03. Feeling

14.4K 2.4K 666
                                    

TAEYONG BERJALAN TERGESA menuju ruang kerjanya. Pagi tadi ia nyaris kesiangan hingga tidak bisa berangkat ke kantor dengan perasaan tenang. Semua ini karena Johnny, Ten dan Doyoung yang mengajaknya minum Soju di tenda pinggir jalan hingga ia pulang larut semalam.

"Dia anak yang baik dan menyenangkan. Kau pasti bisa berteman dengannya dalam waktu dekat."

Kalimat yang diucapkan Paman pemilik food truck di seberang jalan enam bulan silam masih terngiang-ngiang di telinga Taeyong. Andai saja hal itu benar adanya, mungkin ia tidak perlu sepanik sekarang. Sayangnya, meski sudah setengah tahun bekerja di Persona Magazine sebagai Asisten Nyonya Kwon, si lelaki berlesung pipi masihlah bersikap menyebalkan. Jaehyun seakan menjadikannya seorang rival yang harus dijatuhkan setiap saat. Jika ia terlambat datang hari ini, sudah pasti si lelaki berlesung pipi akan mengambil celah untuk membuatnya diomeli.

Sesampainya di dalam ruang kerja, Taeyong menghela napas panjang kala mendapati Jaehyun masih memainkan ponselnya sembari melipat kaki di atas meja. Itu artinya Tuan Jung dan Nyonya Kwon masih belum datang, pikirnya. Sebab si lelaki berlesung pipi tidak akan pernah berleha-leha saat pimpinannya telah berada di kantor dan memberi tugas baru.

Ya, Jeong Jaehyun dan jiwa kompetitifnya.

"Penampilan mu hari ini memprihatinkan sekali, kubis ungu." Celetuk Jaehyun setelah melirik sekilas ke arah Taeyong.

Taeyong mendengus. Lelaki berlesung pipi itu masih saja menyebutnya kubis ungu meskipun rambutnya telah berubah warna menjadi merah muda. Ia kemudian duduk pada kursi kerjanya lalu menatap pria di seberang mejanya datar. Membalas ocehan sosok itu bukan ide baik, sebab satu kata yang terucap dari bibir Taeyong akan dibalas seratus kata oleh Jeong Jaehyun.

Dalam hati Taeyong berharap ia bisa mengumpat kasar tepat di depan wajah menyebalkan sang rekan kerja sekaligus rivalnya dalam ruangan ini. Ia berharap bisa memanggil pria itu jelek, pendek, bergigi kuning bahkan badan berbau bawang.

Namun sialnya ia tidak bisa. Sangat tidak bisa.

Jaehyun memiliki lekuk wajah yang terbilang sangat good looking bagi orang Korea. Proporsi tubuhnya bahkan menyamai tipe model majalah Persona. Dia tampan, tinggi, bergigi rapih, dan sangat wangi. Memikirkannya membuat Taeyong kesal sendiri.

Menyandarkan punggung pada kursi kerja, Taeyong kemudian melipat lengan. Ia memandangi sosok diseberang mejanya lekat-lekat dengan tampang minim ekspresi. Jaehyun yang sejak dua bulan lalu mengganti warna rambutnya menjadi hitam dengan sedikit shade abu membuat ia kadang berpikir, apa si lelaki berlesung pipi sadar jika wajahnya bisa membuat ia menjadi model bahkan aktor? Haruskah ia yang memberitahunya agar Jaehyun segera resign lalu pergi dari ruangan ini?

Sementara itu, Jaehyun yang sadar bahkan sangat peka jika Taeyong memandanginya lantas ikut bersandar pada kursi kerja. Kakinya yang semula ia lipat di atas meja pun kembali pada posisi yang semestinya. Ia juga melipat lengan sembari menatap lurus ke dalam netra si lelaki manis hingga mereka seolah sedang bercerminㅡKarena memasang posisi dan ekspresi yang sama.

Keduanya saling beradu pandang. Seolah sedang mengikuti pertandingan saling menatap. Namun hal itu nyatanya tidak berlangsung lama. Telepon di atas meja Taeyong berdering hingga sang empu lantas menjawabnya.

"Halo?" Ucap Taeyong lalu mengalihkan pandangannya dari Jaehyun.

"Taeyong, apa kau sudah ada di kantor?"

Dari suaranya Taeyong sudah bisa menebak jika sosok diseberang sana adalah Victoria, ketua tim dari divisi Copyright.

"Iya, Nuna." Jawab Taeyong. "Ada yang bisa ku bantu?"

Rivalry | Jaeyong ✓Where stories live. Discover now