Sampah

333 29 12
                                    

~Aku laksana sampah di antara lautan manusia~

-Angkasa-

Angkasa, kini tengah berjalan menyusuri koridor sekolahnya. Murid murid lainnya sedang berbaris rapi dilapangan. Untung, pak Karis selaku satpam mengizinkan dirinya untuk masuk. Entah kebaikan dari planet mana yang kini datang pada duda anak 3 itu.

Angkasa, masuk ke kelas miliknya. XI MIPA 1. Yah! Angkasa gadis pintar, walau dia tak pernah meraih ranking tapi berada di kelas unggulan merupakan kebanggaan tersendiri bagi dirinya.
Angkasa lansung, meletakkan tasnya di bagian belakang. Mengeluarkan handphone beserta earphonenya. Memutar lagu berjudul "Kamu dan Kenangan" memasangnya pada kedua Indra pendengaran miliknya. Walau lagu itu mungkin tak sesuai dengan kisah hidupnya, tapi alunan musik, sudah cukup untuk menggambarkan betapa perih dan hancurnya kondisi hati dan jiwanya kini.

Angkasa menelungkupkan kepalanya ke dalam lipatan tangan yang kini diatas meja. Menikmati setiap alunan musik yang keluar dari earphonenya itu.

Satu pertanyaaan yang kini terlalu banyak menyita pikiran Angkasa. Apakah orang tua yang tak menginginkan dia hadir, hingga menjual dirinya, akan berlaku seperti ini juga kalau seandainya itu semua tak terjadi? Atau lebih parah? Itu rahasia Tuhan. Tuhan punya skenario yang harus kita jalani. Kita hidup dimana dunia sebagai panggung, masalah dan kebahagiaan hanya alur, dan kita sebagai pemeran, hanya bisa turut pada skenario itu. Walau itu akan menguras air mata.

Suara riuh mulai meghiasi SMA Lentera itu. Pertanda acara baris pagi telah selesai. Namun, posisi Angkasa yang sedang melamun, memikirkan nasibnya dan juga earphone yang terpampang di telinganya. Membuat gadis itu tak sadar.

"Hei Kunti!" teriak seorang gadis, sembari menggebrak meja Angkasa. Suara cempreng miliknya sungguh menelisik telinga. Untung saja, Angkasa memakai earphone.

Gadis bersuara cempreng itu, memasang mimik kesalnya. Saat Angkasa tak kunjung menggubris dirinya.

"Ikh! Kesal gue." ucap gadis itu. Mengangkat kepala Angkasa. Dengan kasar gadis itu mencabut earphone Angkasa.

"Hei! Kebo banget si lo, ini sekolah bukan kuburan. Tidur kok seenaknya." cerca gadis itu, suaranya melengking memenuhi ruangan kelas.

"Ma-af Ad-ri-a-na." gugup Angkasa, ketika mengetahui bahwa gadis yang membuat dia terbangun dari angannya adalah Adriana. Gadis yang sudah diberi gelar Queen disekolahnya. Wajahnya yang cantik, tubuh seksi, rambut pirang, kulit putih, membuat ia mendapat gelar Queen ketika baru saja menginjak kan kaki di SMA ini. Banyak gadis gadis yang sudah menjadi pengikut Adriana, hanya menumpang tenar saja tentunya. Namun, sayang keindahan paras yang Tuhan berikan pada gadis bernama lengkap Adriana Mirasya Sentosa itu tak membuat gadis itu bermoral baik. Bahkan cenderung menginjak siapa saja yang berani pada dirinya.

"Dasar tolol! Muka biru semua! Kamu manusia atau Krisna. Hahahahahaha." ledek Adriana, perkataannya mengundang gelak tawa penghuni kelas.

"Aduh Adri.. kalau ngomong kok betul banget sih."
"Angkasa Krisna...ayeayeayeayeayeye."
"Sulingnya mana?"
"Asli! Itu kartun kesukaan aing dulu."
"Kesukaan hayati juga.."
"Jangan jangan kita jodoh. Awok!"
"Jodoh gundul mu!"

Angkasa, hanya bisa menahan air matanya lagi. Belum sempat hatinya kembali posisi karena kejadian tadi pagi. Sudah ditimpa cercaan oleh seisi kelasnya. Angkasa bingung! Dimana lagi tempat dimana dirinya tak dianggap sebagai sampah? Angkasa hanya butuh tempat itu. Tempat dimana gadis itu dianggap sebagai orang biasa. Bukan bahan ejekan atau malah cercaan.

Angkasa (THE END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora