Makna Keluarga.

261 11 0
                                    

3 hari berlalu, pagi kembali datang dengan matahari yang rasanya lebih cerah dari hari kemarin. Panas dan cahaya menembus gorden Rumah Sakit, terutama ruangan Angkasa.

Gadis itu membuka matanya perlahan, kemarin kepalanya sangat pusing hingga tak sadar telah tertidur. Namun pagi ini, rasanya sudah lebih ringan. Walau, semakin hari tubuhnya semakin lemah.

"Ma," panggil Angkasa pelan.

Mita, yang tertidur di samping Angkasa lansung bangun. Melihat Angkasa dengan tatapan hangat dan lembut. Hati Angkasa rasanya lansung damai dengan tatapan itu.

"Apa sayang?" sahut Mita, sembari tersenyum.

"Minum!" singkat Angkasa, lansung mengalihkan pandangannya ke arah televisi.

"Angkasa mau minum apa? Susu, teh, atau juice?" tawar Mita bersemangat.

"Air putih."

Mita menghela nafasnya berat. Perilaku Angkasa masih dingin. Sudah berbagai cara Mita dan Bryan lakukan untuk mengambil perhatian Angkasa, merebut maafnya. Namun, semuanya sia-sia. Gadis itu masih dingin dan tak tersentuh, oleh kedua orang tua angkatnya itu.

"Sebentar yah sayang..." ucap Mita sembari beranjak dari duduknya.

Angkasa menatap Mita yang tengah menyeduhkan air hangat dari samping. 'Sebentar yah sayang' kata-kata itu berhasil membuat air mata Angkasa jatuh tanpa sadar. Sesak bercampur rasa hangat menembus dadanya. Apa satu kalimat itu bisa menggantikan jutaan kalimat makian dalam 15 tahun hidup Angkasa?

"Angkasa kenapa nangis?" heran Mita khawatir.

"Gak apa-apa!" cetus gadis itu.

"Yasudah, Angkasa sekarang minum dulu yah..." lembut Mita, membantu tubuh Angkasa untuk duduk.

Tangan Mita mengelus rambut Angkasa sembari gadis itu sedang minum. Mita juga beralih mengambil sisir, menyisir rambut gadis itu dengan lembut. Berusaha untuk tak menimbulkan rasa sakit untuk Angkasa.

Angkasa menyerahkan gelas yang sudah kosong, lalu kembali merebahkan tubuhnya. Tanpa peduli kalau rambutnya belum selesai disisir. Namun, Mita tetap menanggapinya dengan seulas senyuman. Kesalahan yang ia lakukan selama ini, belum seberapa dengan apa yang Angkasa lakukan. Bahkan, ia pantas mendapatkan yang lebih dari ini bukan?

Mita mengambil tissue, me-lap mata Angkasa yang berair, "Kalau ada yang sakit, bilang sama mama yah. Biar mama bisa panggil dokter. Jangan sampai kamu nangis, gara-gara tubuh kamu sakit," kata Mita kelewat lembut.

"Mama sendiri yang ciptain rasa sakit itu," sahut Angkasa dalam batinnya.

"Mau sarapan apa nak pagi ini?" tanya Mita.

Angkasa menggeleng, "Angkasa belum nafsu mah."

"Nanti kalau Angkasa gak makan, gimana dong sembuhnya?" goda wanita setengah baya itu.

Angkasa menatap Mita lekat, sangat dalam! Ternyata ini wujud asli seorang Mita Rosalina Putri, wanita hangat, lembut dan penyayang. Angkasa bisa tau sekarang kalau, perlakuan Mita untuk dirinya selama ini, hanyalah topeng kebencian! Perlakuan khusus untuk anak angkat.

"Apa sehangat ini mama kepada Bulan dan Bintang?" tanya Angkasa.

"Iyah dong! Kan kalian semua anak mama, pasti perlakuan mama sama untuk kalian!" tegas Mita.

Angkasa menyunggingkan sudut bibir kirinya, merasakan miris dengan kalimat itu.

"Apa selama ini mama pernah perlakuin Angkasa, sama dengan Bulan dan Bintang?"

Angkasa (THE END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora