19. Behind

12.2K 2.2K 1K
                                    

NAPAS TAEYONG tertahan di atas diafragma kala Jaehyun kembali mempersempit jarak antara wajah mereka. Pandangannya terkunci. Detak jantungnya tidak normal lagi. Terlebih saat si pemilik lesung pipi menggulirkan mata ke arah bibirnya lalu memiringkan kepala.

Kedua manik legam Taeyong refleks mengatup kala satu tangan sang rekan kerja tiba-tiba membelai rambut merah mudanya. Persekian detik berikutnya ia kembali membuka mata saat merasa bahwa Jaehyun justru mengecup pipinya.

“Aku lapar.”

“Huh?”

“Kau membuatku pergi dari pesta sebelum mencicipi makanan yang ada di sana,” kata Jaehyun. “Sebagai gantinya, kau harus memasak untukku. Sekarang.”

“Aku lelah, Jaehyun. Panaskan saja makanan yang ada di kulkas.”

Si lelaki berlesung pipi kembali mendekatkan wajahnya dengan milik Taeyong hingga ujung hidung mereka saling bersentuhan. Membuat pemuda Lee yang berada dalam kungkungan nya kembali menahan napas.

“Aku akan memberimu pilihan,” Jaehyun berbisik di depan bibir sang rekan kerja.

“Kau membuat makanan untukku...” ia menggantungkan kalimatnya sejenak.

“Atau kau yang menjadi makananku,” sambungnya. Membuat si pemuda Lee seketika menelan ludah.

Berdeham pelan, Taeyong kemudian mendorong keras dada Jaehyun hingga rekan kerjanya itu bangkit. Begitu pun dengannya. Buru-buru ia beranjak dari tempat tidur, berdiri di samping ranjang lalu berkata.

“Apa yang ingin kau makan?”

“Kau, Taeyong.”

“Ck! Berhentilah bercanda,” ia mendengus. “Maksudku makanan apa yang kau inginkan untuk kumasak?”

Taeyong menatap Jaehyun kesal, sementara asisten Tuan Jung itu tak henti-henti menyunggingkan seringainya. Seolah sangat menikmati pemandangan di mana si lelaki manis salah tingkah dan panik karena ulahnya.

“Ramyun.”

“Ramyun?” Taeyong tak habis pikir, “Padahal kau bisa memasaknya sendiri.”

“Jadi kau tidak mau?”

Jaehyun menyipitkan mata. Ia kemudian bersiap-siap untuk beranjak dari tempat tidur, namun Taeyong berbalik lebih dahulu lalu melangkah tergesa keluar dari kamar. Saat itu pula tawanya yang sedari tadi ia tahan lantas menggema.

Selang beberapa detik kemudian, Jaehyun dibuat heran kala pintu kamar sang empu apartemen kembali terbuka. Menampilkan Taeyong yang berdiri di sana dengan raut gelisah.

“Kenapa?” tanya si pemuda Jeong.

Taeyong mendesis, “Aku lupa mengambil ponselku.”

“Aku memintamu memasak Ramyun, bukan menelpon jasa pesan-antar makanan.”

“Memangnya siapa yang ingin memesan makanan?” Taeyong berdecak.

“Lalu?”

“Aku... Terbiasa mendengarkan musik saat sedang memasak,” ia cengar-cengir. “Bolehkah aku mengambil ponselku dulu?”

Mendengar penuturan Taeyong membuat si pemuda Jeong menganga seraya menggeleng tak percaya. Ia kemudian menoleh lalu meraih ponsel Taeyong di atas nakas sebelum menghampiri lelaki manis itu.

“Terima kasih,” ucap Taeyong saat Jaehyun menyodorkan benda persegi canggih miliknya.

Setelahnya ia lantas bergegas menuju dapur. Meninggalkan Jaehyun yang bersandar di ambang pintu seraya melipat lengan dengan senyum manis merekah di bibirnya.

Rivalry | Jaeyong ✓Where stories live. Discover now