O8 | οκτώ

2.2K 518 106
                                    

:.。o○ Given Taken ○o。.:

Hari-hari mereka lalui dengan normal. Pergi ke tempat les, latihan, belajar gerakan baru, menghafal koreografi dance, lalu pulang dengan ilmu yang baru saja di dapat pada hari itu juga.

Tiba saatnya penilaian disetiap akhir bulan. Menunjukkan hal apa saja yang telah di pelajari disana, apakah bakatnya berkembang? Atau masih tetap sama dan tidak ada perubahan? Melalui tes tersebut, para pelatih bisa mengetahui perkembangan secara bertahap pada murid-muridnya. Mendapat nilai sesuai kesempurnaan gerakan dan suara mereka yang meningkat di setiap harinya.

"Sunoo, sekarang udah gak ada Kak Heeseung." Sunghoon berbicara pada lelaki yang ada di sebelahnya. "Lo harus berlatih sebaik mungkin biar Kak Heeseung gak kecewa disana. Semua omelan dia memang bikin lo jengkel, bahkan dari semua perkataan yang dia lontarin ke lo itu gak ada kata-kata penyemangat sama sekali. Tapi itu bukan berarti Kak Heeseung mau menjatuhkan jati diri lo, dia mau lihat seberapa kuat lo mencoba dan bertahan. Apa lo menyerah? Atau tetap berlatih dengan giat." Sambung Sunghoon, membuat Sunoo menoleh ke arahnya seketika.

Ketika Sunoo menoleh, Sunghoon bisa melihat dengan jelas sekeras apa usaha Sunoo untuk memberi hasil terbaik pada kelompoknya. Mata yang sayu, rambut yang lepek karena keringat, serta napasnya yang terengah-engah. Sunoo baru saja berlatih gerakan terbaru setelah menghafal koreografi, tapi bagi Sunoo semua gerakan itu hanyalah pemanasan biasa. Berlatih selama 2 jam nonstop belum seberapa bagi Sunoo, dirinya pernah berlatih seharian penuh hanya untuk memenuhi kemauan Heeseung, yaitu tampil dengan sempurna.

"Kak Heeseung terlalu menuntut kesempurnaan, dia gak tau seberapa besarnya gue berusaha. Yang dia pandang cuman hasil hasil dan hasil, tapi dia gak lihat usaha gue buat mendapatkan hasil itu." Kepala Sunoo menunduk setelah mengatakan hal tersebut. Sunghoon tau, Sunoo kerap merasakan yang namanya sakit hati. Sakit hati karena dikatai oleh Heeseung tentang dirinya yang selalu memandang ketidakbagusan Sunoo dalam menari, tetapi Heeseung tidak memandang sisi lainnya. Sunoo memiliki suara yang bagus, postur tubuh yang sempurna untuk menari, dan lain sebagainya. Sunghoon tau, pandangan orang lain dalam menilai seseorang itu berbeda, namun bagi Sunghoon sendiri sikap Heeseung pada Sunoo sudah keterlaluan.

"Gue cape, kak. Setetes keringat yang gue keluarin sama sekali gak berharga di mata dia. Ingatan gue memang lemah dalam menghafal lirik lagu, koreografi, bahkan ketukan musik sama temponya aja gue sering lupa. Tapi yang namanya usaha ya usaha, Kak Heeseung sama sekali gak ngebantuin gue gimana cara dance yang bener dan dia gak pernah ngajarin gue menghafali satu persatu gerakan. Padahal dia yang mau kalau dance gue berada di atas standar kesempurnaan orang lain." Setelah mengucapkan itu, Sunoo mengeluarkan cairan bening yang sejak tadi sudah menggenang di pelupuk matanya.

Pertama kalinya Sunghoon melihat Sunoo menangis di hadapannya, ia terkejut. Bagaimana tidak? Selama Heeseung mengeluarkan segala unek-unek yang berada di hatinya, Sunoo tidak pernah menangis. Sunghoon salah menilai Sunoo sebagai orang yang tidak mudah membawa masuk perkataan orang ke dalam hati, semua orang memiliki perasaan yang terpendam dan tidak bisa diceritakan kecuali pada diri sendiri.

"L-lo nangis?"

"Enggak! Gue ketawa ahahaha!" Sela Sunoo dengan cepat, kemudian ia kembali menangis seraya menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Sunghoon hanya menutup bibirnya sambil membatin一Kayaknya gue salah ngomong一dengan bodohnya ia berbicara seperti itu di dalam hati.

