2O | είκοσι

1.7K 428 114
                                    

:.。o○ Given Taken ○o。.:

Niki hanya mendengus saat mendengar perbincangan antara Jay dan juga ibu kost. Jay tengah menawar harga dari yang enam ratus ribu menjadi tiga ratus ribu, tentu saja ibu kost tidak terima karena jumlah uang tak sebanding dengan fasilitas. Harga sebanyak tiga ratus ribu terlalu murah untuk perbulannya. Sedangkan dikostan itu terdapat parabotan rumah yang sudah tersedia, air yang mengalir dari ledeng bukan sumur, gas yang tabungnya berwarna biru pun siap untuk digunakan saat memasak.

Bahkan di kamarnya saja terdapat kasur yang empuk, lemari yang dapat memuat banyak baju, alat masak dan alat makan juga tertata rapi, ibu kost juga menyediakan kipas angin agar penghuninya tidak kepanasan. Perbulannya sudah diberi jumlah uang yang lumayan, yaitu enam ratus ribu. Tetapi Jay malah menawar dengan harga tiga ratus ribu.

Fasilitas kostan sempurna. Kurang apa lagi coba? Ibu kost itu baik, hanya saja jika penghuni tidak membayar kostan tepat waktu melainkan menghutang, ibu kost bisa menjadi seperti ibu tiri seperti yang ada di kartun cinderella. Tatapannya itu lho, sebelas-duabelas dengan psikopat. Seram.

"Plis lah Buk, tiga ratus ribu yah? Nanti saya kurangi lagi loh jadi dua ratus ribu, bangkrut deh kostan ibuk."

"Kamu ini bebal ya! Gak saya kasih izin tinggal disini baru tau rasa. Gaya sok keren, mau tinggal di kostan aja nawar. Dasar rakjel."

"Sombong amat jadi ibuk kost." Diam-diam Jay mengumpat dalam hati. Niki yang menyaksikan itu hanya terkikik geli. Ternyata seperti ini ketika seorang Jay Park menjadi orang biasa yang tidak miskin dan juga tidak kaya raya.

Kalau kayak gini sih Jay akan menjadi orang yang sangat pelit untuk mengeluarkan uang sepeserpun, tidak seperti Jay saat ia masih menjadi model yang selalu pendapat penawaran dari berbagai produk.

"Yaudah deh, lima ratus ribu. Deal ya?" Ibu kost pun sudah letih menghadapi makhluk seperti Jay. Mau tak mau ibu kost menerima jumlah uang yang Jay tawar, daripada debat lagi kan? Untung hanya dikurangi seratus ribu.

"Oke deal, tapi bayarnya harus tepat waktu. Jangan pake seribu satu alasan buat ngelak. Kalau telat saya usir kamu dari kostan." Wanita bertubuh gempal itu mengambil uang yang sedang dihitung oleh Jay. Sementara, Jay yang tengah menghitung uang itu berdecak karena ibu kost tersebut sudah mengambil uang itu terlebih dahulu secara paksa.

Lelaki bongsor itu bersorak kegirangan ketika ibu kost memberikan kunci padanya, yakni kunci untuk kostan nomor 04 yang akan ditempati Jay entah sampai kapan. "Makasih, Buk." Ibu kost hanya menaggapi dengan helaan napas lalu pergi dari sana. Mentang-mentang lebih tua dari gue, jadi songong gitu njir一batin Jay saat ini.

Astaghfirullah Jay, kamu ini berdosa banget.

Baru saja Jay ingin memutar kunci itu untuk membuka pintu, namun Niki terlebih dahulu menarik tangannya dan Jay dibawa ke suatu tempat. Tentu saja Jay tersentak, ia tidak tau kalau orang yang membawanya adalah Niki karena lelaki itu sedang memakai masker dan juga topi seperti dirinya saat ini.

Readers, tolong jangan nethink.

Wkwkwk.

:.。o○ Given Taken ○o。.:

"Sebenernya, yang terakhir ke rumah Kak Heeseung itu gue. Gue diajak ke kostan dia selesai latihan dance, katanya ada yang mau diomongin." Sunghoon memasukkan satu kepalan snack yang berbentuk bola-bola kecil berwarna putih ke dalam mulutnya sambil terus menyimak cerita dari Jungwon.

"Sampe di kostannya, Kak Heeseung langsung cerita kalau dia punya penyakit yang susah disembuhin," Jungwon menunjukkan secarik kertas berisi diagnosa dokter. Sunghoon mengambil kertas itu dari tangan Jungwon, membaca kalimat demi kalimat yang tertera disana. Tak lama Sunghoon membulatkan mata seraya menatap Jungwon tak percaya dengan pipinya yang mengembung karena mulutnya penuh oleh snack.

