08. Rose

11.1K 1.9K 533
                                    

SETELAH BERHASIL keluar dari mobil Jaehyun, Taeyong pun bergegas memasuki cafe sembari menyeka air mata di pipinya. Dalam hati ia berharap semoga tampangnya saat ini tidak menyerupai kucing kelaparan yang terlantar di jalanan. Sebab Sehun mungkin akan menjauhinya setelah kencan mereka.

Setibanya di dalam cafe, Taeyong kemudian mengedarkan pandangan guna mencari sosok pria yang telah menunggunya. Hingga saat kedua matanya menemukan keberadaan Sehun, ia buru-buru menghampiri designer itu.

“Maaf aku sedikit terlambat,” kata Taeyong lalu duduk pada kursi di seberang Sehun.

Melihat penampilan si pria tinggi berkulit putih yang amat rapi dan bersih membuat Taeyong seketika malu. Sehun terlihat mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik untuk kencan pertama mereka. Namun keadaannya sekarang justru amat mengenaskan.

“Tidak, Taeyong. Aku juga baru sampai beberapa menit yang lalu.” balas Sehun lalu tersenyum simpul.

Si lelaki manis mengangguk kecil sebelum menunduk, tak berani menatap lurus ke dalam netra sosok bersahaja di hadapannya.

“Sepertinya aku membuat kesan tidak menyenangkan pada kencan pertama kita,” gumam Taeyong.

“Apa maksudmu?” Sehun terkekeh, “Kita bahkan baru bertemu beberapa detik lalu, Taeyong.”

Menghela napasnya pelan, pemuda Lee itu masih enggan menggulirkan pandangan ke arah sang designer. Ia menyibukkan diri dengan memainkan kuku jarinya di bawah meja sebelum kembali bersuara.

“Penampilanku saat ini sangat acak-acakan. Wajahku, rambutku, pakaianku. Aku seperti baru saja kembali setelah dikejar-kejar preman,” kata Taeyong lalu tersenyum miring.

“Sedangkan kau sangat rapi, bersih dan tampan,” sambungnya yang kemudian membuat Sehun refleks tertawa.

“Taeyong-ah, lihat aku.” ucap pria bermarga Oh itu.

Meski merasa malu, namun Taeyong memberanikan diri untuk mempertemukan iris legamnya dengan milik Sehun hingga saling beradu. Saat itu pula kedua telapak tangannya tiba-tiba membeku, sebab sosok di hadapannya tak henti-henti melengkungkan bibir bak bulan sabit. Membuat Taeyong lantas terpaku pada senyuman itu.

“Tak peduli pakaian apapun yang kau kenakan, bahkan ketika wajahmu tak disentuh dengan riasan sekalipun, kau tetap sama di mataku.” kata Sehun, “Bagiku kau sangat cantik, Taeyong.”

Bagiku kau sangat cantik, Taeyong.

Bagiku. Kau. Sangat. Cantik.

Pujian Sehun membuat Taeyong refleks mengulum bibirnya. Timbul sebuah sensasi haru yang mencuat di balik dadanya hingga kedua bola matanya lantas memanas.

Namun ketika pria tampan di hadapannya itu menoleh ke arah lain dan berkata, “Oh? Jaehyun! Kita bertemu di sini.” Taeyong lantas menelan ludahnya kasar.

“Aku ingin ke toilet dulu,” ucap lelaki manis itu sebelum melenggang pergi, meninggalkan Sehun juga Jaehyun.

Sayangnya, ketika ia mencoba untuk menghindari si pemilik lesung pipi, Taeyong justru menyadari bahwa Jaehyun mengikutinya ke toilet. Tanpa menoleh ke belakang pun, ia sudah tahu jika rekan kerjanya itu sedang mengekorinya.

Taeyong sangat hapal dengan wangi parfum Jaehyun. Bahkan aroma Wood Sage & Sea salt itu seakan berpindah pada pakaiannya sejak mereka berciuman di kantor tadi.

Ah tidak, bukan berciuman.

Lebih tepatnya saat ia dipermainkan oleh si lelaki berlesung pipi.

Sesampainya di depan wastafel toilet cafe, Taeyong lantas tak mampu membendung tangisnya. Sementara Jaehyun yang baru saja ingin menghampiri lalu menyerahkan tasnya pun tiba-tiba mengurungkan niat.

Rivalry | Jaeyong ✓Where stories live. Discover now