BAGIAN 21 - Another First Dance

4.4K 402 11
                                    

Restoran yang di booking untuk acara makan malam bertema garden party, telah disulap sedemikian rupa. Bagian taman yang luas dan indah kini berisikan kursi-kursi rotan putih berhias rangkaian bunga kering serta ilalang, di tata rapi mengelilingi meja kayu persegi panjang. Ada lima meja panjang yang saling menghadap kolam renang. Hiasan rustic berwarna dominan beige-coklat dengan lampu stardust di atasnya, memberi kilau cantik pada venue. Bunga-bunga hidup mewangi dan bermekaran dengan warna senada juga memperindah suasana. Berbagai macam piranti makan dan vas-vas yang berisi bunga hidup, tertata di atas meja. Penerangan yang sesuai membuat suasana semakin hangat. Bintang-bintang di langit juga menemani indahnya perayaan di malam itu.

Para tamu hadir dengan dresscode atasan putih dengan bawahan earth tone bagi tamu pria dan dress putih bagi tamu perempuan. Ada dua kursi behiaskan berbeda yang diletakkan di ujung meja, menghadap para tamu. Musik akustik dari sisi lain kolam, mengalun indah menyanyikan lagu-lagu bertema ceria.

Para tamu sudah duduk di kursi masing-masing, disambut hangat oleh senyuman lebar sepasang suami istri yang mengadakan acara tersebut, Manika dan Ganendra. Keduanya tampil begitu sempurna. Manika memakai balutan gaun putih ringan berleher lebar memamerkan bahu juga tulang selangkanya, dengan lengan menggembung dan hiasan flower crown di kepala serta rambut panjang bergelombangnya diurai. Ganendra sendiri memakai t-shirt putih di balik setelan jas warna beige, membuat para gadis lajang di sana terpikat tak berdaya.

Cyntia yang memerhatikan keduanya dalam diam dari kursinya di salah satu sudut, hanya bisa menghela napas berat. Hatinya mencelos. Dia sudah mantap untuk menjalani kehidupannya seperti itu. Jika ingin tetap berteman dengan Ganendra, maka dia harus membuang jauh-jauh perasaan emosionalnya pada Ganendra. Seperti pesan almarhum papa dalam mimpinya.

Sementara Ranu, bersandar sambil bersedekap dari kursinya. Saat tamu lain bertepuk tangan meriah menanggapi sambutan kedua insan itu, dia hanya duduk diam dan menatap lurus pada sosok Manika. Ekspresi yang begitu Ranu rindukan, tertawa lepas dengan rasa bahagia terpancar terus menerus. Cantik sekali. Selalu sukses membuat Ranu terpesona sejak dulu. Pria itu menghela napas panjang. Dia sudah tak bisa berbuat apa-apa selain menahan raungan dalam hatinya yang memaksa keluar.

Tak berapa lama, makanan dan minuman datang silih berganti mengisi piring dan gelas. Gelak tawa dan canda memenuhi restoran malam ini. Iringan musik tak henti pula mengalun. Dari pelan, menghentak, lalu pelan lagi. Hingga pada jam kesekian, MC mengumumkan untuk mengakhiri lagu yang dimainkan.

Manika dan Ganendra bertukar pandang penuh tanya. Para keluarga dari Surabaya yang juga hadir dan masih mengobrol, terpaksa menghentikan percakapan mereka. Olivia yang malam itu datang bersama Evan, sang suami, duduk tenang di kursi masing-masing. Pandangan semua tamu mengarah pada satu sosok tinggi ramping atletis yang malam ini juga berpakaian sesuai dresscode.

Olivia menatap ke arah Manika saat mengetahui pria karismatik yang sedang berdiri di sisi kolam bersama band akustik sambil membawa gelas berisi coke itu. Dia menaikkan alisnya beberapa kali. Manika yang menyadari kode dari Olivia, menyipitkan mata. Ganendra pun tak luput dari perhatian Olivia. Ekspresi pria itu tampak tenang seperti biasa. Tangannya merangkul bahu Manika.

"Selamat malam!" Sapa Ranu lantang dan santai menggunakan mic dari band.

Para tamu menanggapi sapaannya. "SELAMAT MALAM!"

"Mohon maaf mengganggu obrolan Anda semua." Dia mengangguk dan tersenyum sopan. Senyuman yang bisa diakui membuat dia lebih tampan ketimbang ekspresi dingin yang selalu diperlihatkan. "Sebagai seorang kawan, saya ingin mengucapkan selamat untuk mempelai." lanjutnya. Pandangannya mengarah pada Manika dan Ganendra bergantian. "Semoga kalian selalu berbahagia, saling percaya, dan semakin solid."

YAKIN NIKAH(?)Where stories live. Discover now