"Selama ini gak ada yang nyemangatin gue. Gue berjuang sendiri buat mencapai titik tertinggi dari semua usaha yang udah gue lakuin." Suno menyeka air matanya lalu tersenyum ke arah Sunghoon. "Maaf, kak. Gue jadi curhat gak jelas begini." Ia tekekeh kemudian menghapus jejak air matanya yang membekas, Sunghoon terdiam di tempat setelah kalimat Sunoo mengudara begitu saja.

"Gak ada yang nyemangatin lo?" Tanya Sunghoon dan Sunoo mengangguk. "Terus.. keluarga lo? Gak ada gitu yang ngucapin kata penyemangat?" Ah, mungkin seharusnya Sunghoon tidak mengatakan hal tersebut pada Sunoo.

Sunghoon tidak tau segala tentang Sunoo, ia menyesali dirinya yang sudah mengatakan itu. Mengungkapkan umpatan kebencian untuk merutuki dirinya sendiri. Karena jawaban yang Sunghoon dengan dari Sunoo adalah一

"Gue gak punya keluarga, bahkan gue gak tau gue lahir dari rahim siapa."

one lie and one honesty. Satu kebohongan dan satu kejujuran yang Sunghoon dapat dari katup lelaki itu.

:.。o○ Given Taken ○o。.:

"Kalian habis darimana?" Tanya Jay pada kedua orang yang baru saja datang memasuki ruangan dance. Sontak Niki yang berada di sebelah Jay mendongak mengalihkan tatapannya dari layar ponsel.

"Abis latihan." Jawab Jungwon mewakili Jake untuk bicara, karena Jake sedang meminum air pada saat itu. Mendengar jawaban dari Jungwon, Jay menghela napas seraya melanjutkan aktivitasnya yang sempat terhenti一yaitu mengedit fotonya agar lebih aesthetic saat di posting ke sosial media.

"Kalian kenapa gak latihan disini aja sih? Padahal disini enak, kalian bisa ngeliat pantulan di cermin, jadi kalian bisa tau dengan mudah disaat gerakan kalian salah." Ucap Niki bermaksud berbicara pada Jake dan juga Jungwon, sementara itu Jake menutup botol minumnya yang sudah tak berisi kemudian menarik napas untuk menjawab pertanyaan Niki.

"Karena menurut kita latihan tanpa cermin itu enak. Kalau misalkan gue salah gerakan, ada Jungwon yang ngasih tau. Itu bentuk kerja sama kita sebagai sesama anggota kelompok, ya kan Jungwon?" Jake menyenggol lengan Jungwon, spontan lelaki itu mengangguk mengiyakan perkataan Jake sambil tersenyum hingga matanya menghilang.

"Betul tuh." Kata Jungwon. Niki hanya merespon dengan memutar bola matanya malas seraya kembali sibuk dengan gawai yang sejak tadi ia genggam.

Selesai memposting fotonya, Jay menyimpan benda pipih tersebut di saku celananya. Menatap Jake, Jungwon, dan Niki secara bergantian. Kelihatannya Jay memang se-gabut itu sekarang, tetapi kalau kau bisa mengetahui isi pikiran orang, kau akan paham mengapa Jay tengah terdiam tanpa berkutik dan bergerak sedikitpun. Pemuda Park itu sedang mengingat-ingat sesuatu. Sesuatu yang menurutnya penting dan berlaku untuk saat yang akan datang.

Ingatannya yang berupa hal sepele. Dimana pada saat itu dirinya tengah beradu mulut dengan Niki, ketika Niki yang ingin bercerita lalu Jay menolaknya.

Jujur, lidahnya kelu untuk mengatakan ini. Karena Jay sendiri merasa ragu, teman-temannya pasti mempunyai privasi yang tidak bisa diumbar ke orang lain. Namun Jay tidak dapat menahan rasa penasarannya lagi, ia pun melontarkan kalimat bertanda tanya pada mereka.

"Kalian一punya kebohongan masing-masing, kan? Apa kalian gak mau jujur sekarang?"

Yang Jay tangkap adalah, gelagat aneh dari Jake, helaan napas yang keluar dari mulut Niki, dan juga raut wajah Jungwon yang terlihat senang. Sungguh, Jay pun tak paham dari semua reaksi temannya setelah ia bertanya seperti itu.

***

Double up untuk melunasi hutangku yang udah beberapa hari gak update, selamat memutar otak ahahaha

Given Taken || Enhypen [√]Where stories live. Discover now