BAB 3

64.5K 8.4K 120
                                    

“Grace, warna apa yang bagus?” Tanya Alyena kepada Grace sambil bergantian menatap gaun berwarna biru dan merah.

“Saya tidak berhak untuk memilih, nona,” Jawab Grace dengan mata tertutup, itu adalah kebiasaannya. Alyena berdecak kesal, terlihat kerutan di keningnya.

“Pilih saja! Aku akan membelikanmu hadiah,” Ucapnya dengan nada tinggi. Grace mengangguk kemudian mendekati Alyena.

“Gaun biru ini cantik, nona,” Usul Grace

Alyena memperhatikan gaun itu. Gaun biru dengan lengan puff pendek, pinggang yang tidak terlalu ketat serta sebuah kain organza tipis melingkar di roknya yang mengembang. Gaun ini tidak memakai Crinoline, sehingga tak terlalu berat untuk dipakai.

“Bagus. Baiklah, bantu aku untuk memakainya, Grace. Jangan mengikatnya terlalu ketat, aku tidak bisa bernapas.” Grace mengangguk sekali lagi.

Akhirnya, Alyena selesai memakai gaun biru itu. Ia sedang berdiri di depan cermin, memutar badannya untuk melihat apakah ia cocok memakai gaun ini.

“Grace, tata rambutku. Sebenarnya, terurai juga tidak apa-apa.” Alyena duduk di meja rias, Grace mulai menyisir rambut Alyena dengan pelan. Grace menata rambut Alyena dengan gaya Waterfall. Gaya rambut yang sering Agatha gunakan ketika masih kecil.

“Sudah, nona,” Ucap Grace.

“Terima kasih.”

Pesta minum tehnya akan dimulai jam tiga siang nanti, dan sekarang baru jam satu siang, masih ada waktu bagi Alyena untuk bersantai sejenak. Ia dan Grace meneruni setiap anak tangga, menuju ruang tamu.

Alyena duduk di sofa putih dan mulai bersender. Grace berdiri di belakang sofa. Alyena menutupi wajah dengan tangan.  Jujur saja, ini adalah jam untuk Alyena tidur, dia sebenarnya sangat mengantuk untuk ikut pesta minum teh

“Alyena, anakku sayang!” Alyea melepaskan tangannya, melihat sosok yang masuk tanpa mengetuk pintu itu.  Ia tidak bisa marah, karena itu adalah ibunya sendiri. Alyena tak mau dicap sebagai anak yang durhaka kepada ibunya yang seperti malaikat.

Grand Duchess mengatupkan kedua tangannya, tersenyum lebar dengan gigi-gigi putih yang terlihat begitu jelas.

“Kau terlihat sangat cantik hari ini, nak,” Puji ibunya sambil memegangi pundak Alyena.

“Ibu yakin, kau akan menjadi anak yang paling cantik, di sana.” Alyena manggut-manggut, mengiyakan.

Grand Duchess memiringkan kepalanya, membuat beberapa helai rambut berwarna merah muda jatuh dari belakang telinganya. Grand Duchess terlihat seperti sedang menyelidiki sesuatu.

"Kau tidak membawa payung? Sore ini terlihat sangat panas. Kulitmu bisa-bisa terbakar. Grace, ambilkan payung milik Alyena,” Kata si Grand Duchess dengan senyuman diakhir. Grace mengiyakan perintahnya kemudian pergi meninggalkan Alyena dan Ibunya.

Grand Duchess beralih menatap Alyena, ia duduk di samping Alyena dengan sopan. Wanita ini memang sangat menawan baik di luar maupun di dalamnya.

Setahu Agatha, ibunya ini seorang putri mahkota kedua dari Kerajaan tetangga, lalu menikah dengan Grand Duke Caldwell karena kesepakatan orang tua mereka. Namun, pada akhirnya mereka saling jatuh cinta dan lahirlah Alyena. Kisah cinta dadakan.

Grand Duchess juga sangat cantik dan Grand Duke sangatlah tampan. Mereka berdua memiliki umur yang sama yaitu tiga puluh tahun, wajah mereka berdua masih saja terlihat sempurna.

“Alyena? Kamu tidak mendengarkan ibu berbicara? Apa yang kau pikirkan?” Tanya ibunya. Alyena terlihat linglung dan langsung menggaruk tengkuknya.

“Tidak ada, bu.”

ASRAR [TERBIT]Where stories live. Discover now