BAGIAN 15 - Suamiku Sayang, Suamiku Malang

4.9K 423 10
                                    

Langit-langit kamar yang tinggi, terlihat remang-remang oleh pencahayaan dari lampu tidur di meja nakas sisi kiri Manika berada. Dia menoleh ke kanan, tak ada sosok Ganendra di sana. Dia kembali lupa mengabari suaminya bahwa akan pulang terlambat malam ini. Sudah tiga hari Manika kelupaan seperti itu. Berawal dari makan siang sesi curhat dengan Olivia mengenai Ranu sehingga melupakan janjinya dengan Ganendra dan membuatnya merasa bersalah sepanjang sisa hari. Dilanjut dengan lembur dan pulang hampir tengah malam selama dua hari berturut-turut.

"Istri durhaka elo." Kalimat Olivia terngiang-ngiang di kepalanya. "Kalo gue jadi Mas Ganendra, gue udah sandera elo buat diem aja di rumah." Komentarnya lebih kejam.

"Hhhh..." Manika menarik napas panjang. Tak seperti malam-malam sebelumnya, tadi Bi Yanti yang membukakan pintu. Apa ini puncak kesabaran Ganendra padanya? Sehingga dia enggan menunggu dan tidak tidur di kamar?

"Pak Nendra sepertinya ketiduran di ruang baca, Bu. Juga belum sempat makan malam karena nunggu Bu Manik." ganti ucapan Bi Yanti yang terngiang-ngiang. Manika akui, dia memang kelewatan kali ini. Tapi dia tidak bermaksud begitu. Dia mengira bahwa Ganendra mengerti dan makan saja terlebih dahulu seperti malam-malam sebelumnya.

Manika tak bisa memejamkan mata sedikit pun. Dia duduk dan menyingkap selimut, memakai sandal tidur dan dengan daster batik yang membalut tubuhnya, dia keluar kamar. Berjalan ke ruangan dimana kemungkinan suaminya berada. Manika lihat dari celah di lantai, lampunya masih menyala. Tanpa mengetuk terlebih dahulu, dia membuka pintu.

Matanya meneliti ruangan itu. Kamar baca Ganendra. Segala hal mengenai pekerjaan dan urusan suaminya, dilakukan di sana. Terlihat lemari dan rak berisi buku-buku yang tertata rapi. Ada sofa single besar abu-abu dan nyaman di salah satu sudut. Meja kerja dengan PC dan laptop, desklamp yang tak menyala, dan peralatan tulis. Single bed di samping meja kerja diisi oleh sosok yang tidur menyamping, membelakangi pintu.

Manika mendekat dengan langkah pelan setelah menutup pintu terlebih dahulu. Dia tak ingin membangunkan sosok itu. Didengarnya napas teratur dan juga gerakan bahu suaminya. Masih dengan mengendap-endap, Manika menyondongkan badan lalu diintipnya melewati bahu Ganendra yang terkulai. Tampak sisi kanan wajah suaminya yang terlelap. Sudah tidur rupanya. Manika menatap sesaat. Wajah tampan itu tampak lelah dan entah kenapa, Manika merasakan hawa panas dikeluarkan oleh tubuh tersebut. Manika mengintip lagi, menautkan alis. Dia mengulurkan tangannya dan benar saja. Dahi pria itu begitu panas. Manika meyakinkan lagi, kini dirabanya pipi, tengkuk, bahu, tangan, hingga kaki. Panas. Ganendra demam!

Dengan ekspresi yang begitu panik, dia duduk di balik punggung yang kini mengigau itu. Perlahan dia membalik badan Ganendra untuk terlentang kemudian buru-buru mematikan AC dan membawa kepala suaminya ke pangkuan. Tanpa pikir panjang, dia menyusupkan kedua tangannya ke balik kaus Ganendra. Merasakan permukaan kulit liat itu, guna menyalurkan hawa panas tubuh Ganendra agar terserap ke tubuhnya sendiri. Metode yang dulu selalu mamanya lakukan bila Manika demam. Membolak balik tangannya, bergerak merata di balik kaus suaminya.

Beberapa detik terus begitu sambil mengubah posisi Ganendra menyamping, agar tangannya kini bisa menyusup ke punggung suaminya. Wajahnya tak berhenti khawatir. Dirasakan tak ada perubahan suhu yang berarti, Manika ikut merebahkan tubuhnya di balik tubuh Ganendra yang menyamping untuk memeluk lelaki itu dari belakang. Begitu erat. Dadanya yang sejak tadi tak berhenti berdetak tak karuan, tak dia hiraukan.

"Mas, jangan sakit..." lirihnya di belakang kepala Ganendra, tangannya masih menelusup di balik kaus.

Tak lama kemudian, dia dengar suara lemah Ganendra memanggil. "Manik." Begitu lirih. Kepalanya terkulai lemas di bahu Manika. "Ini kamu, Manik?" tangannya mengusap lengan Manika yang masih melingkari tubuhnya.

YAKIN NIKAH(?)Where stories live. Discover now