O6 | έξι

2.4K 561 107
                                    

:.。o○ Given Taken ○o。.:

"Kak Sunghoon tau gak siapa yang terakhir ketemu Kak Heeseung?" Tanya Sunoo setelah mereka semua sampai di kostan Heeseung, lelaki itu tengah memeriksa kamarnya, mencari petunjuk guna membuktikan kalau Heeseung benar-benar mati karena makhluk aneh tersebut. Kalimat yang ia lontarkan mengudara begitu saja tanpa ada balasan yang keluar dari mulut temannya untuk menjawab pertanyaan Sunoo, ia pun mendengus seraya melanjutkan aktivitasnya yang sempat terhenti.

Sunoo dan Sunghoon bertugas memeriksa di bagian ruang kamar. Sebenarnya hati Sunoo tidak menerima ketika Jay memutuskan untuk membagi mereka menjadi beberapa kelompok, ditambah Sunoo dikelompokkan bersama Sunghoon. Entah kenapa Sunoo tidak suka dengan Sunghoon, bahkan sedari tadi ia terus menerus mencuri pandang ke arah lelaki itu. Jika saja kejujuran dalam hati bebas untuk dikatakan secara lisan, Sunoo masih merasa curiga pada Sunghoon kalau lelaki itu adalah vampir yang sudah membunuh Heeseung. Namun apa boleh buat? Kejujuran itu hanya membuat pertemanan mereka runtuh seketika.

Retina Sunghoon menangkap suatu benda di atas meja, ia berjalan mendekat ke arah meja yang letaknya bersebelahan dengan tempat tidur Heeseung. Ia mendapatkan secarik kertas berwarna putih, yang terdapat sebuah kalimat yang ditulis menggunakan bahasa inggris. Kalimat itu bukan ditulis menggunakan tinta, melainkan menggunakan darah.

"Sunoo, lo udah nemu apa aja?" Tanya Sunghoon pada temannya yang lebih muda itu. Sunoo hanya menunjuk ke arah dinding, Sunghoon langsung memandang dinding bercat putih itu. Terdapat banyak goresan yang terbuat oleh kuku-kuku vampir yang tajam, itu yang Sunghoon lihat.

Sementara itu ia menghela napas, mengibaskan tangannya pada Sunoo untuk menyuruh lelaki itu mendekat ke arahnya. Mau tak mau Sunoo menghampiri Sunghoon dengan langkah kaki pelan, membuat Sunghoon melengos karena sikap aneh dari Adik kelasnya itu.

"Gue nemu ini." Kata Sunghoon meyodorkan lembaran kertas tersebut pada Sunoo, mata lelaki itu membulat seketika saat membacanya. "Iya, itu darah." Lanjut Sunghoon yang seakan-akan tau apa yang ada di benak Sunoo sekarang.

Sungguh, mereka berdua tidak mengerti dengan kalimat itu. Apakah ini sebuah pertanyaan biasa atau ada makna lain yang terkandung di dalamnya, Sunghoon dan Sunoo pun mengerutkan dahi tak paham. Karena kertas itu terdapat kalimat一

📎One lie, and one honesty. Don't you want to admit it from now on?

一Sunoo memiringkan kepalanya. Menatap Sunghoon dengan wajah bertanya-tanya. "Apa vampir ini kenal sama kita? Jangan-jangan omongan Niki bener? Tentang vampir yang udah minum darah Kak Heeseung itu temen kita sendiri." Sunghoon terdiam membeku setelah Sunoo mengatakan kalimat itu, menatap lamat kertas tersebut tanpa berkedip sekalipun.

:.。o○ Given Taken ○o。.:

"Kak, gue istirahat dulu." Niki menyenderkan punggungnya di kursi seraya mengibaskan tangan untuk memberi sedikit udara. Jay hanya membalas ucapan Niki dengan deheman pelan, lelaki itu sedang sibuk mencari petunjuk di ruang tamu. Kali saja ada benda seperti bulu hewan atau jejak dan lain sebagainya yang ditinggalkan oleh vampir.

Biasanya ketika vampir menyudahkan rasa hausnya akan darah, vampir berubah wujud menjadi siluman binatang seperti kelelawar, serigala, bahkan gumapalan gas. Setahu Niki, vampir akan menjelma ketika ia sedang mencari mangsa atau sedang merasa senang. Tidak usah dipertanyakan lagi, Niki memang pada dasarnya menyukai makhluk aneh seperti vampir, maka dari itu ia tau segala tentang makhluk penghisap darah tersebut.

"Kak Jay, gue mau curhat boleh?" Tanya Niki kemudian Jay menghentikan aktivitasnya dan berbalik menatap Niki. Tak lama helaan napas keluar dari mulut Jay seraya kembali melakukan hal yang sedang ia kerjakan tadi, Niki sudah tau ini akan terjadi lagi dan lagi.

"Gue lagi nyari petunjuk, lo kalo mau istirahat diem aja disitu."

