BAGIAN 16 - Pecahnya Perang Yang Lain

4.8K 437 35
                                    

Sudah seminggu Manika kembali melewati kesibukan pekerjaan. Suaminya pun telah pulih dan melakukan aktivitas seperti sedia kala. Siang ini Manika berencana menemui Ganendra di kantornya. Kebetulan, dia baru saja selesai menjadi pemateri training karyawan dari cabang wilayah di salah satu hotel dekat kantor suaminya. Jam kerja yang sedikit longgar, ditambah lagi Ranu yang sedang dipanggil ke menara pusat, membuat mood-nya sangat baik. Kesempatan ini akan dia pergunakan untuk mengajak Ganendra makan siang bersama.

Tak sampai lima belas menit menyetir dari lobi hotel, Manika telah berhenti di parkiran gedung berlantai lima itu. Di sela menunggu suaminya keluar gedung, panggilan Bu Melati masuk ke ponselnya. Ini nih, yang Manika khawatirkan. Pasti nanti topik yang ditanya tak jauh dari cucu, keturunan, jamu, dan jos-gandos, tentu saja.

"Halo, Ma?" Manika menjawab antusias.

"Hmmm, anak Mama. Udah nikah nggak ada kabar sama sekali. Seneng, Nduk?"

"Alhamdulillah."

"Alhamdulillah. Gimana? Udah gol?" Tuh kan!

"Gitu, deh." A little white lie, nggak apa-apa ya?

"Gitu gimana?" suara penasaran yang tak ditutup-tutupi membuat Manika menggaruk pelipisnya.

"Baru juga tiga minggu, Ma. Masa langsung gol?" Manika beralasan.

"Eh eh eh, jangan salah. Mama dulu dapet dua minggu nikah, udah dung. Tantemu juga, langsung dung. Pastinya kamu juga dung, dong?"

"Belum jadi, Ma." Yah, bagaimana mau jadi kalau kumpul saja belum. Dan tak mungkin hal ini Manika bicarakan tentunya. Mau dikutuk jadi keset?

"Minum jamunya, Nduk. Udah berapa kali Mama wanti-wanti. Yang merah buat kamu, yang hitam gambar kuda buat Tole. Campur kuning telur ayam kampung tiga biji, buat Tole. Punyamu cukup satu kuning telur aja." Bu Melati terdengar gemas.

Manika mengurut dahi. Seingat Manika, jamu itu tak ia bawa. Melainkan ditinggal begitu saja di laci meja dalam kamarnya di Surabaya.

"Jangan sampe kamu tinggal lagi. Seharusnya minggu kemaren udah sampe." Seperti tahu isi kepala Manika, komentar Bu Melati membuat Manika membelalak.

"Mama paketin?" Manika sungguh tak habis pikir. Ya ampun, Ma. Segitunya ya, greget Bu Melati ini ingin punya cucu. Sabar Ma, anak anda ini masih melatih mental.

"Ini kamu lagi dimana, Nduk?"

"Manik di kantor Mas Nendra. Mau makan siang bareng." Selesai mengucap itu, mata Manika menangkap sosok yang dia tunggu sejak tadi, keluar dari pintu gedung seorang diri. Disusul oleh beberapa karyawan yang juga hendak istirahat makan siang.

"Mas Nendra udah keluar, Ma. Entar sambung lagi ya. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam Nduk, sampein salam Mama buat Tole. Jangan lupa jamunya diminum."

Manika menggeleng menanggapi kalimat terakhir sang mama. Dia membuka pintu mobil dan bersiap menyambut suaminya yang sudah sadar akan keberadaannya. Pria gagah itu melambai, tapi tak berapa lama Ganendra menoleh ke belakang. Dia menyahuti panggilan seorang gadis yang mengikuti rombongan para karyawan yang kembali keluar dari pintu. Gadis itu berjalan cepat ke arah Ganendra. Manika menyipitkan mata. Mencoba mengenali sosok yang mengenakan dress katun pink selutut berlapis blazer putih itu. Cyntia.

# # #

"Ternyata kebiasaan Mas nggak pernah berubah ya?" Itu adalah kalimat pertama yang Cyntia lontarkan saat mereka bertiga telah duduk di meja yang sama di sebuah restoran.

YAKIN NIKAH(?)Место, где живут истории. Откройте их для себя