02. Byname

17.5K 2.5K 641
                                    

MEMULAI HARI ke-duanya bekerja sebagai asisten dari Kwon Boa, Taeyong lantas tak lupa memanjatkan doa sebelum memasuki gedung publisher majalah Persona. Sudah cukup ia merasakan bagaimana berhadapan dengan sang atasanㅡJung Yunhoㅡkemarin siang.

Ucapan Johnny memang benar adanya. CEO yang telah menginjak usia 44 tahun itu sangat sensitif terhadap kedisiplinan karyawan, terlebih pada asistennya juga Kwon Boa. Jika Taeyong merekam semua perkataan si Tuan Jung dalam pertemuan mereka sebelum jam makan siang kemarin, ia yakin durasi audio yang dihasilkan bisa lebih dari satu jam. Dan jika ingin dijadikan majalah lalu dicetak, maka Taeyong yakin jumlah halamannya akan seperti kamus bahasa Korea. Sangat tebal.

Pintu lift kemudian terbuka tepat di lantai delapan. Dengan sigap Taeyong berjalan menuju satu-satunya ruangan dengan pintu kaca otomatis di sana. Satu tangannya memegangi buket berisi tiga tangkai mawar merah yang pagi tadi ia beli pada Kim Ahjumma; tetangganya di Seoul yang memiliki toko bunga.

Sesampainya di dalam ruangan yang amat luas itu, Taeyong lantas menarik napasnya dalam-dalam. Masih sepi. Ia yakin Tuan Jung juga Nyonya Kwon belum datang. Bahkan meja si rekan kerjaㅡsesama asistennyaㅡbernama Jeong Jaehyun itu pun masih kosong. Tapi Taeyong tidak heran. Sebab ia memang datang dua puluh menit lebih awal dari jam kantor.

Lelaki manis berambut ungu cerah itu menarik kedua ujung bibirnya sembari memejamkan mata sejenak. Akibat insiden salah masuk ruangan bersama Johnny kemarin, ia bahkan tidak sempat mengamati dan mengagumi lebih jauh ruangan bernuansa klasik juga modern ini, pikirnya.

Pada sisi kiri ruangan terdapat set sofa berwarna abu gelap yang dipadukan dengan meja hitam di tengah-tengahnya. Rak panjang hitam nan besar; tempat dimana berbagai macam piala penghargaan juga cetakan majalah Persona dari masa ke masa pun menghiasi area disekitar tempat duduk bagi tamu itu.

Sementara itu, di sisi kanan ruangan tertata sepasang meja yang dibuat saling berseberangan. Meja para asisten yang kini dihuni oleh dirinya dan sosok pria bernama Jeong Jaehyun. Jika dibandingkan dengan meja kerjanya saat masih di kantor cabang dulu, Taeyong yakin luas nya terpaut dua kali lipat. Sebab ruang kantor di Daegu pun terbilang sederhanaㅡtidak terlalu sempit dan tak juga terlalu luasㅡyang kemudian dibatasi dengan sekat antar meja karyawan.

Mata Taeyong kembali melanjutkan penjelajahannya hingga tertuju pada dua pintu hitam yang saling bersisian dalam ruangan itu. Dan salah satu dari pintu disana telah ia lewati untuk bertemu dengan si CEO, Jung Yunho.

Sebelum datang sebagai executive assistant di kantor pusat Persona Magazine, Taeyong pikir ruang kerja Kwon Boa dan Jung Yunho terletak di lantai yang berbeda. Atau minimal tidak dalam satu ruangan yang hanya dibatasi oleh tembok sebagai dinding pemisah, seperti sekarang. Sebab setahunya, sepasang saudara beda Ayah itu terkenal sering adu selisih akibat perspektif yang berbeda. Kwon Boa dengan segala sifat perfeksionis nya, dan Jung Yunho yang memiliki prinsip kerja cepat hasil tepat.

Dan semua karyawan baik di kantor pusat maupun cabang pun telah tahu rahasia umum itu.

"Kau menghalangi jalanku, asisten Lee."

Kedua pundak Taeyong terangkat ketika suara bariton sosok pria tiba-tiba menyapa gendang telinganya. Ia lantas menoleh dan mendapati si pria Jeongㅡrekan kerjanyaㅡtengah berdiri di belakangnya dengan tampang datar.

"Eoh! Hai Jaehyun!" Sapa Taeyong sebelum menyunggingkan senyum cerah. Ia memamerkan gigi rapih nya hingga kedua matanya pun seolah ikut tersenyum ramah.

Jaehyun tidak merespon. Kedua irisnya justru beralih pada buket bunga yang Taeyong genggam. Salah satu ujung bibirnya pun terangkat, menimbulkan senyum bahkan bisa dibilang seringai yang terkesan remeh.

Rivalry | Jaeyong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang