BAB 24

20.1K 2.8K 63
                                    

Alyena dirias demikian rupa.

Di kamarnya ada beberapa tas dan koper yang sudah disiapkan. Kebanyakan berisi gaun, uang dan perhiasan milik Alyena.

Alyena menghela nafas, menarik perhatian para pelayan yang ada di sekitarnya. "Ada apa, Putri?" Tanya seorang pelayan.

Alyena menoleh, sembari menggelengkan kepala. Ia harus segera bersiap, sebentar lagi mereka harus berangkat.

Grissham sudah memasuki musim dingin, cuacanya menjadi lebih dingin dari biasa. Itulah mengapa Alyena memakai gaun dengan bahan yang tebal. Ia juga memakai mantel serta syal.

Setelah semuanya siap, Alyena keluar dari kamarnya, diikuti para pelayan yang menenteng bawaan Alyena. Melewati lorong, beberapa pelayan memberikan salam kepada Alyena.

Tepat di depan pintu masuk, terdapat beberapa kereta kuda. Hugo, Eugene, Raja dan Ratu sudah menunggu Alyena sedari tadi. Alyena sedikit mengangkat kedua sisi gaunnya, memberi salam kepada Raja dan Ratu.

Mata gadis itu memperhatikan sekitar, ia tidak melihat sesosok yang ia harapkan untuk datang. Finn, sepertinya anak kecil itu masih sakit, Alyena hanya bisa mendoakan kesembuhan Finn.

"Hati-hati diperjalanannya!" Ratu melambaikan saapu tangannya. Alyena ikut melambaikan tangan sebagai ucapan selamat tinggal.

Akhirnya, mereka berangkat menuju kerajaan Velton. Alyena kembali menghembuskan napas lalu menyenderkan punggung ke tempat duduk.

Perjalanan mereka baru saja dimulai, entah mengapa Alyena merasa tegang. Sepertinya karena ini adalah kali pertama Alyena keluar dari wilayah Grissham. Ia tidak akan berada perjalanan ini cukup panjang.

Matanya melirik keluar jendela, mereka masih berada di lingkungan istana. Saking besarnya, butuh dua puluh menit lebih untuk keluar dari lingkungan istana.

"Kita akan sampai di Velton sekitar empat sampai enam, menggunakan jalur laut. Jika kita menggunakan jalur barat, membutuhkan waktu sampai seminggu lebih," Ujar Hugo seraya membaca sebuah kertas.

Mata Alyena berkedut tak tahan. Jika saja mereka memakai jalur barat, sudah dipastikan, Alyena tidak akan kuat. Duduk di dalam kereta kuda dengan jalan yang tidak terlalu mulus past sangat menyiksanya.

"Tentu saja jalur laut lebih baik."

Hugo mengangguk mengiyakan ucapan Alyena. Matanya menatap Alyena yang sedang menguap. Belum keluar dari lingkungan istana saja dia sudah mengantuk. Hugo terkekeh gemas melihat tunangannya itu.

"Kita akan menaiki kapal di pelabuhan Chartreuse dan turun di pelabuhan Ebony. Setelah itu, aku akan mengirim beberapa kesatria untuk melakukan evaluasi di sekitar pelabuhan." Hugo menjeda penjelasannya.

"Kita akan melanjutkan perjalanan dan kemungkinan akan sampai di Kerajaan Sebasta pada hari ketiga. Mungkin kita akan bermalam di Sebasta. Setelah itu, kita akan sampai di Velton pada hari keempat jika tidak ada gangguan."

Hugo melipat kembali petanya, memasukkan peta itu kembali ke dalam saku.

Kedua manusia itu kembali tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing. Tidak ada gerakan maupun ucapan.

Alyena mengeluarkan sebuah kantung berisikan coklat dari dalam gaunnya. Ia sengaja mengambil coklat itu dari dapur, karena Hugo pasti tidak membawa camilan.

ASRAR [TERBIT]Kde žijí příběhy. Začni objevovat