Inilah alasan mengapa hanya Sunghoon yang peduli dengan Niki. Disaat Niki sedang butuh teman untuk menceritakan kisahnya, pasti mereka selalu menolak, tapi berbeda dengan Sunghoon. Tolakan tersebut bukan sekali duakalinya bagi Niki, tapi ia sudah berkali-kali diperlakukan seperti ini oleh teman-temannya. Bagaimana ia tidak sakit hati? Kalau Niki lebih sering menceritakan hal-hal yang bahagia pada mereka dibanding kisah sedihnya.

Aku tau, semua orang memiliki privasi yang tidak bisa diumbar ke orang lain. Tetapi dengan semua cerita kelam dan rasa yang dipendam di lubuk hati, bisa berakibat fatal nantinya. Ceritalah pada orang lain yang bisa dipercaya. Dengan begitu perasaanmu akan terasa lebih baik daripada sebelumnya, pesanku hanya satu, jangan pernah memendam rasa sakit yang terlalu dalam, itu bisa menyebabkan gangguan mental dalam dirimu sendiri.

"Kak, tolong dengerin cerita gue sekali aja." Pinta Niki sekali lagi. Jay berdecak seraya menaruh sebuah kendi dengan kasar ke atas meja, lagi-lagi badannya berbalik menatap Niki tak suka. Sedangkan Niki sudah berdiri dari duduknya.

"Lo mau cerita lagi? Kisah tentang apalagi yang bakal lo ceritain, ha?" Ucap Jay dengan ketus. Niki sendiri sedang mencoba menahan emosinya, jangan sampai ia melakukan kekerasan pada seniornya itu. Bisa-bisa nanti ia dikeluarkan dari kelompok dance, padahal Niki sudah bersusah payah untuk masuk ke tempat dance tersebut.

"Lo tuh kenapa sih, kak? Gue mau cerita masa dilarang gini?"

"Gue gak ngelarang lo buat cerita. Tapi gue muak denger semua cerita lo yang bikin gue iri, lo mengumbar semua kisah bahagia lo sedangkan disini gue terus membatin. Gue gak pernah sebahagia lo, selama ini gue cuman berpura-pura. Gue muak Niki, gue muak!" Jay menormalkan napasnya yang tidak berarturan. Niki terkejut, pastinya. Justru Jay adalah orang yang membuat Niki merasa iri.

Niki iri dengan Jay yang ceria di depan teman-temannya, Jay yang easy going sehingga mempunyai banyak teman, Jay yang selalu tertawa hanya karena hal yang sederhana, Jay yang mampu mencairkan suasana, Jay si mood maker mereka. Semua orang mempunyai banyak sisi yang berbeda, sisi yang ditunjukkan untuk orang lain, sisi yang ditunjukkan untuk teman dekat, serta sisi yang ditunjukkan untuk diri sendiri. Niki tak pernah tau kalau Jay yang selalu terlihat bahagia ternyata memiliki kisah kelam tersendiri di dalam hidupnya.

"Jadi一selama ini lo berbohong sama sikap lo yang periang itu?" Tanya Niki memandang Jay dengan ekspresi yang hampir kosong. Tak lama Jay mengangguk pelan sambil memalingkan wajahnya.

Tak lama Niki kembali berbicara. "Asal lo tau, kak. Selama ini gue juga berbohong tentang semua kisah bahagia yang gue rancang sesempurna mungkin untuk tetap terlihat baik-baik aja di depan kalian. Dan permintan gue sekarang一dengerin semua kisah gue biar lo tau kalau hidup gue ga sebahagia yang lo pikirin." Jay terdiam sejenak setelah mendengar ucapan Niki, tiba-tiba ada sesuatu yang melintas di benaknya.

"Apa yang lain juga sama?" Tanya Jay. Niki memiringkan kepala sambil mengerutka dahi karena tak paham dengan pertanyaan yang Jay lontarkan.

"Sama apa maksudnya?"

"Apa yang lain juga sama kalo selama ini mereka cuman berpura-pura? Semua orang punya kebohongan, kan?"

:.。o○ Given Taken ○o。.:

Jake terdiam di tempat setelah sadar apa yang telah ia lihat. Memandang kosong ke arah cermin sambil terus bergelut dengan pikiran sendiri, yang telah Jake lihat itu hanya sekedar ilusi atau benar-benar nyata?

Dirinya berdiri berdampingan dengan seseorang di hadapan cermin berukuran lumayan besar. Tetapi Jake malah terpaku di tempat tanpa merubah posisi seinci pun. Ia masih syok dengan apa yang baru saja ia saksikan ketika berdampingan dengan seseorang di hadapan cermin.




























一karena seseorang yang berada di sampingnya itu tak terlihat ketika berada di depan cermin.








***
Aku kasih sedikit pencerahan.

Vampir tak akan nampak atau terlihat jika ia berada di depan cermin, dan vampir tidak mempunyai bayangan. Karena makhluk penyuka darah itu sama sekali tak memiliki jiwa.

Given Taken || Enhypen [√]Where stories live. Discover now