Happy Birthday Angkasa

166 14 0
                                    

Angkasa menarik nafasnya panjang, lalu membuangnya secara perlahan, gadis itu bisa merasakan kalau hembusan nafasnya kali ini mempunyai banyak anugrah. Gadis itu kembali tersenyum simpul dan hangat ketika melihat jam Beker di nakasnya yang jarumnya panjang dan pendeknya telah menyatu, menunjuk tepat di angka 12.

"Happy sweet seventeen Angkasa," guman Angkasa pelan seraa terus tersenyum.

"Untuk diriku, makasih udah temenin Angkasa dalam keadaan apapun. Nemenin Angkasa waktu sakit, nemenin Angkasa ketika Angkasa dipukulin sama papa, mama, atau Bulan. Dan makasih banyak karena udah terus berusaha kuat walaupun sama sekali gak mudah," papar Angkasa kepada dirinya sendiri.

Angkasa menyilangkan kedua tangannya di pundak miliknya, menepuk pelan pundaknya, seraya berucap pelan, "Maaf kalau Angkasa belum bisa ngasih yang terbaik dan sering nyakitin kamu yah! Angkasa yakin kita kuat kok!"

Tanpa Angkasa sadari, satu bulir kristal bening kembali jatuh dari pelupuk matanya. Kali ini, Angkasa sendiri tak tau air mata ini disebut apa. Akankah ini air mata penghargaan, untuk jiwanya yang tetap kuat hingga detik ini?

Angkasa membuka matanya perlahan, berniat untuk berjalan menuju dapur. Gadis itu haus, dan setelah itu Angkasa berencana untuk tidur. Angkasa memang sengaja menunggu jam  menunjukkan pukul 12, karena Angkasa ingin memberikan ucapan spesial untuk dirinya sendiri.

Angkasa perlahan turun dari atas kasurnya, ia berjalan keluar dari kamarnya itu. Hal pertama yang dilihatnya adalah sepi. Lampu menyala dengan terang, namun tak ada siapapun. Mungkin Wisnu, Zevan dan Icha telah tidur di lantai atas. Kamar Angkasa memang disengaja ada dilantai bawah, mengingat kemarin gadis itu masih lumpuh.

Angkasa hendak kembali berjalan menuju dapur, namun belum sempat Angkasa melangkah....

Happy birthday to you
Happy birthday to you
Happy birthday to you
Happy birthday, happy birthday
Happy birthday to you....

Wisnu, Zevan dan Icha turun dari tangga seraya menyanyikan lagu happy birthday. Di kepala mereka terpasang topi berbentuk segitiga. Mata Angkasa beralih menatap tangan Zevan yang diisi dengan sebongkah kue coklat putih besar, di tangannya ada lilin bentuk 17.

Angkasa bisa merasakan tubuhnya ingin jatuh. Selama 17 tahun ia hidup Angkasa baru kali ini diberikan suprise dan nyanyian. Air mata kebahagiaan mengalir deras, dadanya berdesir hangat. Bagiamana lagi Angkasa harus mendeskripsikan perasaan ini? Angkasa tak tau ia harus tertawa atau menangis.

"Angkasa kok nangis?" ujar Icha, jemarinya terulur mengusap air mata Angkasa.

Angkasa menggelengkan kepalanya, memegang erat tangan Icha, "Angkasa gak nangis kok!"

Zevan maju dihadapan Angkasa, senyum hangat langsung menyambut Angkasa, "Ayo make a wish dulu!" perintah Zevan lembut.

Angkasa menutup matanya perlahan, dalam hati ia berdoa dengan tulus,

"Terimakasih Tuhan udah beri Angkasa kesempatan untuk bisa merasakan apa itu arti keluarga, melalui om Wisnu, kak Zevan dan juga Icha. Angkasa harap keluarga  Angkasa juga bisa bersikap hangat layaknya mereka. Dan harapan Angkasa yang paling besar, untuk orang tua Angkasa yang sebenarnya beritahu mereka, kalau Angkasa masih hidup. Dan kalau mereka memang udah dipanggil sama Tuhan, Angkasa mohon Tuhan bisa menempatkan mereka di sisi kananmu. Amin!"

Angkasa membuka matanya, ia tarik nafasnya perlaham, dan ia hembuskan dengan kebahagiaan. Hingga api lilin itu telah mati. Tapi Angkasa berharap, kebahagiaan seperti ini tak akan pernah lekang layaknya api lilin tersebut.

Selamat ulang tahun kami ucapkan
Selamat panjang umur, kita kan doakan
Selamat sejahtera, sehat sentosa
Selamat panjang umur dan bahagia.

Angkasa (THE END)Where stories live. Discover now