BAB 17

28.2K 3.8K 104
                                    

Cerita tentang bagaimana Sophia membuat permintaan yang sangat tidak masuk akal itu sudah tersebar ke penjuru Grissham. Banyak yang menjelekkan keluarga Mislav karena tidak bisa mendidik putri mereka dengan baik.

Alyena yakin Sophia akan menjadi bulan-bulannya para gadis bangsawan.

Entah bagaimana cerita itu bisa tersebar.

“Oh astaga! Apakah putri Baron itu merasa bahwa dia adalah seorang peran utama dari novel picisan? Baron dan Baroness harus mendidik putri mereka.” 

“Ya! Aku tidak menyangka nona dari kediaman Mislav itu dengan mengatakan hal yang menyakitkan hati Tuan Putri,” Sahut salah seorang gadis sambil menghapus air matanya dengan dramatis.

Gadis bangsawan yang lain mulai menganggukkan kepala.

Tanpa mereka sadari, seseorang berdiri tepat dibelakang mereka. Menguping semua gosip yang gadis-gadis itu ucapkan.

“Bisa-bisanya aku mendengar percakapan mereka.” Alyena bersender di dinding sebuah toko roti.

Penampilan Alyena terlihat tidak biasanya, ia mengikat rambutnya, berbentuk seperti bakpao.

Bahkan ia tidak memakai gaun yang mewah, hanya dress panjang yang tidak mekar. Lebih tepatnya iya sedang menyamar menjadi rakyat atau gadis biasa.

Matanya kembali berputar, melirik segerombolan pria dengan seragam kesatria lengkap. Sekelompok kesatria itu berada di sebuah gang gelap, Alyena lebih memilih untuk menunggu pergerakan mereka di depan gang.

Pria-pria dengan tubuh kekar tersebut mulai berjalan meninggalkan gang kecil itu. Tak ingin kehilangan targetnya, Alyena mengendap-endap mengikuti mereka.

Suara yang tadinya samar-samar  kini mulai terdengar lantang.

“Jejak sihirnya mengarah ke sini Tuan Eugene. Sepertinya mereka berada-“

“Kau pikir Zotikos adalah sekumpulan orang-orang bodoh? Mereka tidak akan meninggalkan jejak yang terlihat jelas seperti ini! Tentu saja ini pengalihan.” Dapat urat leher Eugene yang menonjol, pria itu terlihat sangat kesal.

“Kita kehilangan mereka, lagi,” Lanjut Eugene seraya memijit pangkal hidungnya.

Alyena memiringkan kepala tak mengerti dengan percakapan Eugene dan anak buahnya.

“Lebih baik kita melanjutkan pencarian.” Setelah perkataan Eugene itu, kesatria yang lain mengangguk lalu pergi.

Baru saja Alyena ingin melangkahkan kaki, namun tangannya tiba-tiba ditarik oleh seseorang. Sosok itu membekap mulut Alyena menggunakan tangannya yang tertutupi oleh sarung tangan.

Alyena terkesiap, ia mulai berancang-ancang untuk mengambil belati yang sudah gadis itu sembunyikan dibalik celemeknya.

“Alyena?”

Suara yang familiar. Menyadari bahwa tidak ada bahaya sama sekali, Alyena mengurungkan niatnya untuk menyerang.

“Aaron?” Sahut Alyena

“Apa yang kau lakukan di-di sini?” Alyena berbalik badan menghadap Aaron.

Aaron berpakaian tidak biasanya, jubahnya terlihat lebih besar dan rambutnya  acak-acakan. Bahkan ada pasir di wajahnya.

ASRAR [TERBIT]Where stories live. Discover now