21. Punishment

16.4K 2.1K 886
                                    

TAEYONG MENDESIS kesakitan saat Jaehyun menyeretnya masuk ke dalam apartemen. Lelaki berlesung pipi itu kemudian mendorongnya cukup kuat hingga punggungnya menubruk tembok. Mengurungnya di sana dengan dua lengan hingga ia tidak mampu menghindar.

“Apa yang sebenarnya sedang kau lakukan?”

“Bukankah seharusnya aku yang bertanya seperti itu padamu?” Jaehyun mengeraskan rahang.

“Aku sudah pernah memberitahumu untuk tidak berada di sekitar Sehun, tapi kenapa kau masih menemuinya hah?” ia melanjutkan.

Nampak raut terkejut sekaligus gugup di wajah Taeyong. Terlebih ketika Jaehyun perlahan mengikis jarak di antara mereka.

Rupanya Jaehyun diam-diam menguntit, pikirnya.

Tatapan rekan kerjanya itu amat membunuh. Membuat tungkainya melemas hanya dengan menatap kedua manik madu Jaehyun.

“Jaehyun, dengarkan penjelasanku.”

Taeyong menahan dada si pemuda Jeong yang semakin menghimpitnya. Berusaha membujuk agar sang rekan kerjanya mau mendengarkannya.

“Cepat katakan,” bisik asisten Tuan Jung itu tepat di depan bibir Taeyong.

“Aku menemui Sehun karena kepentingan interview. Dia membantu mengerjakan design bahan presentasiku,” Taeyong menelan ludah saat Jaehyun tak memberi respon apa-apa.

“Setelah ini dia juga akan resign, jadi mau tidak mau aku harus meminta design itu.”

Jujur saja Taeyong juga merasa takut jika Jaehyun memiliki niat buruk untuk mencuri bahan presentasinya. Atau bahkan membuangnya hingga ia tidak bisa mengikuti interview dalam perekrutan direksi nanti.

Sebab bagaimana pun juga, sosok yang kini tengah berdiri tepat di hadapannya adalah rivalnya.

“Lalu kenapa kau tidak memberitahuku?”

“Karena aku tahu kau akan melarangku.”

“Aku tidak akan melarangmu jika kau menjelaskannya terlebih dahulu, justru aku akan menemanimu.”

Taeyong menghela napas, “Aku bukan anak kecil yang harus ditemani.”

“Berhenti membuatku marah, Taeyong.”

Suara bariton Jaehyun yang rendah namun penuh tekanan membuat bulu tengkuk Taeyong seketika meremang. Ditambah lagi sang rekan kerja semakin mempersempit jarak wajah mereka hingga ia merasa kian disudutkan.

“Kau harus menerima hukumanmu.”

“Hukuman apa?” lelaki manis itu menelan ludah.

Si pemuda Jeong menyeringai. Mengecup pipi kanan Taeyong sejenak lalu bergumam.

“Bersihkan apartemenku.”

“Apa?!”

“Jika dalam waktu satu jam kau belum menyelesaikan hukumanmu, maka kau harus datang lagi esok hingga satu Minggu kedepan untuk membersihkan apartemenku.”

“Kau gila!”

“Penyedot debunya ada di belakang sofa,” kata Jaehyun tanpa memedulikan perlawanan sang rekan kerja.

Lelaki berlesung pipi itu kemudian melenggang pergi ke kamarnya. Meninggalkan Taeyong yang masih menganga lalu menghentak-hentakkan kakinya.

***

Jaehyun celingak-celinguk saat memasuki kamarnya. Sejenak ia tersenyum tipis saat melihat ruang pribadinya itu juga telah dibersihkan oleh sang rekan kerja.

Rivalry | Jaeyong ✓Where stories live. Discover now