Jungwon mengerti tatapan itu, ia pun mengangguk sebagai jawaban. "Iya, Kak Heeseung kanker jantung sejak umurnya enam tahun. Faktor keturunan sih..." Jungwon menundukkan kepalanya sambil memainkan ujung kaos yang ia pakai.

Entah mengapa ada sesuatu yang mengganjal di hati Sunghoon, ia ikut menunduk sambil membaca ulang tulisan yang ada di kertas itu.

"Kak Heeseung bilang kalau umurnya gak akan lama lagi. Dia ngajak gue ke kostannya buat bilang gini一Gue mau minta tolong sama lo. Kalau misalkan gue udah gak ada, gue mau lo yang jadi leader buat mimpin grup kita, ah, maksud gue grup kalian. Gue ngasih kepercayaan ke lo buat mimpin semua member walaupun lo termasuk maknae line, tolong kabulin permintaan gue ya. Setelah gue pergi, gue mau kelompok kalian menjadi yang terbaik dari kelompok yang lain. Kembangin bakat Sunoo, dia sebenernya bisa dance cuman kekurangannya susah menghafal. Tolong ajarin dia ya. Jangan ngecewain gue一dan kalimat itu yang terakhir kali gue denger dari dia." Jungwon merasakan sesak di dadanya.

"Kenapa lo baru bilang sekarang kalau Kak Heeseung punya penyakit kanker?" Tanya Sunghoon tetapi Jungwon masih saja menunduk yang sebenarnya Jungwon tengah menetralkan perasaannya. Tau kan rasa sakit waktu mau teriak tapi ditahan? Nah, itu yang Jungwon rasain sekarang.

Kepala Jungwon menggeleng kuat. "Enggak, gue gak bisa ngasih tau kalian. Kak Heeseung sendiri yang ngelarang gue buat ngumbar tentang penyakitnya." Katanya lalu Jungwon mendongak menatap orang yang sedang berada di hadapannya saat ini. "Dari situ gue mulai penasaran sama masalah yang temen-temen gue tutupin, rasa penasaran gue meningkat, entah kenapa begitu." Sambung Jungwon. Kini Sunghoon tau apa alasan Jungwon untuk meminta sebuah rekaman suara kemarin.

Sunghoon mengusap-usap punggung Jungwon berusaha untuk menenangkan. "Udah, yang lalu jangan dipikirin, menyiksa batin soalnya." Jungwon terkekeh kecil saat mendengar ucapan Sunghoon, hal sederhana itu cukup menghiburnya, Sunghoon memang temen-able.

"Won, lo gak nyimpen bawang kan?" Tanya Sunghoon. Jungwon pun mengerutkan dahinya seraya menggelengkan kepala.

"Enggak. Kenapa emang?"

Sunghoon tersenyum mendengar jawaban dari Jungwon, ia beranjak dari duduknya lalu berjalan ke arah dapur bertujuan untuk mengambil minum. "Bagus deh, gue gak suka bau bawang." Katanya membuat Jungwon bingung. Memangnya bau bawang bisa menyebar seperti gas ya?

Namun Jungwon tak peduli, ia mengambil snack yang dimakan oleh Sunghoon tadi. Isinya sisa setengah一ah, semoga saja air liur Sunghoon tidak masuk ke dalamnya. Woah, jayus sekali.

"Jungwon! Bagi jus tomatnya ya!" Teriak Sunghoon dari arah dapur, dengan cepat Jungwon berlari menghampiri Sunghoon, tak peduli jika snacknya sudah berhamburan kemana-mana.

"Jangan! Itu bekas mulut gue!" Jungwon mengambil alih botol minum berisi cairan yang Sunghoon sebutkan tadi. Lalu Jungwon kembali memasukkan botol itu ke dalam lemari pendingin. "Udah lo duduk lagi aja, Kak. Biar gue ambilin minum buat lo." Ucap Jungwon seraya mengambil gelas dan membuatkan minuman untuk Kakak tingkatnya tersebut.

"O-oke." Gumam Sunghoon kemudian kembali berjalan untuk menunggu Jungwon sampai lelaki itu selesai membuat minumannya.

Namun satu pertanyaan melintas begitu saja di benak Sunghoon. Entah ini hanya perasaannya atau memang benar begitu. Sunghoon mencoba untuk berpikir positif, ah, mungkin saja bukan. Ia pun mengendus tangannya dengan sengaja.

Kok botol yang dia pegang tadi bau amis ya?




























***

posthink aja kalo botolnya abis nyemplung ke kolam ikan

Given Taken || Enhypen [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang