BAGIAN 5 - Perhatian-Perhatian Kecil

4.7K 510 21
                                    

Manika melemaskan punggung. Sekitar tiga jam tanpa jeda, dia berkutat dengan berkas-berkas di meja kerjanya. Sesekali mengalihkan perhatian pada monitor untuk membalas email dan mengerjakan data. Dua minggu telah berlalu semenjak pertemuan tak disengaja dengan Ganendra. Manika mendongak, membawa tangan kanannya ke depan wajah. Dia memutar-mutar cincin indah yang kini bertengger di jari manisnya. Dia ingat betapa histerisnya Olivia saat melihat cincin tersebut. Rasanya sahabatnya jauh lebih berbahagia daripada dirinya.

Orang-orang kantor pun sadar akan perubahan status lajang menjadi akan menikah yang terjadi pada Manika. Dari mana mereka tahu? Tentu saja dari pengumuman asal lewat yang disampaikan Pak Aqlan saat meeting bulanan beberapa hari kemarin. Dengan santainya, atasannya itu mengucapkan selamat dan mengacungkan air mineral botolan yang disediakan untuk bersulang. Membuat Manika tak berani keluar ruangannya demi menghindari tatapan juga pertanyaan kepo karyawan lain.

Benar-benar, ya! Pasti Ganendra yang sudah mengatakan hal ini pada atasannya, mengingat hubungan Ganendra dan Pak Aqlan yang semakin sering bertatap muka demi menjalankan proyek bersama yang disponsori oleh bank tempatnya bekerja. Manika tak sanggup membela diri dan tak mungkin menyangkal. Karena keberadaan benda itu di jemari Manika sudah menjadi bukti nyata.

Manika memijat pelipisnya. Pikirannya teralihkan saat ponsel di samping kibor bergetar. Manika melirik sekilas. Pesan dari Ganendra. Duduknya langsung tegak. Reaksi yang selalu terjadi akhir-akhir ini. Dia menggeleng lagi bila ingat akan usaha yang Ganendra lakukan demi mendekatkan hubungan mereka. Walau tak sering, tapi semenjak pertemuan mereka di restoran, Ganendra rutin menghubunginya. Sekadar menanyakan kabar. Manika pun merasa, pesan dari calon suaminya itu lambat laun membuat Manika merasa istimewa. Sudah lama dia tak diperhatikan begini oleh lawan jenis. Sekalinya mencoba membuka hati lalu mendapat perhatian berlimpah, wah, bikin leleh!

Hei, Nik. Jangan bilang kalau kamu mulai ada rasa dengan Ganendra? Secepat itu? Mana rasa gengsi dan penolakan yang awalnya kamu tunjukkan secara menggebu-gebu? tiba-tiba suara dalam kepalanya berbicara. Suara iblis yang harus dikerangkeng dengan rukiyah, sebut Olivia, bila Manika mulai membahas pikiran-pikiran buruk yang terlintas di kepalanya.

Manika hanya menggeleng. Dia ketuk dan terbaca pesan dari Ganendra

'Hai Manika, gimana kerjaan hari ini?'

Tuh, pesan begini saja sudah berhasil bikin Manika cenat-cenut. Dia hanya menatap ponsel, menimbang-nimbang. Apakah ini saatnya untuk menguji Ganendra? Maksudnya, ujian naik tingkat sebelum masuk ke fase pengenalan diri Manika selanjutnya? Belum sempat Manika memutuskan, pesan berikutnya kembali masuk.

'Saya ada di ruangan Pak Aqlan. Selesai dari sini, akan mampir ke ruangan kamu.'

"What??" Manika bangkit dari kursinya. Benar sih, dua minggu mereka selalu rutin berhubungan melalui pesan atau telepon, tapi kalau disuruh bertatap muka mendadak begini, Manika kan, salting lagi! Tidak mungkin dia menolak seperti yang sering dilakukannya. Sungguh ya, lelaki ini, tak bisa dipandang sebelah mata.

# # #

Ganendra sudah duduk di sofa dalam ruangan Manika. Perempuan itu baru saja membuatkan minum untuknya. Dia merasakan atmosfer sunyi yang mencurigakan, menyelebungi kantornya. Benar saja, bisa dilihat bayangan kaki-kaki anak buahnya yang mengintip dari luar pintu kantor. Benar-benar!

Manika melirik Ganendra yang tetap saja mengamati ruangan calon istrinya itu. Mereka masih saling diam. Sudah lima menit berlalu, tapi tak ada pembicaraan dari masing-masing kubu.

"Bunganya masih segar. Kamu yang beli?" Akhirnya Ganendra bersuara. Dia menunjuk bunga mawar di sudut meja kerja Manika.

Manika menoleh. "Oh, itu dari tim. Hadiah buat saya." Terangnya.

YAKIN NIKAH(?)Kde žijí příběhy. Začni objevovat