Still with you

197 21 0
                                    

"Kak Zevan kok diam?" tanya Angkasa, heran dengan Zevan yang malah duduk, diam dan membeku.

"Kak!" panggil Angkasa menyadarkan seraya menepuk pelan pundak pria itu.

Zevan menatap Angkasa pelan-pelan, mulai dari dagu, bentuk bibir, hidung yang tak bisa dibilang mancung, juga iris mata yang begitu indah. Bagaimana bisa seorang Zevan membeku setelah bertatapan cukup lama dengan Angkasa 3 menit yang lalu.

"Kak Zevan, jangan buat Angkasa takut...." rengek Angkasa.

"Emang kenapa?" Akhirnya Zevan membuka mulutnya.

"Itu matanya natap Angkasa, kaya zombie!"

"Lah kok? Angkasa bilang kakak mirip sama Zombie?" protes Zevan tak terima sama sekali.

Angkasa menatap wajah Zevan sejenak, "Bukan kak!"

"Tapi mata kakak itu mirip sama Zombie yang mau makan manusia!" lanjut Angkasa penuh penekanan.

"Makanya jangan kebanyakan nonton Sa!" ucap Zevan sambil mengoleskan sedikit obat merah ke dahi Angkasa, ditemani alkohol yang sedikit membuat Angkasa merasa panas dingin.

"Angkasa gak pernah nonton!" elak Angkasa.

"Terus itu Zombie-zombie an gimana?" sahut Zevan lagi seraya merapikan rambut gadis itu ke belakang. Agar tak mengganggu penglihatan dan tangannya.

"Angkasa ingat film itu karena Angkasa sebenarnya jarang untuk nonton. Angkasa cuma nonton kalau diajak sama Bintang.  Dan karena itu, Angkasa selalu bisa ingat banget sama film yang Angkasa sudah tonton!" jelas Angkasa, membuat Zevan cukup prihatin.

"Udah kak?" tanya Angkasa, ketika melihat Angkasa membereskan alat-alat itu.

"Udah!"

"Tapi Angkasa kok gak kesakitan waktu kakak obatin dahi Angkasa?"

"Rahasia!" ujar Zevan sembari memencet puncuk hidung Angkasa gemas!

"Mau disini terus atau mau keluar nih Sa?" tanya Zevan, pria itu sudah berdiri tegap di ambang pintu.

"Aishh kak Zevan!" ringis Angkasa, melihat tingkah laku Zevan.

Angkasa dan Zevan akhirnya berjalan, keluar dari ruangan tersebut. Zevan mempersilahkan Angkasa untuk berjalan duluan di depannya dengan tangan kanannya. Angkasa, yang melihat itu tersenyum dan akhirnya berjalan di depan Zevan. 

"Kakak?" panggil seseorang dari belakang, membuat keduanya sama-sama memutar kepala.

"Kakak di klinik ayah?" lanjut pria itu dengan jas putih bersih di tubuhnya. Pria dengan sorot mata yang mirip dengan  Zevan itu berjalan menuju Zevan dan Angkasa.

"Iyah yah..." balas Zevan santai.

"Kakak ngapain ke sini? Terus gak ngabarin ayah lagi!"

"Zevan kesini, karena teman Zevan butuh obat yah," jawab Zevan lagi, matanya menatap Angkasa sejenak.

Tatapan, pria yang notabenya ayah Zevan itu mulai berpindah pada Angkasa. Angkasa yang merasa diperhatikan hanya bisa kikuk seraya menyelipkam sedikit rambut hitamnya ke belakang daun telinganya.

"Kenalin, om itu bokapnya Zevan panggil aja om Wisnu!" ramah Wisnu dengan menyodorkan tangan kanannya.

Angkasa tersenyum, lalu membalas tangan Wisnu, "Angkasa om! Temannya kak Zevan, temannya Icha juga!"

"Pantes seragam kamu mirip sama seragamnya Icha putri saya!" kata Wisnu menyadari sesuatu.

"Iya om!"

Angkasa (THE END)Where stories live. Discover now