BAGIAN 25 - Peace Always Beautiful

10.4K 460 26
                                    

Hari yang ditunggu oleh sebagian karyawan bank di kantor Manika telah tiba. Hari dimana mereka akan melakukan gathering akbar menuju Jogjakarta. Ranu, Manika, beserta rombongan, sudah berkumpul di halaman bank yang hari ini tutup karena tanggal merah. Mereka menunggu jemputan travel untuk menuju stasiun. Dengan kaus seragam gathering, semuanya tampak antusias dan asik bercengkerama.

Ranu yang juga memakai kaus seragam, bercelana jins serta sepatu sneaker, baru saja selesai menelepon. Tampilan kasualnya selalu sukses merebut hati para karyawan perempuan. Dia memandang ke rombongan dan mengeluarkan kertas dari ransel. Membaca nama-nama yang terdaftar kemudian memastikan dengan wajah-wajah yang kini menghadapnya. Dia mengangguk puas. Semuanya lengkap dan hadir tepat waktu.

"Sebentar lagi travel kita datang. Sabar ya, masih traffic jam." Ranu berucap lantang kemudian meninggalkan para karyawan yang sibuk membuat IG story dan beberapa ada yang lesehan di undakan.

Matanya meneliti lagi, mencari sosok Manika yang kali itu juga memilih duduk di undakan teras agak jauh dari kerumunan. Wajahnya terlihat meringis.

"Baru aja sarapan, tapi kenapa laper lagi sih?" Gerutu Manika. Jadi menyesal, kenapa tadi tidak menurut saja pada Ganendra untuk membawa bekal.

Ranu yang menyadari hal itu, bergegas menuju parkiran di basement, tempat semua kendaraan milik karyawan yang ikut gathering dititipkan. Dia mengambil bungkusan dari bagasi yang memang disiapkan untuk perjalanan kali ini. Lalu kembali ke halaman depan berjalan ke arah Manika yang duduk seorang diri di undakan paling atas sambil mengetuk-ngetuk ponsel. Tanpa ragu, Ranu duduk di sebelah Manika dan menyodorkan bungkusan yang tadi dia ambil dari mobilnya.

Manika yang masih mengoperasikan ponsel, menatap penuh tanya pada bungkusan yang kini mendarat di pangkuannya itu. Dia menoleh, menatap si pelaku. Wajahnya yang semula sudah tersiksa karena lapar, kini semakin merana mendapati siapa sosok yang memilih duduk di sebelahnya sementara masih banyak lahan kosong di sisi yang lain.

"Apa ini, Pak?" tanya Manika.

"Buka dulu, baru tanya kalo nggak ngerti." Sahut Ranu sinis seperti biasa.

Manika memutar bola matanya malas dan dia membuka ikatan bungkusan itu. Sreeng! Wangi makanan yang begitu dia idam-idamkan, langsung menyembur keluar saat bungkusan itu terbuka. Matanya yang tadi tak memiliki semangat hidup, kini berbinar-binar. Berbagai jenis kudapan terpampang nyata di hadapannya.

"Habisin. Awas kalo kamu buang." Bertepatan dengan kalimat Ranu, sebuah bus mini masuk ke halaman bank dan membuat wajah-wajah karyawan lainnya semakin semringah.

Ranu bangkit lalu meninggalkan Manika yang terus saja menelan air liur mendapati makanan kesukaannya dalam satu bungkus itu. "Makasih, Pak." Lirihnya saat Ranu sudah berdiri menjauh untuk membuka bagasi bus, membantu memasukkan barang bawaan para bawahannya.

# # #

Sesampai di Jogja, Ranu yang masih memimpin rombongan seorang diri, dengan sigap mengawasi para anak buahnya. Tak luput juga dari perhatiannya, tindak-tanduk Manika yang pucat serta tak bersemangat itu. Dia segera menghentikan langkah, sengaja membiarkan rombongan berjalan masuk terlebih dahulu ke dalam bus dan menunggu Manika.

"Siniin koper kamu." Kalimat Ranu terlontar saat perempuan itu tiba di dekatnya. Membuat Manika yang sedari tadi fokus pada rasa nyeri di perut, mendongak. Belum sempat dia mengatakan apapun, pegangan koper sudah berpindah ke tangan Ranu. "Ayo, kursi di belakang sopir udah dikosongin. Biar kamu bisa selonjor." Ucapnya lagi lalu pria itu bergegas di depan Manika.

Manika tak berkomentar dan hanya mengikut di belakang Ranu. Dia sudah tak sanggup berdebat. Rasa mual begitu membayanginya.

Setelah beberapa menit mengantri untuk naik bus, akhirnya Manika berhasil duduk tenang di kursi belakang sopir yang Ranu maksudkan tadi. Dia mengatur kursi agar lebih condong ke belakang dan meletakkan bantal di perutnya. Wajahnya semakin pucat. Ditambah bau khas bus dan AC yang begitu kencang. Manika yakin akan meriang sebentar lagi.

YAKIN NIKAH(?)Where stories live. Discover now