BAB 30

16.9K 2.3K 85
                                    

Langit sudah menggelap, tapi pintu keluar belum terlihat. Lama-kelamaan Hugo menjadi tidak yakin bahwa Alyena tahu jalan keluarnya.

"Hugo," Panggil Alyena.

"Y-ya?"

"Bagaimana kau bisa tau kalau orang itu merupakan anggota Zotikos."

Hugo tak menjawab saat itu juga. Ia terdiam sesaat, memikirkan alasan yang masuk akal untuk di dengar.

"Aura. Auranya sama seperti aura yang aku rasakan sebelum istana meledak. Aku juga melihat seseorang dengan jubah yang sama saat itu."

"Hebat," Puji Alyena dengan sungguh-sungguh.

Hugo dan Alyena terdiam bersama. Kaki jenjang itu terus melangkah dengan percaya diri, menginjak daun-daun kering tanpa pamrih.

"Alyena," Panggil Hugo.

Yang dipanggil menoleh, menaikkan salah satu alisnya. "Kau benar-benar tahu jalan keluar dari hutan ini?"

Alyena menghela napas panjang. Ia berkacak pinggang, mengangkat kepala menatapi langit yang sudah menggelap. Hugp tertegun, ia menautkan kedua tangannya ragu.

"Percaya saja padaku." Suara Alyena terdengar lebih kecil dari biasanya.

Hugo mengangguk tanpa melihat Alyena. "Terima kasih, sudah menyembuhkanku," Ucap Hugo sambil berusaha untuk menyusul Alyena.

Ia berjalam di samping Alyena, memandangi wajah itu beberapa detik. Hugo sadar, bola mata Alyena tidak menatap lurus ke depan. Bola mata itu berputar pelan, ke kanan dan ke kiri, seakan ia mengikuti pergerakan sebuah objek.

Hugo menolehkan kepala, memincingkan mata mencari objek yang Alyena perhatikan. Di sini hanya ada pohon-pohon yang tinggi, tidak ada yang menarik untuk dilihat. Lantas, apa yang sedang Alyena perhatikan?

"Apa yang kau lihat, Alyena?"

"Cahaya," Balas Alyena singkat.

Hugo mengedarkan pandangannya, mencari cahaya yang dimaksud Alyena. Ia sama sekali tidak melihat adanya setitik cahaya. Hutan ini cukup gelap, tidak ada bintang dan bulan di langit. Jadi, dari mana cahaya yang dibicarakan Alyena?

"Sedari tadi dia terus menjawabku dengan singkat, apa ada yang terjadi?" Monolog Hugo berandai-andai.

Kaki Hugo lama kelamaan terasa lemas. Ia ingin duduk sejenak, tetapi alyena terus berjalan. Napas Hugo mulai sesak, ia menjadi kesulitan bernapas

Hugo berhenti berjalan ia membungkuk memegangi kedua lututnya.

"Hugo, kita sudah sampai."

Hugo mendongak. Matanya terbelalak kaget. Ia menatap pemukiman warga dan Alyena secara bergantian.

"Hah ... aku tidak menyangka kita benar-benar keluar!"

Hugo terkejut dengan penuturan Alyena. Bahkan gadis itu tidak percaya mereka bisa menemukan jalan keluarnya. Bukankah ia yang menunjukkan jalannya.

"Alyena, bagaimana kau bisa tau jalan keluarnya?"

"Sudah kubilang, aku mengikuti cahaya."

Setelah mengatakan itu, Alyena menutup matanya rapat-rapat. Tubuhnya terasa begitu lemas. Gadis itu sempoyongan dan ambruk begitu saja. Dengan sigap, Hugo menangkap tubuh Alyena sebelum tubuhnya membentur tanah.

"Alyena?!" Pekik Hugo khawatir.

Hugo meletakkan tangannya di kening Alyena. Tubuh gadis itu sangat panas dan wajahnya memerah. Panik, Hugo berlari ke sebuah gubuk terdekat sambil menggendong Alyena.

ASRAR [TERBIT]Where stories live. Discover now