18 | δεκαοχτώ

1.7K 430 86
                                    

:.o○ Given Taken ○o.:

Niki sudah mengetahui pasal kedua temannya yang meninggal. Sunoo dan Jake akan dimakamkan hari ini juga. Bagaimana respon Niki ketika tau kedua lelaki itu meninggal dengan jarak dua hari? Biasa saja, Niki hanya menghela napas kemudian terdiam tanpa bergeming sedikitpun. Niki tidak marah, sedih, senang, atau apapun itu. Wajahnya datar tanpa ekspresi. Mungkin ia sudah terbiasa dengan kasus ini.

Jay berdiri lalu mengibaskan bokongnya setelah setengah jam ia berjongkok untuk menaburi bunga diatas kuburan Sunoo dan Jake. "Sekarang kita cari vampirnya, jangan ngundur-ngundur waktu lagi. Korbannya udah ada tiga dan semua temen kita sendiri, terlalu konyol kalau misalkan kita diem aja waktu temen kita mati gara-gara makhluk gak jelas itu." Ucap Jay dingin tanpa melihat wajah teman-temannya.

Mendengar itu, Jungwon memandang Jay kemudian ikut berdiri. "Soal meninggalnya Kak Jake sama Kak Sunoo gimana? Nanti malah kita yang dituduh pelaku一"

"Polisi juga lagi nyelidikin, gue udah lapor kemarin." Potong Jay sebelum Jungwon menyelesaikan kalimatnya, sedangkan lelaki itu mendengus karena omongannya disela begitu saja. "Dan polisi juga gak akan nyurigai kita sebagai pelaku, serahin aja semua sama gue." Lanjut Jay. Tak lama Sunghoon berdiri disusul oleh Niki yang ada di samping kanan.

Mata Jay beralih ke Sunghoon, menatap lelaki itu tajam seakan-akan Sunghoon adalah seseorang yang memiliki kesalahan besar dalam hidup Jay. Hm. "Walaupun polisi gak curiga sama kita, tapi gue masih curiga sama lo, Hoon." Kalau saja Sunghoon tidak menahan, ia pasti sudah mencakar kemudian menarik bibir Jay hingga menyerupai bebek. Dasar, seenaknya saja kalau bicara.

Namun apa boleh buat? Sunghoon memang pada dasarnya tidak bisa marah dan main tangan semaunya, hanya memendam rasa emosinya lalu berpikir secara bijak agar tidak melakukan hal buruk kepada orang yang telah membuatnya marah. Maka dari itu, Sunghoon adalah orang yang cocok dengan kalimat 'Berpikir sebelum bertindak'.

Helaan napas keluar begitu saja dari mulut Jay, ia menekan pelipisnya pelan. Seberapa besarnya emosi Jay yang ia tunjukkan pada mereka, ia masih ingin memiliki teman-teman yang lengkap. Jay kesal, emosi, marah, dan sejenisnya karena lelaki itu merasa frustasi. Dan Jay sendiri merasa gagal untuk menjaga teman-temannya sebagai yang tertua, tentu saja, setelah Heeseung pergi meninggalkan mereka, Jay-lah yang bertanggung jawab atas semuanya. Kalau boleh jujur, Jay itu kecewa. Kecewa pada dirinya sendiri.

"Sunghoon," yang dipanggil hanya berdehem. "Kenapa Jake bisa mati? Awalnya gimana, coba ceritain." Pinta Jay, kali ini Sunghoon menoleh ke arah lelaki itu dengan gestur yang lesu. Sunghoon malah untuk bercerita, Sunghoon malas untuk menjelaskan. Percuma. Sejujur apapun Sunghoon saat memberitahu, Jay pasti tidak akan mudah percaya dengan perkataannya.

"Waktu gue telponan sama lo, Jake bilang kalau dia mau ke toilet. Gua nunggu lumayan lama tapi Jake belum balik-balik, yaudah gue susul ke toilet. Nah, pas di lorongnya gue liat Jake udah berdarah-darah di lantai, disitu juga ada gas yang udah memudar. Karena gue panik, gue lari buat nyamperin Jake, tapi yang ada malah nyenggol vas bunga kaca." Selesai berbicara, Sunghoon pun melangkahkan kaki untuk segera meninggalkan pemakaman.

"Gue pulang duluan. Karena abis gue cerita pasti lo berisik lagi kayak kemaren. Sorry, gue lagi males debat." Pamit Sunghoon sebelum benar-benar pergi dari sana. Sedangkan Jay hanya mematung di tempat sambil terus menerus memandang kuburan Jake dan Sunoo. Tenang saja kok, lagipula omongan Sunghoon tetap Jay dengarkan walau lelaki itu tidak merespon apapun.

