BAGIAN 4 - Pertemuan Tak Dinyana

4.7K 549 18
                                    

"Liv..." Panggil Manika lirih. Dia menelepon sahabatnya. Jam di dinding ruangan Manika menunjukkan pukul setengah dua belas. Setengah jam lagi waktu istirahat makan siang akan tiba dan dia sama sekali tak bisa konsentrasi menggarap pekerjaan. Tubuhnya bersandar pada kursi. "Gue harus gimana?"

Terdengar kesibukan di belakang Olivia. "Bentar Nik, bentar ya." Olivia sedang berbicara dengan rekan sesama perawat untuk ijin keluar. Beberapa detik kemudian, suasananya terdengar lebih lengang. "Oke, gue udah duduk di kursi tunggu. Sekarang, kegalauan apa lagi yang melanda calon pengantin ini?"

Manika berseru sewot. Lalu memulai ceritanya tentang pesan yang dia terima dari sang papa mengenai rapat pembentukan panitia acara pernikahannya awal bulan depan. "Itu berita pertama."

"Wah, gercep juga ya!" Olivia antusias. Dia jauh lebih bahagia menyambut pernikahan Manika dari pada si pelaku sendiri.

Manika tak menghiraukan komentar Olivia. "Yang kedua, gue secara nggak sengaja ketemu dengan calon suami gue."

"What?! Yang bener? Elo nggak mimisan? Mengingat betapa hot dan yummy-nya dia." Nada suara memuja Olivia begitu menggelitik telinga Manika.

"Nggak sempat mimisan sih, soalnya gue langsung kabur."

"Hah? Kabur gimana?"

Manika menceritakan kronologi pertemuan dan perpisahannya yang sungguh tak epik.

"Ya Elah, Manika... Manika... Cewek mana yang nggak pengen nyerang dia, tahu nggak? Hihihi!" Olivia terkikik.

"Liv, gue serius." Manika sama sekali tak ingin bergurau.

Olivia menghentikan tawanya. Dia berdeham dua kali. Ehem ehem! "Jadi, dia belum sempat nanya-nanya dan elonya keburu kabur? Gitu?" Olivia menggeleng. "Wah, sayang banget."

Manika menautkan alisnya. Sebenarnya Olivia ini pro siapa, sih? "Mending gitu dari pada gue mati gaya. Asli, gue bener-bener nggak tahu harus bersikap gimana. Mau sok akrab, tapi kita belum pernah ketemu. Mau nyuekin, tapi dia calon suami gue. Gimana akal sehat gue harus menyikapi ini semua, Liv? Gimana?" Manika bingung. Dia menghela napas, sebelum lanjut bicara lagi. "Masalah hot and yummy, elo bener banget. Gue berasa ngelihat Dewa Yunani turun dari langit."

Olivia terkikik lagi mendengar kalimat sahabatnya.

"Sepertinya dia juga seorang bos. Dia tadi bareng rombongannya datang nemuin atasan gue. Hanya orang penting aja yang bisa punya janji temu sama Pak Aqlan." Manika yang tak mengetahui dengan jelas latar belakang Ganendra, berpendapat demikian.

Olivia mengangguk. "Dari sini gue bisa menyimpulkan, Nik. Gimana sosok calon laki elo itu. Ganteng, iyes. Karir, oke. Berasal dari keluarga baik-baik, of course. Jadi ibu negara gemah ripah loh jinawi elo entar, Nik."

Manika menggeleng. Dia tak setuju. "Itu justru membuat gue berpikir lagi." Manika terdengar loyo.

"Berpikir gimana lagi, nih calon nyonya?"

"Ya, gimana kalau seandainya dia cuma main-main sama gue. Setelah berhasil nikahin gue, terus ada perempuan lebih kinclong, gue langsung ditinggal gitu aja." Manika masih terus mencari alasan.

Sementara Olivia, menggeleng dan mengurut dahinya. Harus dibujuk bagaimana lagi sahabatnya yang keras kepala ini ya? "Nik, dengerin gue. Kalian itu dijodohin. Pertemuan dua keluarga udah terjadi. Papa elo sama ayah Mas Ganteng sahabat karib. Semisal Mas Ganteng mau mainin elo, bakal ada perang yang terjadi. Dan gue tahu, Mas Ganteng itu nggak bakal berani mengkhianati kedua belah orang tua kalau nggak mau dikutuk."

YAKIN NIKAH(?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang