15. Family

11K 2.1K 631
                                    

PUPIL TAEYONG melebar saat laju mobil Jaehyun terhenti. Tepat di depan sebuah rumah yang terbilang cukup megah di daerah distrik Gangnam. Ia kemudian menelan ludah lalu menoleh ke arah pria di sampingnya.

“Apa ini rumahmu?” tanyanya.

“Bukan, ini rumah orang tuaku.”

Taeyong berdecak kesal lalu kembali mengedarkan pandangan ke setiap sudut hunian di hadapannya. Melihat dari bagian luarnya saja sudah cukup membuatnya yakin jika Jaehyun adalah orang yang cukup berada.

Ia benar-benar tidak menyangka.

Taeyong yang sudah mengenal Jaehyun cukup lama tidak pernah berekspektasi jika si lelaki berlesung pipi termasuk ke dalam kalangan elit. Sebab tingkah Jaehyun sama sekali tidak pernah menunjukkan bahwa ia memiliki harta berlimpah. Sangat berbeda dengan orang-orang kaya yang pernah Taeyong temui sebelumnya.

Makan siang di depan food truck.

Bekerja keras hingga lembur untuk mendapat bonus upah dari atasan.

Dan yang paling tidak bisa Taeyong lupakan adalah ketika ia menyadari bahwa Jaehyun membersihkan rumahnya, membeli bahan makanan untuknya, bahkan mencuci baju kaos nya ketika ia jatuh sakit tempo hari.

“Apa kau akan terus-terusan termenung di sini, kubis ungu?”

Lamunan Taeyong seketika buyar saat gendang telinganya menangkap suara Jaehyun. Ia pun berdeham lalu membuka seat belt nya kala melihat si lelaki berlesung pipi telah keluar dari mobil terlebih dahulu.

“Rumahmu terlihat sepi.”

Taeyong berkomentar seraya mengikuti langkah kaki Jaehyun yang menuntunnya menuju pintu utama.

“Memangnya apa yang kau harapkan, kubis ungu?” balas Jaehyun, “Apa kau berpikir jika kita akan disambut oleh puluhan pria berjas hitam seperti dalam drama?”

Si lelaki manis mendengus. Semakin heran dengan sikap Jaehyun yang begitu sulit untuk ditebak. Padahal baru semalam rekan kerjanya itu bersikap sedikit manis kepadanya. Namun pagi ini Jaehyun justru kembali bertingkah menyebalkan, seperti yang biasa ia lihat ketika mereka berada di kantor.

“Tidak,” kata Taeyong. “Tapi hari ini saudara kembarmu akan menikah. Biasanya rumah calon mempelai akan lebih ramai karena kedatangan sanak saudara.”

Asisten Nyonya Kwon itu mendesis, “Tapi lihat lah rumahmu. Aku bahkan tidak melihat tanda-tanda akan diadakannya pesta.” komentarnya, “Ngomong-ngomong acaranya dimulai jam berapa?”

“Jam delapan malam.”

“Apa?!”

“Dan yang terpenting, acara pernikahan Yuno tidak diadakan di rumah ini. Tapi di ballroom hotel.”

“Hah?!”

Taeyong refleks mematung. Membuat Jaehyun ikut menghentikan langkah lalu menoleh seraya mengangkat alisnya.

“Kenapa?”

Yah! Lalu untuk apa kau membawaku ke rumahmu sepagi ini?” protes Taeyong. Sebab Jaehyun bahkan menjemputnya di apartemen tadi tepat pada jam enam.

“Jika kau sudah tahu bahwa pestanya akan diadakan malam nanti, kenapa kita harus izin tidak masuk kerja hari ini? Apa kau mempermainkanku lagi?” ia melanjutkan.

Menghela napas panjang, si lelaki berlesung pipi lantas merangkul pundak Taeyong. Ia kemudian menyeret rekan kerjanya itu hingga sampai di depan pintu.

“Jawab aku, Jaehyun. Apa yang sedang kau rencanakan?” sergah Taeyong lalu menepis lengan si pemuda Jeong.

“Kau terlalu dramatis, kubis ungu. Aku tidak akan membunuhmu di rumah orang tuaku,” Jaehyun menyeringai, “Ibuku yang meminta kita untuk datang pagi ini.”

Rivalry | Jaeyong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang