Kecelakaan

248 25 0
                                    

Zevan terus melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ia tak ingin Angkasa pingsan lebih lama. Rasanya jarak rumah Angkasa dengan Klinik semakin jauh. Pria itu sekali-kali melihat wajah Angkasa yang tak kunjung sadar. Matanya yang tertutup serta bibir dan pipinya yang pucat membuat Zevan semakin dilanda oleh rasa khawatirnya.

"Sa, sadar Sa!" lirih Zevan seraya terus menggerakkan setirnya.

Jalanan malam sepi seperti ini harusnya bisa membuat Zevan leluasa. Tapi kenapa malah semakin lambat. Dan sekarang ada banyak mobil yang datang dari setiap simpang di jalan tersebut. Menerobos langsung ke hadapan mobil Zevan. Membuat Zevan pada akhirnya harus memperlambat kecepatannya.

"Arggggg...." desis Zevan kasar, mobil di depannya itu melaju sangat lambat! Zevan ingin menyalipnya, namun naas ada 4 mobil yang rasanya tak mengindahkan aturan salip-menyalip itu.

"Minggir sialan!" marah Zevan penuh tekanan. Matanya seakan ingin melahap semua mobil itu.

Zevan harus apa sekarang? 4 mobil dengan warna hitam dan putih itu semakin melambat.  Bergerak laksana siput di tengah jalan raya. Haruskah Zevan menabrak semuanya?

"Apa mereka adalah orang yang baru belajar mengendarai?" tanya Zevan. Tak habis pikir dengan semuanya.

Zevan menatap Angkasa sejenak, "Sa, maafin kakak!" tegas Zevan.

Tanpa ada pilihan lain, Zevan membanting stir nya kasar ke arah kiri, tak peduli lagi dengan mobil yang berjalan di bagian itu. Bannya berputar dengan cepat, bagian depan mobil Zevan sudah hampir menempel dengan bagian belakang mobil hitam itu. Plat nomor mobil Zevan berjarak 10 Cm dengan plat nomor mobil itu.

"Minggir atau mobil Lo gue tabrak?" teriak Zevan, kepala pria itu keluar dari kaca mobilnya.

Bukannya malah minggir, mobil itu malah semakin melambat, melambat bahkan hampir tak bergerak. Zevan memegang setirnya sangat kuat, bahkan bisa saja setir itu patah.

Zevan menginjak gas dengan kakinya, jarum di layar kecepatan sudah menunjukkan 160 km/jam. Mobil Zevan semakin menempel dengan mobil hitam itu. Tak bisa berbuat apa-apa mobil hitam itu akhirnya minggir ke arah kanan. Membuat Zevan akhirnya bisa sedikit bernafas lega.

"Mati Lo nanti!" tegas Zevan sembari menoleh ke mobil yang kini sudah berada di sampingnya.

Naas, tanpa Zevan sadari sudah ada mobil putih yang lebih besar yang berada di depannya. Mobil itu melaju dengan gontai, ke kanan dan ke kiri. Sepertinya sedang dikendarai oleh manusia yang sedang mabuk! Saat Zevan menoleh ke depan, alangkah terkejutnya pria itu. Tanpa pikir panjang Zevan langsung menginjak rem, belum sempat dia menabrak mobil itu, mobil itu sudah minggir ke kanan. Membuat....

"Brakkkkkk...."

Mobil Zevan menabrak pembatas jalan sebelah kanan. Kendaraan roda empat itu remuk, ditembus besi sampai ke dalamnya. Besi tebal itu telah membuat bagian depan hingga ke tengah remuk dan tak berbentuk lagi. Mobil itu seakan ikut menangis.

Zevan! Tak terhitung lagi seberapa banyak darah yang keluar dari pelipisnya. Kepala pria itu terkapar di setir, sudut bibirnya juga mengeluarkan darah. Dan tangannya? Dari tangan yang sejatinya kekar itu, kini hanya bisa menangis. Menangis lewat darah yang keluar dari kulitnya. Bagian samping kanan dan kiri mobil yang sengaja ditabrak oleh ke-empat mobil tersebut, membuat Zevan dan Angkasa tak hanya terluka di bagian depan! Tapi mereka harus merasakan semuanya secara utuh.

Angkasa yang pada dasarnya tak sadarkan diri sejak tadi, membuat dia tak tau apa yang ia alami saat ini. Tapi nanti, setelah dia terbangun dia akan merasakan luka dan perih yang jauh lebih menyakitkan! Kepala gadis itu, bukan lagi hanya biru, dan lebam. Tapi kini, darah segar sudah mengalir dari dahi dan berjalan melewati mulutnya. Kaki gadis itu tak hanya lemah, tapi kini sudah remuk,  sampai remuk itu tak bisa Angkasa rasakan lagi.

Angkasa (THE END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang