BAB 34

13.4K 2K 24
                                    

Satu minggu sudah berlalu. Alyena mengurung dirinya di dalam kamar, tak ingin menemui siapa pun, bahkan kedua orang tuanya. Kecuali, Grace.

Alyena menjadi susah tidur, mimpi malam itu masih menghantuinya hingga saat ini. Mengingat semua kebusukan Hugo, membuat Alyena ingin menggorok lehernya sendiri.

Ada banyak bekas kemerahan di leher Alyena, bahkan beberapa sudah berubah menjadi luka, seperti luka cakaran.

Ia tidak ingin melihat Hugo sama sekali. Alyena terus terbayang bagaimana perlakuan Hugo di sisa hidupnya dulu. Jika Hugo muncul di hadapannya, gadis itu akan menangis dan berteriak, ia akan meringkuk ketakutan sambil menggaruk-garuk lehernya. Untuk keselamatan Alyena, Hugo tidak boleh berada di dekat Alyena.

Lelaki itu awalnya tidak setuju, namun melihat kondisi Alyena, ia pun setuju untuk menjauhi Alyena.

Kini, Alyena sedang duduk terdiam di meja riasnya. Menatap kosong bayangannya di cermin. Wajahnya terlihat sangat suram dengan kantung mata yang terlihat jelas.

Grace menyisir rambut Alyena yang kusut. Menyisir setiap helainya dengan lembut dan hati-hati bak memegang seorang bayi.

"Aku ingin pulang ... " Grace terkejut mendengar suara lirih dari Alyena.

"Tapi aku harus menahan diri." Alyena menundukkan kepalanya, membiarkan rambutnya jatuh menutupi wajahnya. Ia memain-mainkan jarinya kemudian menghela napas.

"Aku harus bertahan di sini, sampai Finn sembuh," Lanjutnya.

Pelayan pribadi Alyena itu terdiam. Ia membuka mulut ingin mengatakan sesuatu, namun segera ia urungkan.

"Ada yang ingin kau katakan?" Alyena sangat peka, ia menatap wajah Grace yang panik di cermin.

"T-tidak, Putri," Balas Grace kikuk.

Grace ingin mengatakannya, tetapi ini waktu yang tidak tepat untuk memberitahukan Alyena. Yang ada, suasana hati Alyena akan memburuk jika ia mengatakan keadaan Finn kepada Alyena.

"Aku ingin menemui Finn," Ujar Alyena pelan.

"Sebaiknya anda sarapan, jangan banyak pikiran." Grace menepuk kedua pundak Alyena dari belakang, tersenyum hingga matanya membentum bulan sabit.

Alyena menatap jari-jarinya dengan sayu. "Aku ingin bertemu dengan Finn, perasaanku tidak enak." Ia membalikkan badan menghadap Grace, bersitatap untuk meyakinkan pelayannya itu.

Grace mengukir senyum tipis. "Sebaiknya, kita biarkan Pangeran Finn beristirahat untuk saat ini," Ajak Grace.

"Baiklah," Kata Alyena parau.

Grace keluar dari ruangan Alyena setelah memastikan bahwa gadis itu memakan sarapannya. Grace menghela napasnya berat. Berjalan menjauh dari pintu kamar Alyena.

"Selamat pagi," Ucap Grace sembari membuka pintu kamar Finn. Aaron menoleh ke arah Grace, tersenyum manis, memperbolehkan gadis itu masuk.

Grace melangkah ke tempat tidur Finn. Ada seorang dokter dan Aaron yang berdiri di sana, memeriksa keadaan Finn. Grace memperhatikan Finn yang kesakitan dengan tatapan cemas.

"Demamnya sangat tinggi," Celetuk Aaron, menempelkan punggung tangannya ke kening Finn.

Wajah Finn terlihat begitu pucat. Apalagi, ia kesulitan untuk membuka mata. Rasanya perih hanya untuk sekedar membuka mata.

"Tadi juga, ia sempat kesulitan bernapas bahkan ia memuntahkan darah," Lanjut Aaron.

Aaron bersedekap dada, memperhatikan dokter di depannya yang sedang telaten memeriksa Finn.

ASRAR [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang