21 | είκοσι ένα

1.8K 430 206
                                    

:.。o○ Given Taken ○o。.:

"TOLONG! ADA YANG MAU NYULIK GUE TOLONG!"

"LEPASIN GUE GAK! ADUH YA TUHAN GUE MASIH MAU HIDUP, GUE BELUM NIKAH, GUE BELUM PUNYA ANAK, JANGAN RUSAK MASA DEPAN GUE!"

"Dikira gue mau hamilin lo apa." Lelaki yang sedari tadi menyeret Jay ke suatu tempat pun angkat bicara karena Jay terlalu berisik. Namun setelah Jay mendengar perkataan Niki, Jay sedikit terkejut. Ia pun terdiam seketika, suaranya tidak terlalu jelas karena Niki memakai masker. "Udah ayo lanjut jalan." Sambung Niki.

"L-lo bisa ngomong?" Tanya Jay pada orang yang ada di hadapannya saat ini. Pertanyaan terbodoh yang pernah Niki dengar dari Kakak tingkatnya tersebut.

"Kagak, gue bisu."

"Lah itu lo ngomong."

Niki berdecak seraya memejamkan matanya. Sungguh, sifat menyebalkan dari Jay belum dihilangkan juga oleh Tuhan. "Demi sempak lope-lope Kak Sunghoon. Kalo gue lebih tua dari lo udah gue sumpahin dari tadi." Niki mengumpat dalam hati. Jay semakin terheran-heran, bagaimana lelaki ini dapat mengenal temannya? Apakah ia seorang agen rahasia?

"Buru jalan lagi." Niki kembali menarik tangan Jay secara paksa. Mau tak mau Jay mengikuti Niki dengan matanya yang terus menerus memandang Niki, sampai-sampai ia tak sadar kalau Niki sudah membawanya ke dalam pemakaman. Entah kenapa Jay terus mengikutinya, seakan-akan telah dihipnotis saat matanya bertemu dengan mata Niki. Hm. Ada-ada saja.

"Gue ngajak lo kesini karena ada yang mau gue omonngin." Ucap Niki seraya melepaskan tangannya dari pergelangan tangan Jay, kemudian ia membuka topi dan maskernya, membuat Jay terkejut untuk kedua kalinya ketika mengetahui bahwa yang telah membawanya kesini adalah Niki.

Jay membulatkan mata ketika sadar kalau dirinya telah dibawa ke pemakaman dimana Jake, Sunoo, dan juga Heeseung dimakamkan. Sungguh, Jay sendiri tak mengerti mengapa Niki bisa menemukannya di kostan itu? Padahal Jay pun belum memberitahu siapapun bahwa dirinya kabur dari rumah dan menempati kostan terpencil di dekat tempat les.

"Niki?! Lo ngapain ngajak gue kesini anjir?" Tanya Jay seraya membuka masker dan topi, kemudian lelaki itu mengusak surainya yang sedikit lepek karena sejak di perjalanan ia terus berkeringat. "Kalo ada yang mau diomongin kan tinggal ngechat atau telpon, jadi gue bisa santai-santai di kostan baru. Gausah nyeret gue ke kuburan juga kali, kayak ga ada tempat lain aja." Sambung Jay membuat Niki mendengus kecil.

"Jangan ngoceh mulu, ini kuburan. Udah gede kok gak bisa sesuaiin diri sama lingkungan."

"Idiiii songong lu ye cem ibu-ibu kost tadi." Jay menatap Niki dengan wajah tengilnya. Tatapannya itu lho, rasanya ingin sekali Niki mencakar-cakar wajah Jay hingga tak lagi berbentuk. Untungnya Niki masih tau sopan santun, kalau tidak... baku hantamlah mereka di kuburan.

"Ada yang mau gue omongin ke lo, Kak." Ucap Niki, baru saja Jay ingin menjawab namun sudah dipotong terlebih dahulu oleh Niki, dasar. "Jangan nyerocos seenaknya dulu. Berita penting!" Katanya. Jay menghela napas saat melihat wajah serius Niki. Lelaki itu kembali melihat kesekelilingnya, Jay pun mengusap tengkuk.

"Y-yaudah kalo mau ngomongin yang penting, tapi gak di kuburan juga kali. Bulu kuduk gue joget-joget nih." Niki berdecak kesal ketika melihat Jay tengah mengusap-usap tangan, tengkuk, kemudian memeluk dirinya sendiri sambil bergidik. Absurd sekali manusia ini.

"Oke gue jelasin, tapi jangan potong omongan gue ya." Kata Niki yang diangguki Jay, detik kemudian Jay menghentakkan kakinya gemas dengan raut wajahnya yang berubah.

Given Taken || Enhypen [√]Where stories live. Discover now