23. Interview

10.1K 2K 707
                                    

MENDENGAR PENUTURAN sang rekan kerja lantas membuat Taeyong melebarkan mata. Sebab biasanya Jaehyun hanya akan berkata bahwa ia akan kalah. Namun kali ini, si pemuda Jeong justru terkesan memerintah agar ia mundur saja.

“Apa?” sang asisten Nyonya Kwon tertawa hambar, “Jangan bercanda. Kau sudah tahu jika aku tidak akan melakukan hal itu.”

Jaehyun tersenyum miring, “Benarkah? Jadi kau tidak akan mundur meskipun aku berkata akan menyebarkan video yang kuambil beberapa waktu lalu?”

“Video apa yang kau maksud?”

“Video saat kita melakukan seks.”

“Apa?!” suara Taeyong refleks meninggi, “Kau merekamnya?!”

“Ya.”

Jaehyun menyeringai lalu membungkuk. Mengikis jarak antara wajahnya dengan Taeyong. Menatap lurus ke dalam netra legam sang rekan kerja sebelum berbisik.

“Sebaiknya kau menyerah sekarang, Taeyong.”

“Kenapa aku harus menyerah?”

“Karena jika kau tidak mundur sebelum interview tiba, aku akan menyebarkan video seks itu dan mempermalukanmu.”

“Kau gila.”

Taeyong tidak habis pikir. Bahkan ia masih enggan percaya bahwa hal yang dialaminya saat ini adalah nyata.

“Jika kau sedang bercanda, ini benar-benar tidak lucu, Jaehyun!”

“Aku tidak bercanda,” Jaehyun kembali menyeringai.

“Oh, atau kau ingin melihat videonya bersamaku, hm?” tanyanya lalu memegangi dagu Taeyong, namun lelaki manis itu dengan sigap menepisnya.

“Sangat mudah untuk membuatmu pergi dari kantor ini,” kata si lelaki berlesung pipi.

“Aku hanya perlu berkata bahwa kau benar-benar menggodaku selama ini lalu menyebarkan video itu sebagai bukti,” ia terkekeh.

“Jadi meskipun kau terpilih, posisimu sebagai direksi tidak akan dihormati.”

“Aku tidak tahu bahwa kau bisa sejahat ini, Jaehyun.”

“Bukankah aku sudah pernah memberitahumu bahwa aku tidak baik?”

Sang asisten Nyonya Kwon mengepalkan tangan di bawah meja, “Apa yang membuatmu tiba-tiba seperti ini?”

“Sebelumnya kau tidak pernah takut dikalahkan olehku,” mata Taeyong memanas, “Atau kau memang telah merencanakannya sedari awal?”

Jaehyun terdiam sejenak. Menatap lurus ke dalam mata boba sang rekan kerja lalu berkata.

“Ya. Beginilah cara paling apik untuk memenangkan persaingan yang ada.”

Taeyong refleks menampar pipi Jaehyun. Amat keras hingga suara tamparan itu menggema di dalam ruangan yang sedari tadi diselimuti keheningan. Ia kemudian bangkit dari kursinya, menatap lelaki di hadapannya nyalang dengan napas terengah-engah.

“Malam itu... Kukira kau dan aku sama-sama menginginkannya,” ucapnya dengan suara bergetar.

“Jadi kau sengaja menjebakku? Hah?”

Rivalry | Jaeyong ✓Where stories live. Discover now