BAB 29

17.3K 2.3K 67
                                    

Ia berdiri, menatap taman di depannya dengan datar. Tak ada ekspresi dan perasaan. Suara cicitan burung tak mengganggunya sama sekali. Kepalanya hanya dipenuhi dengan rencana-rencana untuk masa depan.

Sepatu hak tinggi itu berjalan dengan angkuh menjauhi jendela.

Ia berjalan dengan perasaan lega. Merasa bahwa satu dari beberapa rencananya sudah dijalankan dengan benar. Waktunya menyelesaikan rencananya yang lain.

Wanita itu berjalan dengan senyum yang merekah lebar. Ia berjalan menyusuri lorong dengan para pelayan yang berjalan ke sana ke mari.

"Selamat pagi, Yang Mulia," Ucap seorang pelayan tua.

Ratu menganggukkan kepalanya, melanjutkan perjalanan. Tujuannya kali ini hanya satu, kamar putranya, Finn.

Ia mendorong kenop pintu, membukakan jalannya untuk masuk. Ruangan itu dipenuhi dengan aroma obat-obatan. Ruangannya cukup gelap. Tirai-tirai ditutup untuk mencegah masuknya cahaya, hanya ada beberapa lilin yang menemani.

Itu hanyalah sebuah kamar tidur. Kamar tidur seorang anak kecil. Finn. Sedangkan anak kecil itu terbaring lemah di ranjangnya. Tak memiliki daya untuk bangkit dari sana. Ia meringsut di balik selimut hangat.

Tangan kecilnya menggigil, bibirnya pucat pasi seperti wajahnya. Menyadari seseorang masuk ke kamarnya, ia membuka mata dengan susah payah.

Dalam hatinya, ia berharap banyak bahwa yang datang adalah Alyena. Lagi-lagi ia kecewa.

"Finn ... " Lirih ibunya, mengusap pelan telapan tangan yang dingin itu.

Tubuh Finn sangat mudah sakit, ia cepat sekali merasa kelelahan dan ia sering terkena infeksi. Terkadang ia juga sulit bernapas.

Biasanya juga terdapat beberapa benjolan di sekitar leher, dada, ketiak dan pangkal pahanya. Ajaibnya, benjolan-benjolan itu hilang dalam sehari. Tidak ada yang tahu jenis penyakit apa yang Finn derita sejak lama ini.

Mata Finn menatap sayu ibunya. Sedangkan wanita itu mulai menatapnya datar dengan senyum tak berarti.

"Finn, ayo minum obat. Kau ingin cepat sembuh 'kan?"

Ratu mengibas-ngibaskan tangannya, meminta seorang pelayan yang berdiri sambil membawa sebuah nampan itu mendekat.

"Ya, aku ingin bermain dengan kakak Alyena lagi," Ujar Finn dengan nada yang begitu rendah. Ratu kembali tersenyum kecil. Ia mengambil sebuah botol kecil yang agaknya obat Finn. Botol itu berukuran jari telunjuk orang dewasa diisi dengan cairan berwarna hijau transparan.

Ratu menuangkan cairan itu ke sendok di tangannya, menyodorkan sendok itu ke mulut Finn. Finn menggeleng pelan. "Aku tidak mau, rasanya pahit dan menyakitkan."

Ratu menurunkan sudut bibirnya, melototi Finn, membuat bocah kecil itu bergetar ketakutan. Ia berusaha untuk duduk di ranjang. Dengan cepat, melahap sendok berserta cairan itu, meneguknya dengan laju tanpa sisa sedikit pun.

Kerongkongannya terasa sangat perih saat menelan cairan itu. Finn menahan air matanya agar tidak turun. Sedetik kemudian, ia mulai sulit bernapas.

Paru-paru terasa pedih, seperti tebakar. Finn meremas selimut dengan kuat, menyalurkan rasa sakit ke sana.

Ia menahan dan menahan, berusaha untuk tidak menunjukkan ekspresi kesakitan. Ia melirik ibunya. Lagi-lagi ekspresi itu, raut wajah yang menggambarkan ketidak pedulian.

ASRAR [TERBIT]Where stories live. Discover now