BAB 13

32K 4.6K 164
                                    

Sudah tiga hari berlalu sejak kejadian yang menimpanya waktu itu. Eugene tak pernah mengatakan apa itu Zotikos, siapa Zotikos dan mengapa Zotikos. Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar di kepala Alyena, sayangnya, Alyena tak berani membicarakan hal itu di depan Eugene saat ini.

Tentu saja Alyena tidak ingin membicarakan hal itu, sekarang ia sedang berada di depan pintu masuk utama Istana Dahlia, untuk menyambut kedatangan Hugo. Bersama para pelayan, Raja dan Ratu akan menunggu di Istana Utama. Alyena merasa heran, mengapa penyambutannya bukan di Istana utama melainkan Istana Dahlia.

“Eugene, apakah masih lama?” Tanya Alyena, sudah hampir dua jam mereka berdiri disini dan orang itu tak kunjung datang.

“Itu mereka.”

Eugene menunjuk kearah gerbang yang mulai terbuka. Suara trompet melengking di telinga Alyena. Seorang lelaki muda dengan baju zirah lengkap, menaiki kuda berwarna hitam dan gagah. Ia berada diposisi paling depan, memimpin seluruh pasukannya.

“Hugo?” Satu kata itu keluar dari mulut Alyena. Eugene menganggukkan kepalanya, mengiyakan ucapan Alyena barusan.

Saat ia dan kudanya sudah memasuki gerbang, lelaki itu turun dari kudanya, melepas topeng zirah yang menutupi kepalanya itu. Surai hitam yang berantakan membuat Hugo terlihat sangat tampan, ia mengibaskan rambut hitamnya kebelakang supaya tidak mengganggu pengelihatannya.

Alyena yang melihat pemandangan itu hanya bisa membeku, tak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat.

Tubuh Hugo terlihat sangat gagah, ia juga terlihat lebih tinggi. Mata itu, matanya tajam seperti mata elang yang akan menerkam ular miliknya.

Kulitnya sangat bersih seperti porselen. Hidungnya mancung dan lancip, bibirnya yang tebal itu sungguh menggoda. Bulu mata yang lebat, hampir menyamai bulu mata Alyena. Alisnya juga tebal dan rapi. Apa-apaan tangan yang lentik dan besar itu, Alyena ingin memegang tangan itu.

Terlalu banyak melamun membuat Alyena tidak menyadari bahwa Hugo telah berdiri di depannya. “Alyena,” Bisik Eugene.

“AH! Ya?” Alyena berteriak.

Merasakan seseorang sedang menatapnya dengan tajam, Alyena mulai menggerakkan kepalanya, mencoba melihat objek yang sedang menghalangi cahaya matahari saat ini. Sebelum Alyena bisa dengan jelas melihat, orang yang ada di depannya ini memeluk Alyena dengan erat, tak berniat untuk melepaskannya.

“Aku pulang,” Lirih Hugo.

Alyena terkejut, ia tak membalas pelukan Hugo, sesuatu tengah menghantamnya dengan batu, Alyena tidak dapat berpikir dengan jernih. Alyena ling-lung, tak tau harus berbuat apa, tangannya terangkat, ia ingin menjauhkan Hugo.

Sayangnya, pria muda itu malah mempererat pelukannya, membenamkan wajahnya di tengkuk Alyena. Para pelayan yang melihat kejadian itu tersipu malu. Eugene menyerngit heran, apakah Hugo memang seperti ini?

Merasa tak mendapatkan balasan dari orang yang ia peluk, Hugo mengangkat kepalanya, menatap Alyena dengan intens.

“Kau tak merindukanku, Alyena?” Tanya Hugo sedih. Dengan cepat, Alyena menggelengkan kepalanya, bisa bisa ia ditebas jika Alyena mengatakan iya. Sedetik kemudian, Hugo mengembangkan senyumnya yang manis, ia terlihat seperti anak kecil.

ASRAR [TERBIT]Where stories live. Discover now