman harus saling membantu. Pikiran naif Ganendra mendominasi.

Tak berapa lama, ketukan di pintu terdengar. Sekertarisnya memberi kabar bahwa kedua karyawan baru akan segera masuk ke ruangan Ganendra untuk berkenalan.

"Iya Pak Dimas, ajak aja mereka masuk." Ganendra duduk tegak di kursinya. Dengan ekspresi datar, dia menyambut karyawannya.

Terlihat sosok pertama yang berhijab dan stylish, masuk ke ruangan Ganendra dan di arahkan untuk duduk di sofa. Lanjut sosok kedua yang kali ini memakai kemeja merah di balik blazer hitam dan bawahan rok pensil hitam sepanjang betis. Rambut panjangnya diikat rapi dan lipstiknya merah menyala. Mereka duduk di hadapan Ganendra seusai berjabat tangan.

Sekertaris Ganendra memperkenalkan keduanya secara singkat. Mereka akan berada di bawah pengawasan langsung Ganendra. Kubikel mereka pun telah disiapkan tepat di luar ruangan Ganendra. Bersebelahan dengan kubikel sekertarisnya. Ganendra paham dan memandang keduanya. Cyntia yang kali itu tak berhenti menatap Ganendra, terlihat tenang.

"Sekian penjelasan dari saya. Mungkin ada yang ingin Pak Ganendra tambahkan?" Pak Dimas mengakhiri. Matanya menatap Ganendra dan Cyntia bergantian. Pak Dimas paham betul apa yang terjadi di antara keduanya di masa lalu. Namun, dia bersikap profesional layaknya tak terjadi apa-apa.

YAKIN NIKAH(?)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz