25. Mine ㅡ END

19K 2.4K 1K
                                    

TAEYONG MEMANDANGI apartemen yang kini telah bersih dari barang-barang si lelaki berlesung pipi. Sejenak ia kembali mengingat kenangannya bersama sang mantan rekan kerja yang tersimpan di tempat ini.

Ada rasa tidak rela baginya, namun keputusan Jaehyun telah bulat.

Terlebih alasan Jaehyun untuk pindah ke apartemen yang baru adalah karena kendala jarak rumah sakit yang cukup jauh. Membuat dokter magang itu merasa tersiksa jika mendapat panggilan tiba-tiba guna menangani pasien.

Dan yang lebih penting lagi, Taeyong merasa tidak memiliki hak untuk menahan Jaehyun agar tidak meninggalkan hunian lamanya ini.

“Apa kau akan terus melamun di situ, kubis ungu?”

Suara Jaehyun yang berdiri di belakangnya membuat Taeyong refleks berbalik. Mendapati pemuda Jeong itu telah mengangkat sebuah kotak berwarna cokelat.

“Apa kita akan ke apartemen barumu sekarang?”

“Tentu, aku sudah mengambil semua barang-barangku.”

“Hm, baiklah.”

Jaehyun menyeringai, “Kau terlihat sedih.”

“Tidak,” Taeyong mengelak.

“Aku hanya akan pindah ke distrik lain, Taeyong. Bukan ke Mars,” ia menggoda mantan rekan kerjanya.

Si lelaki manis hanya mampu memutar bola mata. Mengambil alih kotak yang tengah diangkat Jaehyun lalu bersuara.

“Cepatlah, aku tidak ingin menghabiskan hari Mingguku hanya untuk mendengar ocehanmu.”

Keduanya kemudian melangkah beriringan hingga keluar dari apartemen. Sesampainya di basemen, Taeyong pun meletakkan kotak yang dibawanya di jok belakang mobil si pemuda Jeong. Setelahnya, ia lantas menyusul Jaehyun yang telah duduk di belakang kemudi.

Selama dalam perjalanan, Taeyong menyibukkan diri dengan memandangi jalanan di luar sana. Ia tak banyak berbicara hingga Jaehyun dibuat heran olehnya.

“Apa ada masalah di kantor?” tanya pemuda Jeong itu.

“Tidak,” Taeyong akhirnya menoleh, “Kenapa?”

“Tapi kau terlihat risau sedari tadi.”

“Aku hanya kelelahan.”

“Direksi memang harus dibuat lelah agar tidak makan gaji buta.”

Taeyong mendelik sebelum kembali membuang muka ke arah jendela. Mengabaikan Jaehyun yang kembali puas menertawakannya.

Sesampainya di gedung apartemen baru si pemuda Jeong, Taeyong refleks berdecak kagum. Pasalnya selain berada di kawasan elit, hunian baru mantan rekan kerjanya itu juga terlihat amat mahal.

Saat mereka memasuki gedung apartemen itu pun, Taeyong tak henti-henti melebarkan mulutnya. Ia pun seketika yakin bahwa beberapa artis Korea terkenal pasti ada yang membeli hunian di tempatnya berpijak kini.

“Masuklah,” ucap Jaehyun setelah membuka pintu apartemen barunya.

Si lelaki manis bergumam mengiyakan sebelum melangkahkan kaki. Memasuki apartemen baru Jaehyun yang lebih luas; mungkin tiga kali lipat dari hunian lamanya. Membuat Taeyong lagi-lagi melebarkan mulutnya.

“Jaehyun, apa menurutmu ini tidak terlalu luas untuk ditinggali seorang diri?” tanya si pemuda Lee.

Sang empu apartemen pun meletakkan kotak yang dibawanya pada meja. Ia kemudian beralih memandangi lelaki manis yang baru saja bertanya padanya.

“Saat aku telah menikah nanti, aku akan tinggal di sini bersama pasanganku juga anak-anakku.”

Entah mengapa dada Taeyong tiba-tiba terasa sakit saat mendengar penuturan Jaehyun. Namun sebisa mungkin ia tetap terlihat tenang dan baik-baik saja.

Rivalry | Jaeyong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang