15 | δεκαπέντε

1.7K 427 81
                                    

:.。o○ Given Taken ○o。.:

Niki yang sedari tadi tidak melakukan apa-apa di sudut ruangan akhirnya beranjak dari duduk, kemudian ia berjalan menghampiri Jay yang tengah bermain game di gawainya. "Kak," panggil Niki, sedangkan lelaki itu hanya membalasnya dengan deheman. "Kak, nengok dulu dong." Pinta Niki seraya menoel-noel pipi Jay, membuat Kakak tingkatnya itu mengerutkan dahi karena tak suka diganggu ketika sedang sibuk dengan sesuatu.

"Gue lagi main game, kalo mau minta bantuan ke yang lain aja." Balas Jay dengan ketus. Dengan terpaksa kaki Niki kembali melangkah setelah menghela napas panjang. Lagi pula ia sudah mengira hal ini akan terjadi lagi untuk kesekian kalinya, Niki ingin bercerita, namun tetap saja ada yang menolaknya.

Niki beralih pada Sunghoon dan Jungwon. Terlihat Sunghoon tengah memberikan sesuatu pada Jungwon, kemudian ia memasukkan benda pipih itu ke dalam saku celananya. Niki yang penasaran pun menghampiri mereka. "Itu apa, Kak?" Tanya Niki namun dengan cepat Jungwon kembali di posisi seperti semula, memakai airpod lalu melakukan aktivitasnya yaitu berlatih koreografi dance menggunakan video yang ditampilkan dari ponselnya.

"Maksud lo?" Tanya Jungwon untuk membalas pekataan Niki tadi, sementara itu Niki menunjuk saku celana Jungwon yang diisi oleh sesuatu.

"Itu apa?" Tanya Niki lagi. Namun Jungwon mengedikkan bahu lalu beralih pada ponselnya.

"Engga, bukan apa-apa." Sungguh, kalau saja Niki berusia lebih tua dari Jungwon, ia pasti sudah memakinya habis-habisan. Sayangnya Jungwon brojol lebih dulu.

Jungwon mulai menggerakkan tubuhnya sesuai irama, ia mengikuti gerakan sambil terus melihat ke arah ponselnya. Niki yang melihat itu menghela napas lagi. "Kak Jungwon, gue mau minta sesuatu." Kali ini Niki meminta pada Jungwon setelah ditolak mentah-mentah oleh Jay. Tetapi lagi-lagi hati Niki terasa nyeri.

"Gue mau fokus latihan, Niki. Sama Kak Sunghoon aja tuh, dia lagi nganggur." Lalu Jungwon melanjutkan kegiatannya yang sempat terhenti. Apakah tidak ada yang bisa mengerti perasaan Niki? Mengapa ia selalu dicampakkan ketika dirinya butuh seseorang untuk bercerita?

Matanya melihat sosok Sunghoon yang sejak tadi memandang Niki dengan tatapan iba. Kalau boleh jujur, Niki sangat benci tatapan itu. Seakan-akan dirinya sedang dikasihani oleh Sunghoon, Niki tidak lemah kok, hanya saja ia membutuhkan seseorang untuk membenarkan semua kesesatannya dalam mencari jalan keluar.

Masih ingat dengan Sunghoon yang mengetahui masalah Niki? Sunghoon lah yang merekomendasikan cara ini untuk Niki, bertanya pada semua temannya secara satu persatu untuk mengetahui apakah mereka masih ada rasa peduli padanya. Namun nyatanya mereka hanya sibuk dengan urusan sendiri, membuat Niki putus asa untuk melakukan berbagai cara agar temannya mau mendengarkan segala kisah kelam yang ia alami. "Percuma Kak, sia-sia." Gumamnya dengan nada pelan sambil mendudiki bokong di samping Sunghoon.

Selama ini hanya Sunghoon yang peduli, Sunghoon yang siap menjadi pendengar yang baik. Beberapa dari mereka selalu menolak disaat Niki ingin bercerita, karena semua kisah yang Niki ceritakan adalah kisah bahagia. Membuat semua temannya merasa iri dan selalu mengelak ketika Niki ingin bercerita. Kalau ia boleh jujur, Niki berbohong dengan semua kisah bahagia yang ia ceritakan. Hanya untuk pencitraan untuk menunjukkan bahwa dirinya selalu bahagia.

Seorang teman harus saling mengerti agar hubungan mereka tidak rusak hanya karena masalah kecil yang dibesar-besarkan. Mulai dari mengetahui masa kelam yang masing-masing di alami oleh mereka, hal sederhana itu dapat menjauhi pertengkaran. Rusaknya hubungan pertemanan hanya karena salah paham dan merasa tersindir di dalam perbincangan sering terjadi. Entah ia mengatakan sesuatu yang dapat menyinggung hati karena tak sengaja membawa-bawa masa kelam di dalam candaannya, atau hal lain yang sejenis.

Sunghoon mengusap punggung Niki kemudian menaruh kepala lelaki itu dipundaknya untuk bersender, ia mengelus-elus kepala Niki dengan lembut. "Emang sebenernya apa yang mau lo ceritain?" Tanya Sunghoon yang masih saja mengelus kepala Niki. Baru saja Niki ingin menjawab, ia dikejutkan dengan datanganya Jake entah darimana asalnya.

