BAGIAN 10 - Dari Hati ke Hati

4K 431 8
                                    

"Monggo, Mas." Manika membuka pintu apartemennya lebar-lebar. Dia sudah mengganti dasternya dengan dress santai yang berlapis sweater, setelah mendapat telepon kalau calon suaminya akan mampir ke apartemennya di weekend yang cerah ini.

Ganendra yang berpenampilan kasual kali ini, membuat Manika terpesona sesaat. Pria itu sangat mengerti caranya berpakaian. Membuat tampilannya yang memang oke, semakin keren. Kaus v-neck berlapis jaket jins dan celana chino gelap. Jambang tipisnya tertata rapi. Senyumannya sebelum masuk apartemen, semakin memperindah hari.

Manika yang menyalakan kompor untuk membuatkan minum sebelum membuka pintu, bergegas ke ruang dalam lagi setelah mempersilakan Ganendra duduk. Dia membuka kulkas, mengecek apa masih ada kudapan yang bisa dia suguhkan. Dia ingat, belum sempat berbelanja minggu ini. Matanya meneliti setiap rak kulkasnya. Keju, telur, sosis, daun selada, bawang bombai, dia keluarkan. Kepalanya berpikir, akan memasak apa saat itu. Dia sudah sarapan nasi goreng telur dadar tadi dan tak bersisa.

Teflon ukuran agak besar, dia letakkan juga di atas kompor sebelah panci air yang mulai mengeluarkan gelembung panas. Berjinjit melihat isi lemari pantri dan mengambil margarin juga beberapa lembar roti di sana. Dia akan membuat sandwich. Kesibukan segera terjadi di dapur mungil itu. Dengan cekatan, Manika selesai menyeduh teh untuk dia suguhkan lebih dulu sementara menunggu telur dan sosis matang.

Ganendra yang masih duduk dengan tenang di sofa ruang tamu, kini melihat-lihat foto album yang tersimpan di rak buffet. Terakhir kali main ke apartemen ini, dia tak pernah sempat memeriksa apapun. Dia tertawa geli pada foto-foto Manika yang rata-rata diambil saat masih kuliah.

Manika datang membawa nampan berisi teh. Dia sadar apa yang membuat Ganendra adem ayem saja di tinggal ke dapur. "Ya ampun, itu foto-foto aib saya, Mas." Manika meletakkan minuman di hadapan Ganendra.

Laki-laki itu terlalu asik sampai tak sadar kalau Manika duduk di sampingnya. "Bukan aib namanya kalo cantik begini." Pujian Ganendra membuat pipi Manika bersemu. "Ini Olivia?" Tunjuk Ganendra. Di sana ada foto Manika bersama seorang gadis yang memakai jas perawat universitas.

Manika mengangguk.

"Udah lama ya, kalian sahabatan?"

"Mulai kita gabung di kegiatan mahasiswa yang sama pas awal-awal kuliah. Terus juga kosan sebelahan." terangnya. Dia ingin melihat album bersama, tapi hidungnya mengendus sesuatu. "Ya Allah Gusti!" Manika segera berlari ke ruang dalam, meninggalkan Ganendra yang menatap penuh tanya.

Manika meraih pegangan teflon, menuang sosis dan telur yang sudah agak kecoklatan ke piring. Lalu mengoles roti dengan margarin dan kembali berjibaku memotong sayuran. Konsentrasinya terfokus seutuhnya pada menu yang sedang dia siapkan untuk tunangannya itu. Sampai-sampai dia tak menyadari bahwa Ganendra sudah menyusulnya ke dapur.

"Kamu bikin apa?" suara Ganendra yang tiba-tiba muncul di balik pundak Manika, membuat perempuan itu terlonjak.

"Allahu Akbar! Mas Nendra!" Dia mengelus dadanya.

Ganendra meringis. "Maaf, saya nggak bermaksud ngagetin kamu."

Manika menggeleng. "Nggak apa-apa, Mas. Nggak apa-apa." Dia melanjutkan kesibukannya.

Kali ini Ganendra memilih duduk di kursi meja makan, memerhatikan Manika yang begitu lincah di dapur. Dari gerakannya, dia bisa nilai jika perempuan itu sudah terbiasa mengurus rumah dan memasak. Tanpa dirasa, senyumnya mengembang. Mandiri, cerdas, dan jago masak. Ayah dan ibu memang tidak sembarangan mencari jodoh untuknya.

Manika membalik roti di teflon dan tak butuh waktu lama, makanan sudah terhidang di hadapan Ganendra. Pria itu terkesima.

"Belum sempat beli bahan lengkap, Mas. Ini ngikut bahan seadanya aja."

YAKIN NIKAH(?)Where stories live. Discover now