24. Explanation

11.5K 2K 738
                                    

TAEYONG MEMANDANGI meja kerja yang ada di seberangnya dengan tatapan kosong. Pikirannya pun tak henti-henti berlabuh pada sosok yang biasanya akan memandanginya dari sana. Entah dengan tatapan mengejek atau pun seringai menyebalkan.

Jaehyun benar-benar akan mengundurkan diri, pikirnya. Terbukti saat ia tak mendapati si lelaki berlesung pipi datang lebih awal di kantor seraya memandangi MacBook nya.

Taeyong pun seketika merutuki ucapannya kemarin; di saat ia berusaha membuat Jaehyun untuk tetap berada di Persona. Namun pemuda Jeong itu hanya meresponnya dengan senyum miring sebelum melenggang pergi, meninggalkannya.

Padahal Taeyong berharap bahwa Jaehyun akan mengolok-oloknya. Ia berharap rekan kerjanya itu akan mengurungkan niat dan bertekad untuk tetap mengganggunya.

Sayangnya harapan Taeyong justru tak sesuai dengan kenyataan. Jaehyun telah pergi, bahkan sebelum ia mengetahui apa yang sebenarnya telah terjadi.

“Taeyong, apa Jaehyun sudah ada di ruanganku?”

Taeyong tersentak saat suara Nyonya Kwon tiba-tiba menyapa gendang telinganya. Ia pun refleks menunduk sopan sebelum menjawab.

“Belum, Nyonya.” ia menelan ludah, “Apa Jaehyun benar-benar akan resign?”

“Hm, dia menghubungiku pagi tadi.”

Wakil CEO itu memandangi wajah sang bawahan, “Apa kau baik-baik saja, Taeyong?”

“Y-ya. Tentu, Nyonya.”

“Apa kau sangat kecewa dan membenci Jaehyun atas perlakuannya itu?”

Taeyong terlihat berpikir sejenak sebelum bergumam, “Aku... Tidak tahu.”

“Aku masih sulit untuk percaya jika Jaehyun melakukan hal serendah itu,” ia melanjutkan.

“Apa kau ingin aku mengeluarkan Jaehyun dari Persona tapi bukan dengan menandatangani surat resign nya?”

Taeyong melebarkan mata lalu menggeleng tegas, “Tidak, Nyonya. Jangan. Kumohon,” pintanya.

“Aku yakin, Jaehyun bukan pria jahat.”

Nyonya Kwon tersenyum, “Hatimu selalu se-indah rupamu, Taeyong.” katanya.

“Tapi kuharap, setelah ini kau tidak merasa terbebani atas semua yang telah terjadi. Kau harus tetap memikirkan dirimu sendiri.”

Taeyong mengangguk, “Terima kasih, Nyonya.”

“Aku akan mengirimkan beberapa paper ke emailmu untuk direvisi,” ucap Nyonya Kwon sebelum melenggang masuk ke ruangannya.

Mendengar penuturan sang atasan membuat Taeyong dengan sigap memandangi MacBook nya. Namun hanya berselang beberapa menit, pintu otomatis kembali terbuka. Mau tak mau ia lantas menoleh karena mengira bahwa Tuan Jung lah yang datang.

“Jaehyun.”

“Kenapa kau begitu terkejut?” si pemuda Jeong menyeringai.

“Tidak perlu khawatir, kubis ungu. Aku hanya akan menyerahkan surat pengunduran diriku,” katanya sebelum kembali melangkah hingga masuk ke dalam ruangan sang wakil CEO.

Taeyong sendiri tidak mampu lagi berkata-kata. Lebih tepatnya tidak tahu harus memulai percakapan di antara mereka dari mana.

Sejenak ia melirik ke arah mejanya. Memandangi satu kotak macaroon yang ia beli sebelum berangkat ke kantor tadi. Taeyong kemudian meraihnya lalu bangkit dari kursinya. Berjalan ke arah meja kerja Jaehyun lalu berdiri di sana.

Saat pintu ruangan Nyonya Kwon terbuka, Taeyong lantas menelan ludah. Sebab Jaehyun seketika memandangi wajahnya dengan raut minim ekspresi.

“Kenapa kau berdiri di situ?” tanya Jaehyun.

Rivalry | Jaeyong ✓Onde as histórias ganham vida. Descobre agora