10. Rain

10.6K 2K 517
                                    

JAM TELAH menunjuk ke angka enam sore, di mana waktu pulang kerja bagi karyawan Persona Magazine artinya telah tiba. Namun sosok Lee Taeyong justru masih sibuk memandangi layar MacBook nya yang menyala.

“Kenapa kau belum bersiap-siap untuk pulang, Taeyong?”

Sang empu nama refleks menoleh ke arah Nyonya Kwon yang entah sejak kapan telah berdiri di samping mejanya. Taeyong terlalu sibuk dengan dunia dan pikirannya hingga tak menyadari keberadaan sang atasan.

“Aku akan lembur malam ini, Nyonya.” kata Taeyong.

“Apa?” Nyonya Kwon menautkan alisnya, “Memangnya apa yang kau kerjakan?”

“Aku sedang menyusun bahan presentasi yang akan kutampilkan saat pemilihan direksi nanti,” kata Taeyong.

Sang wakil CEO menghela napas, “Taeyong, kau bisa mengerjakannya di apartemenmu. Apalagi besok hingga lusa hari libur. Pulang dan beristirahat lah sekarang.”

“Tidak apa-apa, Nyonya. Aku lebih nyaman mengerjakannya di sini,” balas si lelaki manis.

Nyonya Kwon hanya mampu mengangguk paham. Ia tidak bisa mengatur sang bawahan jika itu menyangkut tentang kenyamanan.

Terlebih lagi, hari ini Taeyong dihadapkan dengan sebuah masalah akibat tingkah Victoria. Mungkin lelaki manis itu ingin menyibukkan dirinya dengan bekerja hingga pikiran dan hatinya berangsur tenang, pikir sang wakil CEO.

Kwon Boa lalu menoleh ke arah meja Jaehyun. Pemuda Jeong itu telah selesai membersihkan mejanya dan terlihat bersiap-siap untuk pulang.

“Jaehyun, apa kau membawa mobil?” tanyanya pada asisten sang kakak.

“Iya, Nyonya.” jawab Jaehyun lalu berjalan ke arah wakil CEO wanita itu. “Ada apa?”

“Ada beberapa barang di mobilku yang siang tadi diberikan oleh Hanshin Grup, bisakah kau membawanya ke rumahku?” kata Kwon Boa, “Setelah ini aku akan langsung pergi ke Daegu. Dan atasanmu justru telah meninggalkan kantor sedari tadi, entah ke mana.”

Taeyong yang diam-diam menyimak percakapan sang atasan dengan rekan kerjanya lantas menunduk. Mendengar kata Daegu terucap dari bibir Nyonya Kwon membuatnya seketika merindukan rumah juga Ayah dan Ibunya.

Jaehyun mengangguk, “Tentu, Nyonya.”

“Terima kasih banyak, Jaehyun.” wakil CEO itu kemudian menepuk pundak si lelaki berlesung pipi, “Ayo.”

“Taeyong, kami pergi dulu. Jaga dirimu dan jangan pulang terlalu larut,” ucap Nyonya Kwon sebelum meninggalkan ruangan dengan Jaehyun mengekor di belakangnya.

Selepas kepergian dua orang itu, Taeyong lantas melipat lengan di atas meja. Ia kemudian menenggelamkan wajahnya di sana hingga isak tangis perlahan mengalun dari celah bibirnya.

Taeyong tidak sepenuhnya berbohong jika ia ingin menyusun presentasi untuk pemilihan direksi. Sebab sedari tadi ia memang telah mencari-cari ide menarik yang akan dipaparkannya nanti.

Namun sesungguhnya, hal itu hanya lah sebuah alibi agar ia bisa menyendiri. Menangis seorang diri tanpa takut harus mengganggu ketenangan orang lain. Sebab jika ia melampiaskan tangis di apartemen, mungkin ia akan diamuk oleh tetangganya.

Selain itu, Taeyong merasa takut dan malu menampakkan wajah di depan karyawan lain. Alhasil, ia harus menunggu hingga orang-orang yang masih berada di kantor telah pulang ke rumahnya masing-masing.

Menit demi menit pun berlalu hingga menjadi hitungan jam. Namun isakan Taeyong masih menggema di dalam ruangan dan seolah enggan hilang.

Pikiran-pikiran untuk segera resign dan meninggalkan Persona Magazine lalu kembali ke Daegu bahkan telah menghampiri otak Taeyong. Namun, ketika mengingat betapa besar harapan Ayah dan Ibunya agar ia segera sukses membuatnya kembali mengurungkan niat.

Rivalry | Jaeyong ✓Where stories live. Discover now