BAGIAN 19 - Ada Udang di Balik Rempeyek

4.3K 414 12
                                    

Manika melibatkan sang sahabat dalam persiapannya mengenai acara makan malam bersama yang fix akan diadakan dua minggu lagi. Mereka baru saja pulang menemui pihak restoran dan beberapa tempat untuk mengurus segala sesuatu. Kini keduanya sedang beristirahat di warung tenda bubur kacang hijau. Manika mengunyah perlahan makanannya yang masih mengepul. Pikirannya kembali melanglang buana pada adegan semalam. Dia tak berhenti tersenyum di sela suapannya.

"Kenapa lo?" Olivia yang memergoki ekspresi Manika, menatap penuh selidik. Lalu seperti mengerti, sahabatnya itu tersenyum menggoda. "Udah 'ehem' ya!?"

Mata Manika membelalak dan buru-buru menoleh sekeliling. Khawatir pengunjung lainnya mendengar seruan sahabatnya yang kurang ajar itu.

"Beloommm." Bisik Manika dan menendang betis Olivia.

"Kalau belum kenapa senyam senyum aja detadi?"

"Ssstt... mau tahu aja." Manika meletakkan telunjuknya di depan mulut agar Olivia mengecilkan volumenya.

"Mulai main rahasia yaa." Olivia begitu lahap di depannya.

Manika kembali dibuat takjub oleh keajaiban sebuah ngidam. Padahal Manika tahu betul, Olivia tak suka makan bubur begitu, tapi kenapa sekarang sahabatnya sangat doyan?

Manika hanya tersenyum. Dia benar-benar awam tentang hal menyangkut kehamilan. Nanti pun, dia akan mengalaminya juga. Eh? Ehem! Dia membuang jauh bayangan yang menghantuinya sejak tadi.

"Beneran Nik, elo belum jos gandos?" Olivia mulai lagi.

"Beneran." Jawab Manika singkat. Kalau hampir sih, iya. Tapi tentu saja, hal ini tak akan dia bocorkan pada Olivia. Mau malu jadi bulan-bulanan?

"Sumpe elo, Nik? Ini udah mau jalan dua purnama!" Olivia tak habis pikir. Betah sekali sahabatnya itu menyia-nyiakan anugerah seindah Ganendra. "Bener-bener elo. Dosa tahu nggak!"

Yah, nggak tahu aja sih, dia. Kalau aku cerita adegan semalam, bisa jadi rame sewarung. Manika menyembunyikan ekspresi meronanya. Dia kembali menunduk menghadap bubur. Pikirannya menerawang pada adegan sebelum tadi berangkat untuk menjemput Olivia. Ganendra memeluknya erat dan mendaratkan kecupan hangat nan dalam ke bibir Manika. Sebelumnya pun, saat bangun tidur, saat akan keluar kamar, di setiap kesempatan dengan ekspresi mendamba. Setiap debaran yang dihasilkan karena tindakan Ganendra, sukses membuat Manika mabuk kepayang. Sepertinya, itu akan menjadi kebiasaan baru mereka.

"Turut prihatian buat Mas Nendra gue. Punya bini keras kepala banget." Keluhan Olivia mengembalikan pikiran Manika. "Dia itu laki elo, Nik. Sah dan halal di manapun elo berada. Apanya yang masih ditakutin?"

Masih lanjut aja nih, bumil sotoy.

"Coba aja dulu, Nik. Bakalan ketagihan tahu!" ekspresinya kembali menggoda.

Sebelum Manika keceplosan, tak berapa lama kursi di sampingnya bergeser, menampakkan sosok gagah yang sejak tadi dia tunggu.

"Bahas apa nih? Pake bisik-bisik begitu? Ghibah, ya?" todong pria itu langsung dan menatap Manika serta Olivia bergantian. "Hei, Sayang." sapanya sambil mengelus punggung dan tanpa sungkan, mendaratkan ciuman lembut di sudut bibir sang istri.

Hal itu tak luput dari pengamatan Olivia yang langsung menutup mulut. "Sayang? Kecupan di sudut bibir?" bisik Olivia tertahan. Dia mengerling meminta penjelasan pada Manika kemudian tersenyum penuh arti. "Mas Ganendra. Apa kabar?" lanjutnya seperti mengerti arti balasan kedipan mata dari Manika. Olivia mengulurkan tangannya untuk bersalaman yang segera disambut senang oleh Ganendra.

"Baik. Alhamdulillah. Kamu sendiri, sehat kandungannya, Liv? Udah masuk berapa minggu?" Tanya Ganendra penuh perhatian seperti biasa.

"Mau jalan dua belas minggu, Mas. Doain sehat terus dan bisa seganteng Mas Ganendra." Olivia menyeringai.

YAKIN NIKAH(?)Where stories live. Discover now