Beberapa detik kemudian setelah kepergian Sunghoon, Jay kembali berbicara. "Sebenernya... motif vampir ngincer temen-temen kita tuh apa? Masa iya vampirnya gabut terus ngebikin temen-temen kita jadi almarhum." Jay merajuk, ia mendengus karena kesal dengan ulah si vampir. Namun apa boleh buat? Vampir bukan tandingan yang imbang dengan manusia.

"Ya mana gue tau, gue kan Jungwon."

"Ck!"

Jay berdecak saat mendengar jawaban dari Jungwon, sementara itu Niki hanya diam sejak tadi sambil terus menerus memandang ke arah kuburan lain. Entah apa maksudnya. Mungkin ada yang lebih menarik untuk dipandang selain kuburan milik Jake dan Sunoo yang baru saja ditaburi kelopak bunga.

"Tadi Kak Jay bilang kalo lo curiga sama Kak Sunghoon," Jungwon bergumam, bermaksud membicarakan Jay yang sedang berdiri di sampingnya. "Tapi, kok gue malah curiga sama lo ya, Kak?" Sambung Jungwon dengan kepalanya yang tertoleh menatap Jay, membuat lelaki berambut hitam pekat itu mengerutkan dahi karena mendengar perkataan Adik kelasnya tersebut.

"Kok bisa? Emang apa yang bikin lo curiga sama gue?" Tanya Jay.

"Inget omongan Niki gak?" Ucap Jungwon yang membuat Jay mengingat-ingat, sedangkan Niki mengalihkan pandangan karena merasa terpanggil. Jungwon pun mengehela napas setelah mengetahui kalau sebenarnya Jay tidak mengingat 'Omongan Niki' yang Jungwon maksud. "Given taken, diberi dan diambil. Kita pernah diberi kepercayaan sama lo biar selamat dari vampir, tapi bisa aja kan kepercayaan itu diambil sama lo buat ngelindungin diri sendiri." Jungwon tersenyum kecil saat melihat gelagat Jay yang berubah seketika.

"Ngelindungin diri sendiri tuh misalkan kayak... memojokkan temen lo sendiri biar lo yang gak dicurigai. Contohnya tadi, lo seakan-akan lagi memojokkan Kak Sunghoon sebagai vampir biar Kak Sunghoon yang bakal dicurigai. Dengan begitu, privasi lo bakalan aman sampai permainan berakhir." Senyuman Jungwon merekah, namun itu tampak menyeramkan bagi Jay. Kali ini Jay tidak mengelak, ia mengalihkan tatapannya pada Niki yang tengah memandang kosong ke arah salah satu kuburan yang ada disana.

Jay tau, Niki mendengar semua perbincangan mereka sejak tadi. Tetapi Niki sama sekali tidak berkutik sedikitpun atau ikut menimbung dalam obrolan. Jujur, Jay merasa bingung pada Niki. Hm... padahal ia tidak tau saja kalau lelaki itu tengah menyembunyikan suatu hal. Hal besar yang hanya diketahui Niki seorang.

Tangan Jay bergerak untuk menarik tangan Jungwon kemudian menjauh dari area pemakaman. Sungguh, aura Niki mulai berubah. Membuat atmosfir disana terasa berbeda. Niki menyadari Jay dan Jungwon yang sudah pergi meninggalkan dirinya seorang diri disana bersama batu-batu nisan disekelilingnya. Niki menghela napas.

Lelaki itu membalikkan tubuhnya, memandang kuburan Jake, Sunoo, dan juga Heeseung yang berjejer ke samping. Lalu pandangannya kembali beralih ke satu batu nisan yang tepat berada di belakangnya saat ini. Kuburannya sudah lama, bahkan batu nisannya pun hampir tertelan tanah. Niki menunduk, ia masih ragu apakah vampir itu adalah dia atau bukan, karena batu nisan itu terdapat nama lengkap dari salah satu temannya.

Niki begumam walau tidak ada satupun orang yang menjawabnya. "Kenapa Kakak gak jujur dan malah menuduh orang lain? Apa Kakak beneran vampir sekaligus dalang dari semua ini?" Tak lama Niki merasakan hembusan angin tepat di dekat telinganya, membuat Niki tercekat. Apakah itu sebuah kode?

***

hm, orang yang ada di cover book gak ada hubungannya sama story ini. aku pake Jake buat cover karena dia ganteng, udah itu aja

Given Taken || Enhypen [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang