BAGIAN 6 - Tamu Tak Diundang

4.2K 455 13
                                    

"Cantik banget, Nik!" Olivia berseru, melihat foto-foto hasil sahabatnya fitting baju pengantin. "Gue nggak sabar pengen lihat elo pake gaun-gaun ini segera, Nik." Mata Olivia berkaca-kaca. Dia tak menyangka bahwa pada akhirnya sang sahabat akan menikah juga.

Manika hanya mengangguk dan memakan kudapan yang dibelikan oleh Ganendra. Berbagai macam bolu dari cafe selebriti.

"Terus mana foto laki elo?" Olivia masih menggeser galeri foto Manika.

Manika menyeringai mengingat keteledorannya. "Gue lupa. Terlalu khusyuk." Pikirannya langsung melayang, mengingat Ganendra yang memakai beskap dan berbagai model jas bridal. Sungguh menawan. Wajah ganteng khas pria Jawanya tak bisa dipungkiri, sempat membuat dada Manika jumpalitan seharian itu.

Olivia menyentil dahi Manika yang agak terlamun. "Rese lo, nggak mau berbagi."

"Aw!" Manika mengelus dahinya yang sakit dan panas karena serangan Olivia.

Perempuan berambut pendek itu masih saja melihat-lihat isi galeri Manika. Tak berapa lama, ponsel Olivia sendiri bergetar. Dia membaca sebentar. Pesan dari sang suami. Tatapan mata penuh kerinduan terpancar jelas di sana.

Manika menatap ekspresi wajah sahabatnya sambil terus mengunyah. "Kenapa, Liv?"

Olivia menggeleng. "Mas Evan. Ngabarin kalo dia lagi di Hongkong. Mau cari oleh-oleh katanya." Senyum bahagia terselubung rindu terlihat di wajah manisnya. "Gue kangen Mas Evan, Nik. Pengen dipeluk, pengen disun. Pengen... ehem juga." Cengiran lebarnya membuat Manika bersungut-sungut.

"Nggak disebut juga kali masalah 'ehem'-nya." Manika meraih gelas berisi air di meja dan meminumnya.

Olivia terbahak. Obrolan semacam ini selalu sukses membuat Manika risih. Untuk diketahui bersama, sahabatnya itu benar menarik, brilian, dan mumpuni di bidangnya, tapi untuk masalah percintaan dan 'ehem' tadi, dia sama sekali buta arah. Hal ini memunculkan keisengan Olivia.

"Nik, bentar lagi elo bakalan nikah. Bakalan 'ehem' juga. Udah siap, Nik?" goda Olivia pada Manika yang tetap asik memakan bolu di sebelahnya.

Manika menatap geli pada Olivia. Membayangkan dia sah menjadi istri orang saja, sudah tak sanggup. Masa harus didesak juga untuk membayangkan 'ehem'. "Liv, bisa bahas hal lain nggak? Yang lebih bermutu misalnya."

"Itu juga bahasan bermutu, Nik. Mengenai proses pembuatan calon generasi penerus bangsa." Jawab Olivia sambil menahan tawa. "Gue jadi penasaran, gimana Mas Ganendra saat... mmpf... ppftt... hmkmmg..." Manika menyumpal mulut Olivia dengan bolu di genggamannya.

Manika tak mau berpikiran macam-macam. Dia menggelengkan kepala dan meminum lagi airnya. Entah mengapa, pipinya merona seketika.

Olivia yang mengunyah dan tetap menahan tawa, menyadari perubahan ekspresi sahabatnya itu. Dia terbahak lalu kemudian terbatuk. "Uhuk uhuk uhuk!"

"Sukurin!" ejeknya.

Olivia lekas menyambar airnya dan glek... glek... glek... Berhasil menelan makanan lalu memegang perutnya yang kencang akibat menahan tawa.

Manika terus melirik sinis. Dia menyalakan TV agar tak lagi ada bahasan yang menjerumuskan fantasinya menuju bayang-bayang aneh. Gila saja Olivia! Mentang-mentang sudah berkeluarga, jadi seenaknya sendiri membahas hal begitu. Manika masih menggelengkan kepala.

Untuk sepersekian menit, tak ada obrolan dari keduanya karena Olivia sibuk dengan ponsel membalas pesan sang suami. Sementara Manika tengah hanyut pada film hollywood yang terputar.

Manika menoleh. Sahabatnya kini sedang meraba layar ponsel yang memperlihatkan fotonya dengan sang suami. Menginjak usia pernikahan Olivia yang sudah tiga tahun, masih belum ada tanda-tanda mereka akan memiliki momongan. Pekerjaan Evan yang mewajibkan dia untuk jarang pulang, juga kesibukan Olivia sebagai perawat jaga dan on call setiap saat, membuat pasangan itu fokus pada pekerjaan masing-masing.

YAKIN NIKAH(?)Where stories live. Discover now