d u a

348 63 2
                                    

Setelah dokter membantu untuk mengobati luka-lukaku, aku dibantu oleh Wonwoo agar dapat berjalan keluar dari rumah sakit dengan baik. Mengingat, perutku sangat sakit setelah perkelahian tadi. Bahkan, dokter sampai menyarankan agar aku beristirahat dengan baik sampai luka lebam di perutku itu sembuh.

Wonwoo membantuku hingga ke mobil. Tak banyak yang kami bicarakan, dia hanya diam seribu bahasa sehingga aku juga tak ingin bercerita banyak tentang kejadian tadi padanya.

"Kak, nanti biar Dino yang antar aku pulang. Kak Wonwoo bisa pergi cari bukti sekarang." Ucapku. Namun, Wonwoo hanya menatapku dalam. Sehingga aku dengan cepat memalingkan wajahku.

"Biar saya saja yang antar kamu." Ucapnya tegas. Aku tidak dapat menolak lagi, untuk itu aku hanya menyandarkan kepalaku ke jendela. Rasanya tubuhku sangat sulit untuk digerakkan.

Tak butuh waktu lama untuk sampai di apartemen kami, karena memang jarak antara rumah sakit dan apartemen kami tidak terlalu jauh.

Setelah Wonwoo membaringkanku di sofa, aku hanya menatap pergerakan-pergerakan selanjutnya yang Wonwoo lakukan. Dia mengambil bantal dan juga selimut untuk menutupi tubuhku.

"Istirahat. Tidak usah masak, nanti saya bawakan kamu makanan." Ucap Wonwoo.

"Iya, Kak." Balasku singkat. Tak butuh waktu lama, Wonwoo segera pergi dari apartemen. Entah dia ingin kemana, membeli makanan atau melanjutkan penyelidikan? Yang pasti, aku hanya butuh istirahat sejenak.

Mungkin luka-luka ditubuhku tahu aku butuh istirahat, makanya dia hadir tercipta di tubuhku saat ini. Beberapa hari yang lalu kasus yang aku tangani memang sangat banyak. Tak jarang aku pulang pagi hanya untuk membersihkan diri, setelahnya aku kembali lagi melakukan penyelidikan. Sampai-sampai aku tak punya banyak waktu untuk sekedar tidur barang sejam pun. Sungguh, pekerjaan ini berat namun sangat asik untuk dilakukan.

Kudengar pintu kembali terbuka, untuk itu aku segera mendudukkan diriku. Kupikir itu Wonwoo yang datang, ternyata kekasihnya. Sejak kapan iya mengetahui kata sandi apartemen kami? Wahhh.. Ini sudah kelewat batas.

"Kamu ngapain disini?" Tanyaku pada Doyeon.

"Ini aku bawakan kamu makanan. Kata Wonwoo kamu sakit, jadi dia menitipkan makanan ini padaku. Dia tidak sempat datang, karena harus kembali ke lokasi." Jelas Doyeon.

Aku hanya menganggukkan kepalaku, kemudian membawa bantal dan selimutku untuk masuk ke dalam kamar. Namun, panggilan Doyeon membuatku berhenti.

"Sejeong, kamu tidak berniat menceraikan Wonwoo?"

Pertanyaan itu, tidak sekali dua kali aku dengar. Sudah sangat sering. Aku tidak akan sakit hati mendengarnya, namun sangat terasa aneh jika dia bertanya begitu padaku. Bukankah seharusnya dia bertanya pada keluarga kami saja? Lagipula, pernikahan ini hanya keluarga kami yang ciptakan.

"Kenapa kamu tidak bertanya pada Wonwoo? Atau ibunya? Aku pikir mereka akan memberimu jawaban yang tepat." Balasku. Kulihat raut wajah Doyeon yang menatapku kesal.

"Aku bertanya padamu karena kalau kamu yang meminta diceraikan, mungkin itu lebih baik." Balasnya.

"Lebih baik? Kamu malah buat aku terlihat seperti cewek yang tidak baik, Doyeon."

"Kenyataannya memang seperti itu. Kamu tidak baik bagi Wonwoo. Bahkan setahun pernikahan kalian, Wonwoo masih tidak bisa berpaling dariku. Itu artinya, kamu tidak mampu buat dia bahagia dan nyaman berada di dekatmu."

Deg!

Ucapannya, sungguh menohok ke hatiku yang paling dalam. Apakah aku memang seperti itu? Nyatanya memang iya. Berarti selama ini aku memang bukan wanita yang baik bagi Wonwoo.

The PoliceWhere stories live. Discover now