BAB 26

18.8K 2.6K 66
                                    

Kini, rombongan Alyena dan Hugo telah sampai di pelabuhan Ebony setelah dua hari pelayaran. Selama itu, Alyena dan Eugene menutup mulut akan kejadian saat hari pelayaran pertama.

Ya, Hugo belum tau apa pun. Tetap saja, tubuh Alyena terlihat kurang sehat, membuat semua orang khawatir berlebihan.

"Hati-hati saat turun, sepertinya di sini habis hujan."

Eugene membantu Alyena menuruni tangga. Walau sedikit kesulitan, setidaknya ia bisa turun.

Alyena termenung di tempatnya. Memandangi Hugo yang sedang memberikan instruksi kepada kesatria yang sedang berbaris.

"Melihat apa?" Eugene menghadang pandangan Alyena.

"Hugo," Jawab Alyena mengalihkan perhatiannya. Eugene tersenyum kecil, sedangkan Alyena kembali hening.

Eugene meraih salah satu tangan Alyena, meletakkan dua buah permen di sana. "Kurasa ini bisa menenangkanmu," Ujarnya

Alyena tersenyum, menutup kepalan tangannya.

"Terima kasih."

Hugo mendatangi Alyena yang sedang membuka bungkus permennya. Hugo menatap Alyena, melirik permen yang ada di tangan gadis itu.

"Sebaiknya kita pergi sekarang." Hugo menggenggam tangan Alyena yang satunya. Gadis itu terkejut akan tindakan Hugo yang tiba-tiba.

Benar, mereka harus melanjutkan perjalanan menuju Kerajaan Velton. Untung saja, wilayah Kerajaan Sebasta sangat dekat dengan Velton, membuat perjalanan menjadi lebih cepat.

Hugo dan Alyena berada di kereta kuda yang sama, sedangkan Eugene menaiki kereta yang berbeda.

Selama perjalanan, tidak ada pembicaraan di antara mereka. Alyena mencoba untuk tidak tidur dan Hugo sedang membaca bukunya.

Hugo menaikkan kacamatanya yang hampir jatuh. Melirik Alyena, gadis itu berusaha untuk tetap terjaga, namun terlihat jelas bahwa ia sedang kelelahan.

"Tidurlah, aku akan membangunkanmu jika kita sudah sampai."

Mendengar itu, Alyena segera merebahkan dirinya di kursi. Tak lama, ia tertidur pulas. Hugo menggelengkan kepala sembari tersenyum. Ia lanjut membaca buku dengan tenang.

Sampai kereta kudanya melompat karena menabrak batu. Buku dan kacamatanya terjatuh. Mata Hugo memeriksa Alyena, syukurlah gadis itu masih tertidur. Hugo menunduk, mengambil buku dan kacamatanya.

Belum sempat memungut barang-barangnya itu, Hugo kembali duduk tegap.

Aura tidak mengenakkan datang dari luar kereta. Suasana serupa yang Hugo rasakan sebelum ledakan di istana terjadi.

Ia memeriksa keluar jendela, memastikan tidak ada siapa pun yang megikuti mereka. Hugo menjelejahi setiap sudut kereta itu, menggunakan indranya untuk mencari adakah bahan peledak atau bom.

Perlahan, aura tidak enak itu menghilang. Tapi, Hugo tetap was-was. Ia tidak ingin kejadian itu terulang lagi.


***

"I-ibu?" Seorang anak laki-laki meremas gaun tidur milik ibunya. Ibu sang anak terbaring lemas di kasur. Tubuh wanita itu sudah dingin dan sangat pucat.

ASRAR [TERBIT]Where stories live. Discover now