BAGIAN 13 - Ancaman Yang Kembali Datang

4.7K 441 10
                                    

Manika duduk di sisi tempat tidur bersprei abu-abu tua itu. Dia memandangi setiap sudut kamar yang mulai malam ini akan menjadi tempat tidurnya. Dia sudah tiba di Jakarta dan kini ada di dalam kamar Ganendra atau mulai hari ini akan menjadi kamarnya juga.

"Udah menjadi kewajiban aku, membuat kamu nyaman dan bahagia. Kamu udah sah jadi istri aku. Kamu adalah nyonya di sini. Rumah ini adalah rumah kamu juga. Jadi, aku memberikan kamu hak penuh." Terngiang lagi kalimat Ganendra tadi siang, ketika dia menginjakkan kaki di rumah itu.

Sejak selepas makan malam satu jam yang lalu, dia tak mendapati sosok suaminya muncul di hadapannya. Sepertinya pria itu menepati janji untuk membiarkan Manika leluasa memakai kamar utama, sementara Ganendra tidur di kamar yang lain.

Apakah ini yang memang kamu inginkan, Nik? Satu suara muncul di kepala Manika.

Setelah setuju menikah dan berjanji sehidup semati di depan para keluarga juga Tuhan, kamu memilih untuk tidur terpisah dengan suami kamu? Lagi, suara itu menghantam pikirannya.

Kamu ingat pesan para keluarga, kan Nik? Bagaimana reaksi mereka kalau tahu kamu dan suami kamu tidur jauh-jauhan begini? Dosa, Nik.

Manika menggeleng, mencoba menyangkal. Aku belum siap. Itu yang dijawabnya.

Siap atau belum, itu tidak akan kamu ketahui jawabannya kalau kamu tidak membicarakan hal ini dengan suami kamu. Bukannya dari awal kamu menginginkan hubungan yang jujur dan sehat dengan suami kamu? Kamu itu sudah sah menjadi milik Ganendra, begitu pun sebaliknya. Bagaimana kamu tahu apa yang dia inginkan, kalau kalian tidak membicarakannya?

Manika memijat pelipis.

Ayo, Nik. Datangi suami kamu. Dia sudah berbaik hati menerima segala hal tentang kamu, sekarang giliranmu. Masa begini saja kamu harus gengsi?

Manika menatap pintu kamar. Dia membenarkan ucapan itu. Setelah mencoba memikirkan matang-matang segala hal yang mungkin terjadi setelahnya, Manika menarik napas panjang, lalu keluar.

Dia ingat kalau Ganendra tadi masuk ke kamar di sudut lain lantai dua. Manika melangkah perlahan dan benar saja, cahaya dari celah di bawah pintu memberitahu keberadaan suaminya.

Tok! Tok! Manika mengetuk perlahan. Tak butuh waktu lama, dia mendengar suara kursi digeser dan langkah mendekat. Manika gusar saat menyadari apa yang baru saja dia lakukan.

Aduh biyung! Udah nggak bisa mundur nih? Dia menoleh kesana kemari, ingin rasanya bersembunyi, tapi terlambat. Pintu di depannya sudah membuka dan terlihat sosok suaminya dalam balutan celana piyama dan kaus longgar.

"Hei, kenapa?" sapa Ganendra lembut dan mempersempit jarak antar keduanya.

"Ehm..." hanya itu yang keluar dari mulut Manika.

Ganendra mengangkat alis. "Nggak bisa tidur?" lagi, penuh perhatian dan nada bicara Ganendra yang begini selalu sukses membuat Manika bergetar.

"Mas ngapain? Apa masih sibuk?" tanya Manika dan mencoba mengintip ke ruangan yang tertutup oleh tubuh tinggi suaminya itu.

Ganendra menggeleng. "Nggak. Lagi baca aja, biar cepet ngantuk. Kenapa?"

"Ehm, itu..." Manika mencari kalimat yang pas. "Ehm, Mas... kita boleh itu. Anu... di kamar, berdua." Seriously, Nik! Gagap di saat begini?

Ganendra memastikan lagi bahwa sang istri sedang dalam keadaan sadar dan tak di bawah pengaruh obat tidur berbicara begitu padanya. "Kamu mau kalau kita tidur berdua?" Ganendra memperjelas kalimat istrinya. "Kamu yakin? Nggak apa-apa?"

Telan aku lantai! Manika merutuk dirinya. Dia mengangguk lambat-lambat.

Ganendra meneliti lagi wajah Manika. Merona hebat. Dia hanya mengulum senyum. "Oke." setelah mematikan lampu ruang baca, Ganendra membiarkan istrinya yang telah mengenakan daster untuk berjalan lebih dahulu.

YAKIN NIKAH(?)Where stories live. Discover now