Jake membuka pintu kemudian menutupnya dengan sedikit kasar hingga seluruh benda yang ada ruangan itu bergetar. Semua langsung beralih pada lelaki tersebut. Ada apa gerangan?

Sementara itu, Jay yang tengah bermain game pun terkejut. Ponselnya hampir terlempar kalau saja ia tidak sigap untuk mengapit ponselnya di antara kedua kaki, Jay menatap Jake tak suka. "Tutup pintu pelan-pelan gak bisa ya, harus dibating gitu." Namun raut wajahnya seketika berubah ketika mengetahui Jake tidak seperti biasanya. "Lo kenapa?" Tanya Jay dengan panik.

Jake terlihat lebih berbeda karena bawah matanya terdapat lingkaran hitam, rambutnya tak beraturan, serta raut wajahnya tampak seperti sedang cemas. Jake menolehkan kepala ke arah Jay secara perlahan. "Ibu gue masuk rumah sakit." Selesai mengatakan itu Jake terduduk karena lelah setelah berlari. "G-gue gak punya apa-apa buat bayar biayanya. Gue belum gajian." Jake memandang kosong seraya meremat kaosnya untuk tidak menangis sekarang.

"Gue bingung, gue gak tau harus kerja dimana lagi biar bisa dapet penghasilan lebih." Suara Jake mulai bergetar, Jay yang posisinya dekat dengan Jake pun langsung menghampir lelaki itu. "Gue panik waktu ibu pingsan di kamar, sekarang gue harus apa." Jake menutup wajahnya dengan kedua tangan ketika air matanya jatuh tanpa kemauan.

"Ayo cerita, jangan setengah-setengah begini, gue gak paham apa yang lo omongin." Kata Jay pada Jake sambil merangkul pundaknya. Namun diujung sana Niki mulai berdiri dari duduknya kemudian menghampiri Jake dan juga Jay.

"Kak Jake punya masalah ditanyain, gue yang punya masalah didiemin. Sadar gak sih? Semua orang juga punya masalah, dan hidup juga gak selalu bahagia. Begitu juga gue." Niki berbicara dengan nada yang cukup lantang, membuat seluruh atensi beralih padanya. Sunghoon yang melihat itu segera menahan Niki.

"Niki, udah." Pinta Sunghoon tetapi Niki seakan-akan menulikan indera pendengarannya.

"Kalo aja kalian mau dengerin gue cerita, gue mungkin masih ada disini." Kata Niki dengan suara yang mulai merendah, mereka yang tidak tau apa-apa hanya menatap Niki heran. Sedangkan Niki tengah melihat arlojinya, menunjukkan pukul empat sore. "Hari ini gue pindah dan tinggal sama orang tua, gue juga bakal berhenti buat nerusin bakat gue di bidang seni musik dan beralih ke bidang seni rupa." Niki mulai berjalan keluar seraya mengambil tasnya, kemudian meninggalkan teman-temannya yang merasa keheranan.

Tak lama Jungwon memanggil Sunghoon. "Kak Sunghoon," lelaki itu pun berbalik sambil menaikkan alisnya. "Kak Sunghoon.... tau sesuatu kan?" Tanya Jungwon pada Sunghoon, yang ditanya hanya menghela napas.

"Makanya kalo orang mau cerita tuh dengerin!" Ucap Sunghoon bermaksud menyindir. "Niki itu kabur dari rumah. Dan sekarang orang tua Niki udah tau dia tinggal dimana, jadi mereka maksa Niki buat pulang ke tempat asalnya. Niki di jemput hari ini, mendekati jam lima sore." Kaki Sunghoon melangkah untuk segera keluar dan mengejar Niki, namun ia kembali menatap temannya secara bergantian. "Kalian ini temen apa bukan sih? Niki minta buat di dengerin ceritanya doang masa ogah? Sekarang dia mau pergi, gak ada gitu yang nyusul? Fake friend ya?"

"Jake gimana?" Tanya Jay, Sunghoon pun mengusap wajahnya kasar.

"Lo kan sultan, bayarin aja semua hutang yang Jake punya. Yang lebih penting sekarang tuh Niki, dia mau pergi hari ini gak ada gitu yang peduli sama dia?" Sunghoon tengah naik pitam saat ini, untuk pertama kalinya Sunghoon menunjukkan dirinya kalau ia sedang marah. "Sinting tau gak?" Detik berikutnya Sunghoon langsung berlari sebelum Niki pergi lebih jauh.

Di dalam sana, sudah ada Jake dan Jay yang siap untuk menyusul. Namun Jungwon hanya diam di tempat sambil terus memandangi kedua lelaki itu. "Jungwon, ayo!" Ucap Jay geram dengan Jungwon yang tak bergerak sedikit pun. Jungwon menggelengkan kepala seraya tersenyum.

"Gue nyusul nanti. Cepet nyampe nya kok, gue kan bisa terbang." Jawab Jungwon masih dengan senyum yang tak luntur

Sedangkan Jay menghela napas karena jawaban Jungwon yang tak masuk akal. "Aneh-aneh aja." Gumamnya lalu Jay pergi keluar, di susul oleh Jake di belakangnya.


***

jungwon terbang wkwk

Given Taken || Enhypen [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang